INCREDIBLY FUN
BIKING TO UMBUL SIDOMUKTI : KOLAM RENANG ALAM DI NEGERI AWAN
Setelah melewatkan
libur akhir tahun 2012 tanpa kisah gowes yang ‘mendebarkan hati’ (lebay!),
akhirnya pada tanggal 5 Januari 2013 aku dan Ranz berkesempatan menorehkan
kisah baru: gowes ke Umbul Sidomukti. YAY!
Umbul Sidomukti yang
terletak di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang merupakan
salah satu wisata alam pegunungan di Semarang yang menawarkan berbagai
fasilitas yang sangat memadai, selain pemandangan alam yang spektakuler. Fasilitas
yang bisa ditemukan disana di antaranya Pondok Wisata plus Meeting Room, Pondok
Lesehan (Ikan Bakar yang yummy), taman renang alam, plus outbound (flying fox,
marine bridge, rapeling) dan permainan yang meningkatkan adrenalin (misal:
ATV). Bagi mereka yang menyukai trekking, ada kawasan hutan pinus.
Meski telah googling
untuk browsing bagaimana mencapai lokasi ini dari Semarang, dan mengetahui
bahwa Umbul Sidomukti terletak sekitar 1200 meter di atas permukaan laut, tak
urung aku dan Ranz tetap kaget juga melihat kemiringan jalan menuju kesana,
yang mungkin mencapai sektar 75 derajat.
Sabtu pagi 5 Januari
2013 itu Semarang diguyur hujan rintik-rintik sejak malam sebelumnya, membuat
hawa cukup dingin bagi warga Semarang yang biasanya kepanasan. Itu sebabnya
bisa dimaklumi jika kemudian aku dan Ranz sempat (hampir) membatalkan rencana
gowes ke Sidomukti. Jam lima pagi, aku dan Ranz ragu-ragu untuk segera bangun
maka kita lanjutkan molor. J Jam enam, Ranz berbisik, “Hujan sudah reda. Bagaimana? Jadi
ga?” Jam tujuh, akhirnya kita berdua sudah mandi. Ranz mengulang pertanyaan
yang sama, “Jadi ga gowes ke Umbul Sidomukti?”
Akhirnya, setelah
sarapan di warung sebelah gang, packing dan tetek bengeknya, kita meninggalkan
kos Ranz sekitar menjelang pukul 08.30. Cuaca cukup bersahabat karena mendung
tanpa hujan tanpa terik sinar mentari. Sangat cocok untuk menemani kita gowes
ke arah Ungaran yang ‘mungkin’ sekitar 90% berupa tanjakan.
Istirahat pertama (untuk
ke toilet, beli air mineral, dll) di SPBU Lemah Abang sekitar pukul 11.15.
Suasana cukup ramai disana karena banyak orang yang (nampaknya) dalam
perjalanan jauh mampir untuk beristirahat pula. Untuk meyakinkan diri arah yang
benar, Ranz membeli bakpau dan bertanya kepada sang penjual arah menuju
Bandungan. Sebelum meninggalkan area SPBU, Ranz bertanya lagi ke penjaga
toilet. Dari SPBU, kita menyeberang, dimana di seberang ada jalan masuk yang
akan membawa kita ke arah Bandungan. Di tengah perjalanan, kita akan menemukan
Pasar Jimbaran. Di daerah pasar itu, kita akan menemukan jalan masuk yang
menuju Umbul Sidomukti.
“Siap-siap dengan
tanjakan yang ‘tidak manusiawi’ ya?” kata Ranz menggodaku, menjelang kita
menyeberang.
Beberapa ratus meter
setelah meninggalkan ‘gerbang’ penanda arah ke Bandungan, di sisi kiri aku
melihat tanda lalu lintas ‘tanjakan curam’. Lhah, dari tadi tanjakannya belum
termasuk curam ya? Hadeeehhh ...
Tak perlu banyak
cerita ya? Mereka yang sudah pernah ke Bandungan tentu tahu trek yang full
rolling. Oh no. Lebih banyak tanjakan lah dibanding turunan. J Tentu paham dong ya kalau di sana sini aku
dan Ranz butuh berhenti untuk berfoto-ria, plus istirahat, mengumpulkan nafas
yang ngos-ngosan. Hohoho ... Kali ini Ranz dengan baik hati (dan tidak sombong)
memberiku kesempatan untuk merasa (lebih) perkasa karena sepeda yang dia naiki
– dahon da bike dengan roda 16” – hanya bergear tunggal. Maka aku lebih sering
berada di depannya, dan memotretnya dari depan (menggunakan hapeku). LOL.
Sedangkan Ranz lebih sering memotretku dari belakang (menggunakan kameranya). Satu
kali, ketika aku sedang menunggu Ranz, ada sebuah truk lewat, sopirnya
tersenyum centil kepadaku. LOL. Tak lama kemudian, ketika Ranz sampai di
tempatku menunggunya, dia bercerita, si sopir itu bilang ke dia, “Ayo cepet Dik.
Tuh ditunggu Maminya di atas!” wkwkwkwkwk ...
Sekitar pukul 12.30
akhirnya kita sampai juga di Pasar Jimbaran. Karena ga yakin akankah kita
menemukan mini market di jalanan menuju Umbul Sidomukti, di pasar itu kita
masuk ke sebuah toko kelontong untuk membeli air mineral. Aku bertanya kepada
si ibu penjual untuk memastikan kita berada di jalur yang tepat.
