GOWES KE
TINJOMOYO 4 Januari 2013
Rasa
penasaran yang masih tersimpan dengan erat di benak Ranz – juga aku – untuk
mengeksplor kawasan Tinjomoyo – yang pada tahun delapan puluhan dan
sembilanpuluhan merupakan lokasi Kebun Binatang di Semarang sebelum dipindah ke
kawasan Mangkang – mengantarku dan Ranz gowes ke lokasi yang sama lagi. Kali
ini, kita gowes tidak ramai-ramai namun hanya bertiga: aku, Ranz dan Tami.
|
Pertigaan jalan Bendan Dhuwur - Tinjomoyo |
|
Pemandangan dijepret dari titik pertigaan Bendan Dhuwur - Tinjomoyo |
|
Aku bengong menatap Tami yang ga mau difoto Ranz :-D |
Jumat 4
Januari 2013 Ranz telah sampai di GL7 – dia berangkat dari Solo paginya naik
Shaun, sepeda dahon da bike 16” yang berwarna oranye – sebelum pukul 14.00.
Kebetulan aku pulang dari kantor sekitar pukul 14.00 hari itu, lebih awal satu
jam dari jam biasanya, karena anak-anak masih libur semester ganjil.
Kita bertemu
dengan Tami di pertigaan Bendan Dhuwur, yang sudah dekat dengan kawasan
Tinjomoyo sekitar pukul 14.30. Waktu itu Tami berangkat sendiri dari Semarang
bawah dengan memilih tanjakan Bendan Dhuwur (yang memang ‘duwur’, alias
tinggi). Dari pertigaan itu, trek menurun dengan tajam. Sekitar 300 – 400 meter
di turunan tajam itu, kita langsung melihat bahwa jembatan klasik tempat kita
bernarsis ria tanggal 9 Desember 2012 lalu telah dirubuhkan! :( Memang telah disediakan jembatan
ganti yang jauh lebih kokoh – namun tidak seartistik jembatan yang klasik itu –
untuk menghubungkan kawasan Bendan dengan Tinjomoyo. Jembatan klasik yang sudah
tua itu memang harus dihancurkan agar tak lagi dilewati oleh orang-orang karena
dikhawatirkan akan patah ketika dilewati orang banyak karena sudah rapuh. Ketika
kita sampai disana,
|
aku dan Tami menuruni jalanan menuju jembatan Tinjomoyo |
|
ini setang sepeda Ranz dan tangan kanannya, yang kiri untuk njepret :-D |
|
jembatan yang hanya tinggal kenangan :( |
Kali ini
kita ‘hanya’ foto-fiti di bawah jembatan baru, yaitu di pinggir sungai. Setelah
itu, Tami mengajak kita explore masuk ke kawasan hutan wisata Tinjomoyo. Namun
karena sudah sore, kita tidak berani benar-benar explore :) melainkan Tami langsung mengajak
kita ke lokasi dimana ada sebuah jembatan lain yang tak kalah artistik dari
jembatan yang telah dirubuhkan. Jembatan yang terdapat di dalam kawasan hutan
wisata ini sering disebut sebagai ‘jembatan merah’ mungkin karena warna kayu
yang digunakan untuk kerangka jembatan warnanya merah. Ketika kita tiba disana,
ada empat orang lain yang juga sedang bernarsis ria. A ha! Memang jembatan yang
satu ini lumayan terkenal di kalangan para pehobi fotografi di Semarang untuk
lokasi pemotretan.
|
sebagian kerangka jembatan yang telah dirubuhkan |
|
sebagian prajurit yang ditugaskan untuk merubuhkan jembatan |
|
separuh kerangka jembatan yang masih 'nangkring' :) |
|
mejeeeeng :-P |
Ketika kita
asyik foto-fiti, ada tiga orang lain lagi yang datang dengan tujuan yang sama:
berfoto-ria! :) Namun
karena jembatan – yang tidak begitu lebar – ini adalah satu-satunya jembatan
yang menghubungkan kawasan Tinjomoyo dengan kawasan Gombel maka bisa dipastikan
jembatan ini lumayan ramai dilewati oleh mereka yang butuh mondar mandir dari
Tinjomoyo ke Gombel, dan sebaliknya. Maka, kita para narsiswan-narsiswati harus
minggir di pinggiran jembatan ketika ada orang-orang yang lewat dengan naik
motor, sepeda, maupun jalan kaki.
Untuk
pulangnya, karena penasaran dengan cerita Tami bahwa kalau kita melanjutkan
perjalanan – dan bukannya balik ke arah Tinjomoyo – akan membawa kita ke
kawasan Gombel, kita bertiga gowes ke arah Gombel. Dan, ternyata ... trek-nya
terus menerus menanjak, dimana permukaan jalannya bukan merupakan aspal yang
sudah halus, melainkan paving block yang tidak rata. Percayalah, jika engkau
melewati tanjakan dimana permukaan jalannya berupa paving block yang tidak rata
dengan naik sepeda lipat, maka trek akan terasa lebih sulit dilewati; maka
tanjakan akan terasa dua kali lebih tinggi dari seharusnya. LOL. Lumayan
ngos-ngosan lah pokoknya. LOL.
|
Ranz dengan Shaun dengan narsisis lain sebagai latar belakang :P |
|
Tami in action :) |
|
in action berdua :) |
|
jembatan merah yang tak kalah eksotis dengan jembatan yang telah dirubuhkan |
|
helm Ranz baru lhoooo :D |
|
ini jelas in action :D |
|
no comment yaaa? :) |
Keluar dari
kawasan bertrek yang tidak bersahabat dengan sepeda lipat, kita masuk ke jalan
Gombel Lama, yang terletak tidak jauh dari GL7, lokasi sekolah tempat aku
berbagi ilmu pengetahuan dengan anak-anak penerus generasi bangsa. :)
|
trek menuju jalan Gombel Lama |
|
trek menuju jalan Gombel Lama 2 |
Pulangnya
kita lewat turunan Tanah Putih karena Ranz tidak mau melewati tanjakan (meski
sedikit) yang mau tidak mau harus kita lalui jika memilih jalur menuju AKPOL. Dari
kawasan Bangkong, kita belok ke arah Jalan Ahmad Yani – Simpanglima kemudian
masuk ke Jalan Gajahmada. Kita akhiri gowes sore ini dengan makan malam di
sebuah rumah makan S***r P****t. Malam itu, hujan turun dengan sangat lebat!
|
makan malam :) |
Silakan
menikmati foto-foto hasil jepretan Ranz, maupun aku dan Tami. (Eh, aku ikut
njepret atau engga ya? hihihi ...) Tetap menggunakan kamera kesayangan Ranz. :)
gowes ke tinjomoyo pulang via gombel emang joss... :-D
BalasHapussalam gowes..