1st day Jumat 16 November 2012
#MR Surabaya Heritage
Dengan tanpa kehilangan semangat untuk berkumpul bersama para pengguna sepeda lipat seluruh nusantara – setelah bersibuk-sibuk ria dalam rangka merayakan ultah Komselis yang ketiga tanggal 27/28 Oktober 2012 – sebagian anggota Komselis dengan riang gembira berangkat ke Surabaya pada hari Kamis 15 November 2012, sekitar pukul 21.00. Dengan mengendarai bus ‘Sumber Harapan’, perjalanan lewat pantura cukup lancar, hingga sampai di titik kumpul gedung STIESIA yang terletak di Jalan Menur Pumpungan Surabaya sekitar pukul 05.30 hari Jumat 16 November 2012.
Aku dan Ranz yang meninggalkan rumah sepupunya sekitar pukul 04.45 sampai di gedung STIESIA menjelang pukul 06.00. Kita berdua sempat bingung apakah rombongan Komselis sudah tiba di lokasi, di halaman gedung terlihat banyak selier yang sebagian besar mengenakan ‘seragam’ bikeberry namun tak satu pun yang menyapa kita. Namun setelah melihat beberapa sepeda lipat milik beberapa teman Komselis di deretan sepeda lipat yang ditata rapi di teras gedung, kita yakin mereka telah sampai.
dihalaman gedung STIESA |
Honestly, gowes pagi ini tidak bisa disebut sebagai ‘fun bike’ karena kita mengikuti road captain yang lumayan ngebut. Aku yang awam kota Surabaya tidak mengenal gedung-gedung yang kita datangi satu persatu, karena tak ada satu pun yang merangkap fungsi sebagai tour guide. Kecuali tugu pahlawan. :) Waktu Om Erwin mengajak kita lewat jembatan merah, sayang kita tidak diberi kesempatan untuk berhenti sejenak untuk foto-fiti di jembatan yang kondang seluruh nusantara ini. Waktu lewat daerah Pecinan – yang nampak jauh lebih terawat dari pada kawasan Pecinan Semarang – kita juga tidak memiliki waktu untuk foto-fiti. Mungkin karena kita memulai morning ride ini terlalu ‘siang’? Dan ini adalah hari ‘pendek’, hari Jumat, dimana kaum Muslim yang laki-laki diwajibkan untuk shalat Jumat sehingga harus dengan cepat mengejar waktu.
Kesan yang tak mungkin terlewatkan adalah panas dan lembapnya Surabaya! Baru seperempat perjalanan gowes, kaos-kaos kita sudah basah karena keringat. Panasnya Surabaya sungguh luar biasa, bahkan bagi kita para penduduk kota Semarang yang juga terkenal panasnya.
Setelah diberi kesempatan foto-fiti di Tugu Pahlawan, kesempatan berikutnya yang lumayan ‘jenak’ adalah ketika kita dibawa ke jembatan Suramadu. (NOTE: sepeda dilarang lewat di jembatan ini dikarenakan angin yang berhembus sangat kencang.) Kita pun berfoto-foto di bawah jembatan.
Dari Jembatan Suramadu, kita melanjutkan perjalanan untuk ‘brunch’ di soto ‘lamongan’ Cak Har yang konon sangat terkenal kelezatannya. Hawa panas Surabaya – dan kita terus diharuskan mengayuh pedal sepeda dengan cepat – membuat semua dengan mudah merasa haus. Maka ketika kita sampai di Cak Har yang terletak di Jalan Arif Rahman Hakim (kalau tidak salah), kita langsung menyerbu juice yang disediakan oleh panitia. Masing-masing boleh mengambil juice pilihan (jambu, jeruk, melon, semangka) satu gelas. Namun karena ada banyak peserta Komselis yang tercatat namanya sebagai peserta jamselinas 2 namun tidak jadi berangkat, kita pun nambah gelas yang kedua dan ketiga.
Untuk ‘brunch’ kali ini, panitia hanya menyediakan juice sebagai obat haus. Untuk makan, kita diharapkan merogoh kocek sendiri-sendiri. Menu yang tersedia tentu adalah soto, namun pengunjung bisa memilih apakah soto jerohan, soto ampela, soto kulit, dll. Mangkok yang ada ukurannya besar, sehingga satu porsi pun besar. Bagi mereka yang kelaparan – apalagi setelah gowes puluhan kilometer ditambah kepanasan – tentu menyenangkan mendapatkan satu porsi besar soto lezat itu.
Setelah kenyang, kita kembali ke gedung STIESIA yang ternyata terletak tak jauh dari soto Cak Har, kurang lebih 3 kilometer.