“Mau ke Umbul
Sidomukti Mbak? Lihat gang itu kan? Yang ada gapura bertuliskan ‘Umbul
Sidomukti’? Nah, belok saja di situ. Terus saja ikuti jalannya yang menanjak.”
Ya ampyuun. Kenapa
juga perlu diberitahu kalau jalannya menanjak? Apa dikira dari Semarang menuju
Pasar Jimbaran kita ga nanjak? LOL. Setelah kita foto-fiti, dan mulai masuk ke
gang ... OUCH!!! Tanjakannya memang lebih tidak manusiawi dibanding
tanjakan-tanjakan yang telah kita lewati sebelumnya. LOL. Baiklah. Don’t worry.
Be happy. Kita masih penuh semangat kok. Meski t-shirt yang kupakai sudah basah
kuyup kena keringat. LOL.
Sayang dalam
perjalanan Ranz menerima kabar yang kurang menggembirakan dari teman kuliahnya
mengenai dosennya yang killer (baca รจ hobinya ngiler. LOL). L Hal ini agak mengurangi mood Ranz. Waktu menunjukkan sekitar
jam 13.00 waktu itu. Kita berada di posisi yang tidak enak. Mau pulang,
nanggung, paling juga Ranz ga bisa mengejar kuliah hari itu. Mau lanjut, mood
Ranz terganggu, meski akhirnya kita tetap melanjutkan perjalanan.
Semakin tinggi
tanjakan yang kita daki, pemandangan tentu semakin menakjubkan. Kita bisa
memandang Rawapening dari kejauhan, juga kota Semarang.
“Kejutan” terakhir
yang menunggu kita: tanjakan yang paling curam sepanjang 900 meter (tertulis di
papan penunjuk 900 meter, namun jarak yang terekam di sports tracker di hapeku
lebih dari 1 kilometer) dan jalannya sempit. Di awal tanjakan di kiri dan kanan
jalan berupa pemukiman penduduk yang lumayan padat. Ini sebabnya, bus badan
besar tidak akan bisa mencapai Umbul Sidomukti. Untuk mobil pribadi pun
dibutuhkan pengemudi yang mahir mengemudikan mobil yang dikendarai.
Sekitar pukul 14.30
akhirnya kita sampai di Umbul Sidomukti. Pemandangan yang menakjubkan langsung
menghilangkan pegal-pegal di tubuh. :) Di antara beberapa pilihan tujuan, kita menuju kawasan kolam
renang alam dimana di kawasan yang sama juga ada fasilitas outbound, gazebo dan
sebuah kantin. Untuk masuk ke dalam kawasan ini, kita perlu membeli tiket masuk
terlebih dahulu. Harganya waktu itu, Rp. 8000,00 per orang, sudah termasuk
berenang. Sebelum sampai pintu masuk, ada beberapa orang yang menawarkan sewa
kuda untuk berkeliling kawasan Umbul Sidomukti.
Kolam renang yang
ada terbagi menjadi beberapa tingkat. Airnya konon diambil dari air asli
pegunungan sehingga airnya dingin, namun tentu segar. Aku yang semula berencana
ingin berenang tidak jadi karena airnya dingin. Selain itu, karena Ranz menolak
ajakanku untuk menginap di penginapan yang tersedia (pikirannya terfokus pada
kuliah dan dosennya yang unhelpful pada mahasiswa), dan membayangkan waktu
untuk menikmati pemandangan yang indah itu harus dikurangi dengan mandi setelah
berenang, akhirnya aku hanya bermain-main air saja.
Ranz dan aku
meninggalkan tempat sekitar pukul 16.30, agar tidak terjebak kabut yang mungkin
sewaktu-waktu turun. Menjelang turun, gerimis tipis mulai menetes, sehingga
kamera Ranz pun langsung dimasukkan ke dalam tas pannier, setelah dibungkus
oleh tas plastik terlebih dahulu agar aman dari curahan air hujan.
Dari kawasan kolam
renang Umbul Sidomukti sampai Pasar Jimbaran tercatat jaraknya kurang lebih 3,5
km; untuk berangkat (full nanjak), kita butuh sekitar 2 jam, untuk turun (full
turun), kita hanya butuh sekitar 15 menit. J Untuk turun, dibutuhkan rem yang pakem tentu saja karena
turunan curam.
Dalam perjalanan
menuju Semarang, hujan datang dan pergi berulang kali sehingga kita pun
berulang kali berhenti untuk mengenakan mantel, melepas mantel dan melipatnya
dengan rapi untuk dimasukkan ke dalam tas pannier; kemudian berhenti untuk
mengenakan mantel lagi, melepasnya lagi ketika hujan berhenti. Akhir perjalanan
kita mengenakan mantel di pertigaan Tembalang hingga sampai kos Ranz, sekitar
pukul 19.00.
Perjalanan gowes
yang menambah pengalaman bermain-main di tanjakan. Both Ranz and I were proud
of ourselves. Hihihihi ...
Semoga kita ada
waktu dolan ke Umbul Sidomukti lagi, untuk memuaskan keingin explore tempat-tempat
yang belum terjamah kaki, misal trekking di hutan pinusnya. :)
kalau dipikir pikir aku belummaeeeeeeeeeeeeeeeeeeeem huuh
BalasHapussudah ya, pagi hari itu kita sarapan di warung depan smp 40, meski cuma sedikit, itu sarapan namanya :)
Hapusmantapp..
BalasHapusYo'i :)
Hapus