Seingatku, di awal-awal sepedaan, sekitar tahun 2008 -
2009, beberapa kawan sepeda mengajak 'pitnik' alias bersepeda untuk 'piknik'
atau untuk 'berdarmawisata': jadi mengunjungi satu destinasi wisata, kemudian
bersepeda balik. Ini selain ngikut funbike lho ya. Sebagai contoh: di hari
Minggu pagi bersepeda ke Pantai Maron (yang waktu itu masih ada area berpasir
secara alami), atau yang cukup esktrim, ke stasiun Kedungjati. Ini di bulan
November 2008 kalau tidak salah. Waktu aku dan beberapa kawan bersepeda di
Jogja, tujuan sepedaan kita ke Tamansari, dari rumah mertuanya Om Dar a.k.a
Boil Lebon di Jakal km 8.
November 2008, di benteng Vredeburg |
Januari 2015, pitnik rame2 |
Maka, tahun-tahun berikutnya, aku pun 'istiqomah', lol,
alias mengikuti kebiasaan ini. Pertama gowes keluar kota 'duet' berdua dengan
Ranz, kita bersepeda dari Solo ke Jogja. Semula tujuanku adalah Ganjuran,
Bantul, namun akhirnya kita malah nanjak ke Kaliurang. Hihihi … Gowes dalam
kota di hari Minggu pagi pun, kita juga 'pitnik', misal ke Pantai Cahaya,
Weleri, ke Nglimut, area hutan mangrove di Tapak dan Mangkang, Sekatul, dll.
Entah mulai kapan istilah 'ngeloop' mulai populer. Mungkin
saat sekelompok pesepeda di Jakarta ngeloop lapangan Monas ya, sekian tahun
yang lalu. Aku yang 'buta' daerah geografi Jakarta, tidak tahu seberapa jauh
sekali bersepeda memutari lapangan Monas. Satu kali, aku iseng mencoba
'ngeloop' jalan sekitar sungai Banjirkanal Barat, karena kulihat banyak
pesepeda naik road bike di pagi hari 'latihan' ngebut di jalan Basudewo -
Bojongsalaman ini. Ternyata, aku bosan sekali, kawans! Sekali memutari jalan
Basudewo - Bojongsalaman ini kuhitung jaraknya sekitar 2,4 kilometer. Dua kali
memutar, aku bisa dapat jarak 4,8 kilometer, tapi, oh mai god, jenuh sekali
hanya memandang jalan yang sama, pemandangan yang sama. Rasanya nyaris ingin
muntah-muntah. Lol. Kayaknya aku memang cocok masuk tipe gowes piknik. Hahahah
… Well, meski pernah juga satu kali aku mencoba berbicara pada diri sendiri
untuk mencoba ngeloop BKB, minimal 8 kali laah, agar bisa mencapai jarak hampir
20 kilometer, tanpa perlu pergi jauh-jauh. Ternyata, sore itu, aku sanggup
ngeloop hingga 12 kali, dengan tambahan sekali bersepeda ke arah Tugumuda untuk
beli semangka di tukang 'hik' dekat pasar Bulu. Aku bisa 'menghipnotis' diri
tanpa merasa perlu muntah-muntah, lol. Aku menempuh jarak 30 kilometer. Wow.
Aku meng-WOW-i diri sendiri. Kekekekekeke …
ini bukan 'gowes kluwer' melainkan turing AKAP :D
Beberapa bulan terakhir ini aku mengamati kawan-kawan
pesepeda di dunia maya, mulai menggunakan istilah 'kluwer'. Aku
menerjemahkannya sebagai bersepeda ke kota yang dituju (misal "Kendal
Kluwer"), yaitu Semarang - Kendal, begitu sampai sana, langsung balik lagi
ke Semarang, tanpa berkunjung kemana-mana. Kalau pun mampir ke satu tempat, ya
mungkin itu rumah makan untuk mampir sarapan dan minum. Kalau ini, berarti aku
juga pernah melakukannya; saat 'latihan' gowes jauh, aku dan Ranz dulu kadang
bersepeda Semarang - Demak - Semarang, berhenti hanya untuk (1) mampir pom
bensin buat nunut ke toilet (2) motret di depan masjid agung Demak. :D Atau di
tahun 2017 dulu, aku dan para gadis pelor, bersepeda Semarang - Kudus -
Semarang untuk latihan J150K.
pitnik ke Baluran, gratis, dibayari Ranz, hihihi |
di hutan Penggaron, Maret 2015 |
Kalau kamu, mana yang paling kamu sukai? Kalau aku, paling
suka bersepeda turing antar kota, dibayarin pulak. Haghaghaghag …
PT56 11.44 25 September 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.