Siang acara bebas. Sebagian anggota Komselis memilih menebus tidur – termasuk aku – malah yang laki-laki ngemall ke Tunjungan Plaza. :)
Sore sekitar pukul 16.30, aku, Ranz dan Andra bersiap diri untuk keluar mencari makan (makan siang kesorean? atau makan malam yang terlalu awal?) Di halaman gedung, teman-teman ‘bikeberry’ ternyata juga sedang bersiap-siap untuk mencari makan. Mereka menawari untuk mengantar ke sebuah warung makan yang berjualan salah satu menu khas Surabaya – bebek hitam bumbu krengsengan. Kita makan bersama beberapa teman dari Bekasi.
#NR Food Festival
Untuk NR, kita diminta untuk siap di halaman gedung sekitar pukul 18.30. Teman-teman JFB sudah datang sehingga mereka pun ikut menyemarakkan suasana. Rombongan Komselis masih tetap berada dalam satu grup, grup tiga, hanya RC kita bukan lagi Om Erwin. Entah siapa namanya, lupa bertanya. :)
Karena paginya kita sudah gowes kurang lebih 50 km dalam cuaca panas, malam itu untuk NR kita tidak ‘ngoyo’, pulang pergi hanya sekitar 16 kilometer. Tujuan utama adalah food festival yang juga disebut sebagai Pakuwon City. Sebagai seorang outsider, aku tidak tahu rute mana saja yang diambil oleh RC untuk sampai di Pakuwon City.
menjelang sampai di food festival |
di food festival |
sepeda untuk goldsprint |
Dany Saputra dan Dhany Sus |
aku mencoba sepeda yang untuk GOLDSPRINT :) |
aku berdua Andra |
Suguhan game utama panitia jamselinas 2 adalah gowes GOLDSPRINT. Panitia menyediakan sepeda yang ditata sedemikian rupa di sebuah panggung hingga menyerupai sepeda statis. Tata cara game adalah peserta diberi waktu 60 detik untuk mengayuh pedal sepeda itu sekuat dan secepat mungkin. Telah ada mesin pencatat speed yang dihubungkan dengan sepeda tersebut, yang terhubung dengan layar monitor yang cukup besar dimana para penonton bisa langsung melihat hasil speed kayuhan peserta.
Di awal, para peserta jamselinas terlihat malu-malu untuk ikut game ini. Untuk mencari 10 peserta pertama saja sulit. Dari 10 peserta pertama, lebih dari 50% adalah member Komselis. :) Namun setelah game berjalan, semakin banyak peserta yang tertarik untuk menjajal kemampuan masing-masing untuk mengayuh pedal sekuat mungkin.
Dipandu oleh MC yang disebut bernama ‘Bejo’, game berjalan dengan lumayan seru. Para penonton pun memberi semangat pada peserta dengan bertepuk tangan dan berteriak-teriak, “terusss ... ayo terusss ...”
Sampai akhir game, tercatat lebih dari 30 peserta, dimana empat dari mereka berjenis kelamin perempuan. Terpilih tiga peserta dengan kecepatan yang paling tinggi, sekitar 59 koma sekian, pemenang kedua – kebetulan diraih oleh Fikri, peserta dari Komselis – membukukan prestasi dengan kecepatan 58 koma sekian; pemenang ketiga dengan kecepatan 57 koma sekian. Fikri mendapatkan hadiah sadel sepeda, sedangkan untuk keempat peserta perempuan semua mendapatkan kenang-kenangan berupa lampu sepeda.
Untuk game hiburan, MC meminta enam peserta untuk berjoget berpasangan, dimana antara dahi keduanya ditempelkan bola kecil.
Menjelang pukul 22.00 kita meninggalkan lokasi kembali ke penginapan, di gedung STIESIA, sekitar 8 kilometer.
2nd day 17 November 2012
#MR Turing ke Socah Madura
Inilah gowes yang ditunggu-tunggu oleh peserta jamselinas 2, gowes antar pulau. J Pagi ini rombongan @SeliSoloRaya telah tiba sehingga suasana lebih ramai. Semua peserta diminta untuk mengikuti pembagian kelompok-kelompok yang tertera di papan pengumuman. Namun karena ternyata tidak semua nama yang tercatat datang ke acara (satu contoh kasus: dari Komselis ada beberapa nama yang tertera tidak jadi berangkat, misal Mas Tunggal, Yuniar, Tedjohn, Debbie Sus, dll), maka ada 2 kelompok yang digabung menjadi satu. Aku termasuk ikut kelompok ‘baru’ di bawah nama ‘Kuning’.
the three musketeers ... Da, Icha, Luna |
aku bersama Holic |
Kurang dari 30 menit, ferry telah merapat di pelabuhan Bangkalan Madura. Dengan tertib peserta jamselinas 2 menurunkan sepeda masing-masing. Sesampai di daratan, semua kembali ke grup yang sama dan melanjutkan perjalanan. Dari sini menuju ‘mercusuar’ Socah track mulai bervariasi berupa tanjakan dan turunan. Dalam perjalanan kurang lebih 24 kilometer kali ini, tumben oleh road captain kita diperbolehkan berhenti di beberapa spot untuk berfoto-ria, tetap dengan kelompok masing-masing.
