Cari Blog Ini

Rabu, 01 Februari 2012

Jogja Attack!



narsis forever lah yaaa :)

pasukan Komselis :)


JOGJA ATTACK!
(bukan laporan resmi, hanya catatan pribadi seorang bike to worker).

JOGJA ATTACK! adalah nama ‘event’ yang dipakai oleh para seliers seluruh Indonesia untuk menjadi cikal bakal event yang jauh lebih besar: jambore ‘id foldingbike’ yang diharapkan bakal dihadiri oleh banyak seliers sebagai wakil masing-masing komunitas sepeda lipat yang telah terbentuk di seluruh daerah Indonesia. Sesuai dengan namanya, JOGJA ATTACK! diselenggarakan tanggal 5-6 Maret 2011 di kota Jogja – yang masih tetap merupakan satu bagian negara kesatuan republik Indonesia, jadi kita belum perlu passport apalagi visa untuk berkunjung kesana (ga penting yah? LOL).
ehem ehem :)
Cukup mengejutkan karena panitia mengklaim bahwa event ini dihadiri oleh sekitar 250 orang dari berbagai kota, misal: Jogja – sebagai tuan rumah; Surabaya – konon sebagai pengusul utama diadakannya acara pra jambore id foldingbike di Jogja; Bandung, Bogor, Solo, Tasikmalaya, Bekasi, Jakarta, dan Semarang. Panitia pun juga mengaku ada wakil yang datang dari Bali dan Pontianak.
ki - ka : Item, Cipluk, aku, Kholik, Elvi

ki - ka : Elvi, Cipluk, aku, Icha, hmmm siapa ya? lol

Acara dimulai dari hari Sabtu pagi 5 Maret 2011 dengan bersepeda ke Imogiri. Sabtu malam ada acara penyambutan para seliers di Jalan Gamelan Lor sekaligus memperkenalkan diri masing-masing komunitas. Acara terakhir pada hari Minggu pagi 6 Maret 2011 yaitu bersepeda ke Borobudur, dengan menyusuri jalan sepanjang pinggiran Selokan Mataram.

Sebagai salah satu peserta dari Semarang yang mengikuti acara ‘hanya’ mulai dari Sabtu malam, aku belum menangkap dengan jelas kapan kira-kira akan diadakan Jamboree id foldingbike.

BERSEPEDA KE BOROBUDUR

Ketika mendapati ‘bersepeda ke Borobudur’ menyusuri pinggiran Selokan Mataram menjadi salah satu agenda, terus terang saja ini menjadi magnet utama bagiku. Jika semula aku berniat ‘berlibur’ ke Jogja pada tanggal 5-6 untuk gowes solo, maka dengan semangat empatlima, aku pun ingin ikut bersepeda ke Borobudur.

Panitia meminta seluruh peserta untuk berkumpul di bunderan UGM pukul 05.00 pagi. Rombongan Semarang yang menginap di hotel Mentana – yang mengkhususkan diri untuk menerima para backpackers, bikers, cyclists, dan terletak tidak jauh dari bunderan UGM – sampai di meeting point pukul 06.00. Namun ternyata JFB – alias Jogja FoldingBike – sang panitia belum nampak disana. LOL. Maka acara berikutnya setelah bernarsis ria di depan tulisan UNIVERSITAS GADJAHMADA, kita mencari sarapan terlebih dahulu. Pada hari Minggu pagi sangatlah mudah mencari sarapan di seputaran UGM karena di sekitar lembah UGM telah menjadi seperti pasar tiban. Berbagai jenis masakan bisa kita temukan untuk sarapan.

Pukul 07.00 kita sudah balik lagi ke meeting point. Sudah lebih banyak peserta yang membuat gerbang masuk UGM itu penuh sesak. Setelah briefing ini itu – misal, yang ada di barisan terdepan adalah JFB, kemudian diikuti oleh ‘Bikeberry’ (nama komunitas selier di Surabaya), Komselis (Semarang), dan yang lain-lain menyusul di belakang; dan kita diberitahu bahwa kita memiliki privilege untuk memasuki kawasan Borobudur dengan membawa sepeda ke dalam dengan membayar tiket Rp 25.000,00 (FYI, biasanya sepeda dilarang masuk karena di dalam pihak manajemen Borobudur menyediakan persewaan sepeda) – akhirnya rombongan berangkat sekitar pukul 07.15.

