R O M L I
Praktek mengikuti
satu event sepedaan tanpa mendaftar resmi sebenarnya telah kulakukan di
awal-awal aku ikut sepedaan bersama kawan-kawan B2W Semarang angkatan jadul. FUN
BIKE yang kita kadang ikuti bersama. Zaman itu masih belum banyak event
sepedaan yang diselenggarakan oleh komunitas. Yang paling penting waktu itu
adalah kumpul bersama dan sepedaan bareng; dari pada pusing mikir rute, kita
mengikuti saja rute yang ditentukan oleh panitia FUN BIKE. Memiliki kaos/jersey
yang diselenggarakan panitia itu tidak penting; apalagi untuk sekedar mendapatkan
kudapan/snack di akhir bersepeda. Kita sadar diri lah, kita kan tidak
mendaftar, jadi yaaa ... ga dapat snack lah, apalagi door prize. J
Itulah yang disebut
sebagai ROMLI alias ROMbongan LIar. Konon, ada lho komunitas ROMLI, yang berisi
orang-orang yang hobinya mengikuti event namun tidak mendaftr secara resmi.
Aku sendiri tahu
istilah ROMLI baru di awal tahun 2016, ketika ikut event Tour de Pangandaran 7; satu event
besar yang diselenggarakan oleh B2W Tasikmalaya, didukung penuh oleh B2W
Indonesia (pusat). Waktu mendengar istilah ROMLI pertama kali itu aku dan Ranz
tertawa-tawa, yaolooh, ternyata ada namanya juga yak. LOL.
Tour de Pangandaran 7 |
Tour de Pangandaran 8 |
Tour de Pangandaran
itu sendiri, menurutku pribadi, mirip dengan event FUN BIKE, meski jarak
tempuhnya mencapai 107 kilometer. Jarak 107 kilometer itu dibagi menjadi dua
etape. Pistop pertama di halaman depan TOSERBA SAMUDRA, untuk makan siang,
setelah para peserta menempuh jarak kurang lebih 60 kilometer. Peserta resmi
mendapatkan jatah makan siang disini. Untuk mengambilnya, peserta diberi kupon
makan. Pitstop yang kedua di Pantai Pangandaran, peserta kembali mendapatkan
jatah makan malam disini, dengan terlebih dahulu menyerahkan kupon makan.
Berhubung tata cara
penyelenggaraannya seperti FUN BIKE, bisa dipahami jika ada buanyaaaaaaaaaaaak
pesepeda yang menjadi ROMLI. Pertama, mereka tidak merasa butuh
memiliki/mengenakan jersey resmi peserta. Kedua, mereka dengan mudah bisa
mendapatkan warung untuk membeli makan/minum di sepanjang perjalanan
Tasikmalaya – Pangandaran.
Sampai disini, aku
berpikir bahwa para peserta ROMLI itu tidak menyebabkan masalah pada panitia. Dengan
catatan mereka tahu diri bahwa mereka tidak memiliki hak apa pun yang diberikan
oleh panitia kepada peserta resmi: misal evak dan makan/minum. Konon, ada juga
lho peserta ROMLI yang membawa sendiri armada untuk evak rombongan mereka
sendiri.
7AMSELINAS 2017
SEMARANG
Jamselinas a.k.a
jambore sepeda lipat nasional yang merupakan satu event bergengsi para pehobi
sepeda lipat adalah satu event yang selalu ditunggu-tunggu penyelenggaraannya
setiap tahun. Biaya pendaftaran yang dikenakan kepada para peserta, konon,
disayangkan oleh sebagian pesepeda lipat di Nusantara, karena dianggap cukup
tinggi. Mereka tidak memikirkan bahwa uang sekian ratus ribu rupiah itu worth spending lah ya dengan fasilitas yang diberikan oleh
panitia : mulai dari armada evak hingga jamuan makan malam yang biasanya penuh
dengan hidangan yang memanjakan perut peserta. (ditanggung energi yang
dikeluarkan waktu acara bersepeda sepanjang jambore akan langsung kembali
berikut bunganya di acara makan malam. LOL.)
Event jamselinas
yang telah diselenggarakan sejak tahun 2011, menurutku mencapai puncak ‘kejayaan’nya
di penyelenggaraan yang ketujuh, ditandai dengan ribuan orang mendaftar sebagai
peserta hanya dalam tempo sekian hari pendaftaran dibuka. Akhirnya untuk
membatasi peserta – agar panitia tidak terlalu repot J -- pendaftaran ditutup setelah jumlah
peserta mencapai angka seribu orang. Hal ini membuat banyak pesepeda (lipat)
yang berpikir untuk menjadi romli saja.
rombongan Komselis dalam Jogja Attack Maret 2011, cikal bakal jamselinas |
Namun ternyata, para
peserta romli itu tidak semuanya paham statusnya yang hanya seperti benalu. Di event Tour de Pangandaran –
sebelum mencapai TdP7, jadi di event2 TdP sebelumnya – para panitia berbaik
hati menyediakan evak untuk peserta romli yang keser-keser di jalan. Ini
berarti mengurangi jatah bantuan yang diberikan kepada peserta resmi. Nah, bisa
jadi kebaikhatian ini akan terus menerus ‘diharapkan’ orang-orang yang tidak
bertanggung jawab. Dan, terkadang, memang panitia merasa tidak enak hati jika ada
peserta romli yang, misal, mengalami kendala dalam perjalanan.
7amselinas |
Dalam event
7amselinas 2017 di Semarang, diketahui bahwa ada sekian gelintir (atau mungkin
puluh, panitia tidak sempat mendata) peserta romli. Kesibukan mengurus peserta
resmi tentu membuat panitia tidak sempat meneliti peserta romli satu per satu,
apalagi tidak semua peserta resmi berkenan mengenakan jersey resmi yang
dibagikan panitia sebelum hari H, hingga menyulitkan panitia untuk mengenali. Belum
tentu peserta yang tidak mengenakan jersey resmi adalah peserta romli. Tidak
masalah jika peserta romli ini paham bahwa dia hanya benalu, hanya ikutan
bersepeda di rute yang sama yang ditentukan panitia, tanpa meminta hak-hak yang
hanya pantas diberikan kepada peserta resmi. Namun jika kemudian dia ikutan
mengambil makanan yang disediakan (yang ditata secara terbuka, pesepeda boleh
ambil sendiri sesampai di lokasi, tanpa perlu menunjukkan/menyerahkan kupon
snack), bisa dipahami lah jika panitia kesal. Hal ini akan menyebabkan peserta
resmi yang sampai di lokasi belakangan bisa tidak mendapatkan snack yang
disediakan secara pas-pasan.
Bisa dipahami lah
jika di event-event sejenis lain di kesempatan berikutnya para romli ini
membuat panitia kesal.
So? Silakan saja
jika ingin menjadi peserta romli. Hanya sekedar ikut bersepeda di rute yang
ditetapkan oleh panitia, ya oke-oke saja. Tapi, please, sadar diri lah bahwa
anda itu benalu bagi panitia. Jangan mengambil hak-hak yang hanya layak
diberikan kepada peserta resmi.
Begitu lho. J
LG 10.35 08/02/2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.