otw to mercusuar |
Kurang lebih pukul 11.00 kita pun sampai ke mercusuar. Setelah memarkir sepeda di lapangan yang terletak di samping mercusuar, kita semua menyerbu mobil yang di dalamnya tersedia lunch box yang kita tunggu-tunggu: nasi + bebek sinjay yang konon kelezatannya telah kondang sampai mana-mana. Sayang di lokasi hanya ada sebuah warung, itu pun seadanya. Jika siang itu sang surya bersinar garang, tentu sang ibu penjaga warung akan sangat kewalahan melayani kita memesan minum + es. Namun karena gerimis, tidak banyak yang menyerbu warungnya. Untunglah karena persediaan es-nya juga tidak banyak. :)
Semua peserta pun sibuk menikmati makan siang masing-masing. Bagi mereka yang telah selesai, ada yang menyibukkan diri dengan berfoto-ria karena pemandangan sekitar yang menawan; juga ada yang menerima tantangan – dari diri sendiri atau pun rekan-rekannya – untuk mendaki tangga yang terdiri dari 16 lantai untuk mencapai puncak mercusuar. Dari atas tentu pemandangannya sangat spektakuler!
bersama Pockie di kawasan mercusuar Bangkalan |
Setelah dirasa telah cukup, panitia pun meminta kita bersiap-siap kembali ke Surabaya. Acara selanjutnya adalah ‘final gathering’ yang diadakan di Balai Pemuda. Kali ini ‘pasukan’ gowes berkurang sangat banyak. Rombongan Komselis dan JFB telah dijemput oleh bus masing-masing. Beberapa rekan dari IDFB dan beberapa komunitas lain memutuskan untuk loading ke support car yang tersedia.
Luna, where are you now? |
jembatan Suramadu |
Bus Sumber Harapan beserta rombongan Komselis di dalamnya sampai di gedung STIESIA sekitar pukul 13.40, bersamaan dengan bus yang ditumpangi rombongan JFB. Berbeda dengan Madura yang diguyur hujan lebat, di Surabaya cuaca terang benderang, meski sang mentari tidak bersinar dengan terik.
#Final Gathering
Pukul 14.30 rombongan Komselis telah siap meninggalkan gedung STIESIA. Setelah foto-fiti bersama untuk dokumentasi, kita pun beranjak menuju Balai Pemuda yang terletak di Jalan Gubernur Suryo no. 15. Balai Pemuda adalah salah satu gedung bersejarah dimana konon di zaman kolonial Belanda merupakan pusat rekreasi orang-orang Belanda untuk pesta ria, dansa, dll. Di masa perang kemerdekaan digunakan oleh ‘arek-arek Suroboyo’ yang tergabung dalam Pemuda Republik Indonesia sebagai markas untuk menyusun strategi melawan tentara Belanda. Sekarang dimanfaatkan oleh Dewan Kesenian Surabaya sebagai Pusat Pagelaran Kesenian Surabaya, dan juga pembinaan para seniman muda yang tergabung dalam Bengkel Muda Surabaya (BMS) dan Akademi Seni Rupa Surabaya (AKSERA).
Dany dengan sepeda door prize utama |
Dengan sangat menyesal kita tidak bisa mengikuti seluruh rangkaian acara – melewatkan acara pembukaan sekaligus penutupan – namun tetaplah acara jamselinas 2 yang dituanrumahi oleh teman-teman ‘bikeberry’ ini sangat berkesan di hati. Segenap peserta jamselinas 2 dari Komselis menghaturkan banyak terima kasih kepada teman-teman bikeberry karena jamuan track gowes, kuliner, tak lupa juga keramahtamahan , beserta ‘peraturan-peraturan’ yang mengikat hingga kita benar-benar belajar gowes tertib selama perjalanan.
Sampai bertemu lagi di event jamselinas yang ketiga tahun depan!
Tetap semangat menjaga lingkungan dengan bersepeda (lipat) kemana pun kita beraktifitas. Sepeda lipat dengan (keterbatasan) rodanya yang (hanya) 16” atau pun 20” (meski sekarang mulai ada sepeda lipat dengan roda 26”) bukanlah penghalang bagi kita untuk terus berkiprah ikut mengurangi emisi gas yang membuat lingkungan terpolusi, dengan mengurangi ketergantungan kepada kendaraan bermotor (pribadi).
GL7 13.13 22/11/12
P.S.:
Always special thanks for my loved Ranz for the lovely pictures :)