Perjalanan diawali dengan cuaca yang lumayan mendung sehingga tak perlu khawatir warna kulit bakal menjadi eksotis. Namun ternyata setelah kurang lebih 18 km perjalanan, sang mentari pun menunjukkan keperkasaannya. Dari titik kilometer 18 itu sampai Borobudur kita merasakan hangatnya sinar mentari. Bless us! LOL.

ini dimana yak? :)

Terbiasa cross country menaiki si Orange – my lovely mountain bike – membuatku merasa perjalanan ke Borobudur sangat menantang karena mengendarai Snow White – my cute folding bike, apalagi saat harus melewati bagian-bagian offroad (dengan batu-batu yang lumayan besar, mengingatkanku pada perjalanan turunan di Banyumeneng setelah melewati Gedung Segitiga Biru) plus tanjakan dan turunan yang lumayan curam. Namun karena banyak peserta yang terlihat tidak terbiasa dengan perjalanan XC offroad, sehingga banyak dari mereka yang TTB di tanjakan, aku jadi merasa ‘aman’ waktu TTB, karena ga bakal ada teman iseng untuk njepret apalagi mengabadikan dalam video. LOL. One thing for sure, tidak ada acara TTB di turunan. (So far, menurut pengalamanku, hanya di Banyumeneng lah aku TTB di turunan. LOL.)


penampilan Ranz (sebelum menjadi soul mate ku, lol)
Pemandangan sepanjang perjalanan is awesome! Hamparan sawah menguning dan gunung yang terlihat dari kejauhan. Suasana pedesaan yang damai. Maka tidak heran jika perjalanan makan waktu lama karena para peserta selalu gatal untuk tidak bernarsis ria di hadapan kamera. Di antara teman-teman XC-ers, tentu mereka bakal meledek, “Pura-pura narsis di kamera, padahal mau istirahat tuh, kecapekan.” LOL.


di sebuah sungai dimana airnya kadang meluap, berupa kiriman lahar dari Merapi
Kita sampai di Borobudur menjelang pukul 11.00. Sambil menunggu para peserta yang masih tertinggal di belakang, kita mengabadikan diri di depan tulisan “Borobudur” sampai bosan. LOL. Kebetulan bertemu dengan kru Metro TV, dimana kita minta tolong salah satu kameraman untuk njepret kita rombongan Semarang. Sama sekali tidak menyangka bahwa para kru Metro TV itu memang menunggu kehadiran para seliers yang nggowes dari Jogja ke Borobudur. Beberapa teman Komselis yang tidak tahu malu mengajak foto bersama sang reporter yang memang manis. LOL. Sang reporter pun nampak asyik-asyik saja diajakin foto bareng. LOL.

Ternyata acara kita disiarkan secara ‘live’ di Metro TV sekitar pukul 12.30.

Dan ternyata kita ga jadi masuk ke pelataran dalam Borobudur.  padahal aku sudah berharap berfoto di candi Borobudur sambil bergaya dengan Snow White.  Dari obrolan beberapa teman yang terkesan tidak ingin masuk ke dalam “ngapain juga hanya mau lihat tumpukan batu kita disuruh bayar Rp. 25.000,00? Dulu waktu SD juga sudah pernah!” sangat membuaku patah hati. Kok kita sendiri terkesan tidak menghargai peninggalan leluhur kita ya?
narsis rame-rame :-P
Usai acara syuting, panitia memberitahu sebentar lagi dua truck akan datang untuk membawa sepeda plus orangnya balik ke Jogja. Syukurlah, ga usah gowes lagi. (Jadi ingat pengalaman XC onroad pertama ke Kedungjati tahun 2008 lalu. Pulang pergi sekitar 90 km. Namun, track menuju Borobudur jauh lebih menantang dan indah, plus tidak banyak polusi dari kendaraan bermotor).

beginilah jika para narsisi berkumpul :)
Kita balik ke UGM sekitar pukul 15.00. Balik ke hotel sekitar pukul 17.00 karena diajakin gowes sang tuan rumah untuk makan di tempat yang lumayan jauh dari penginapan. (GUBRAK!) Balik ke hotel, lapar lagi dah! LOL.
Btw, aku masih mau lagi diajakin gowes ke Borobudur. LOL.
GL 7 09.11

4 komentar:

  1. saya panitia Padmanaba Fun Bike 2012. memohon partisipasinya dari anggota JFB dalam acara Padmanaba Fun Bike sendiri akan diadakan Minggu, 25 November 2012. HTM 30.000 (konsumsi, asuransi, kaos, & kupon undian). 500 rupiah dari setiap penjualan tiket sendiri akan disumbangkan kepada Yayasan Kanker Jogja. untuk pendaftaran dan informasi lebih lanjut dapat hubungi Nita: 085643217096. terimakasih.

    BalasHapus
  2. aku sudah gowes ke Borobudur lagiiii!!! bahkan dari Semarang!!! yeaaahhhhh :))

    BalasHapus
  3. Tulisan2nya menarik, Sist.
    Btw,
    Barangkali Mbak Nana ada invo terkini tentang kebijakan membawa sepeda ke dalam komplek candi Borobudur?! Ada obsesi moteret depan candi dengan sepedah kesayangan, nieh haha.
    Thanks anyway.

    BalasHapus
    Balasan
    1. satu-satunya kesempatan agar bisa memotret sepeda kita di kompleks Candi Borobudur hanya dengan mengikuti tour de Borobudur yang setahun sekali diselenggarakan oleh klub SAMBA Semarang :)

      kulihat banyak peserta yang memotret sepedanya pada kesempatan itu :)

      Hapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.