Cari Blog Ini

Kamis, 24 Mei 2018

Gowes Sejarah 3

Hari Minggu 6 Mei 2018 kita mengadakan Gowes Sejarah yang ketiga. Karena menjelang bulan Ramadan, tema yang kita pilih adalah mengenal sejarah masjid-masjid kuno yang telah ada sejak zaman kolonial Belanda.

5 masjid yang kita sambangi adalah

1. Masjid Taqwa yang ada di kawasan padat penduduk Sekayu
2. Masjid Menara yang kadang juga disebut sebagai Masjid Layur karena terletak di Jalan Layur
3. Masjid Besar Kauman, yang ternyata dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda yang non Muslin sehingga 'soko guru'nya tidak hanya berjumlah empat, namun banyak. lol.
4. Masjid Pekojan
5. Mushalla Wot Prau

Selain mengunjungi kelima masjid itu, Yogi -- kawan dari Lopen, komunitas pecinta Sejarah di kota Semarang -- juga mengajak kita mampir ke beberapa lokasi lain, misal bangunan Land Huis, satu-satunya bangunan peninggalan Belanda yang masih ada, yang dulu dimiliki oleh tuan tanah, terletak di jalan Kelengan Besar.

Saya belum sempat menulis dengan lebih detil untuk event ini. Di bawah ini ada vlog besutan Ranz, as always. :)


Austin back on road again - from Semarang to Solo

Rasanya sudah cukup lama aku tidak mengajak Austin dolan keluar kota dengan mengayuh pedalnya langsung dari Semarang. Februari 2018 Austin kuajak ke Jogja untuk menghadiri event JFB9uyub naik bus. Maret 2018 kita ke Magelang untuk menghadiri event 2ukun Agawe C5.

Nevertheless, ga sejak awal aku berencana untuk gowes Semarang - Solo untuk menghadiri ulang tahun @Seli Solo yang kedelapan. Semula seperti biasa aku baru akan berangkat ke Solo usai turut mencerdaskan kehidupan bangsa dengan naik bus, Sabtu 12 Mei 2018. Tapi, kemudian aku tergoda untuk dolan ke de Tjolomadoe, sehingga aku menerima tawaran berangkat bareng kawan-kawan lain naik KA Kalijaga. (dan ... naik kereta itu ngangenin lho ...) Dari stasiun Balapan, kita akan bersepeda ke de Tjolomadoe. Namun, rencana ini gagal kita laksanakan ketika kita kehabisan tiket. Aha ... seorang kawan -- sebut saja namanya Jack LOL -- yang menawarkan diri untuk membelikan tiket berangkat ke stasiun untuk beli tiket pada hari Senin 30 April, untuk mendapati bahwa tiket sudah habis. Ya maklum saja, itu adalah wiken terakhir sebelum bulan Ramadan datang. Budaya orang Jawa (kebanyakan) pulang kampung sebelum bulan puasa untuk nyadran.


Beberapa hari sebelum hari Sabtu itu, mendadak Avitt menawari bagaimana kalau kita gowes saja dari Semarang ke Solo. Aku langsung antusias karena membayangkan kita akan bersepeda berempat -- aku, Avitt, Hesti, dan Ranz. Tentu beda rasanya jika hanya bersepeda berdua saja, the more the merrier kan?:) Tapi aku langsung patah hati ketika Avitt bilang sebaiknya berangkat hari Jumat saja, siang hari dari Semarang, loading dulu ke Bawen, baru gowes, dengan alasan (1) ogah kepanasan di tengah jalan jika berangkat dari Semarang pagi. :( (2) hari Sabtu bisa tetap leluasa dolan ke de Tjolomadoe atau ke tempat lain. Aku ga bisa karena (1) aku masih harus mengajar sampai sore hari di hari Jumat itu (2) kondisi my Mom yang beberapa bulan terakhir ini sangat up and down membuatku merasa tidak nyaman meninggalkan rumah lebih dari dua hari satu malam. :(

Karena telanjur excited akan bersepeda Semarang - Solo, aku bilang ke Ranz kalau aku tetap ingin bersepeda Semarang - Solo dan memintanya menjemputku di Bawen. Pastinya Ranz juga sudah kangen dolan bersepeda jauh sehingga dia tidak menolak. :) Hari Jumat dia menjemput Avitt dan Hesti di Salatiga, dan menemani mereka bersepeda Salatiga - Solo; hari Sabtu dia menjemputku di Bawen dan menemaniku bersepeda Bawen - Solo.

Sabtu 12 Mei 2018

Aku berangkat dari rumah pukul 06.00, ga begitu pagi jika itu adalah awal bersepeda ke luar kota, namun ga terlalu siang juga sih. Di jalan masih lumayan sepi, jalanan ga begitu penuh kendaraan bermotor. Apa karena itu adalah hari Sabtu ya, dimana sebagian anak2 SMP-SMA dan pegawai kantor libur?

Honestly, aku berangkat dengan rada ogah-ogahan, belum 'dapet rasa'nya. LOL. (Sepedaan sendirian dan bakal menempuh jarak yang lumayan jauh dan trek bakal nanjak mulu!) Namun begitu sampai Gombel, semangatku bersepeda langsung naik, dan mengayuh pedal Austin pun terasa sangat nikmat. (ini bukan lebay. lol.)


Aku dan Ranz janjian bertemu di Bawen pukul 09.00. Ternyata Ranz sampai terminal Bawen sekitar pukul 08.05, aku datang setengah jam setelahnya. Kita nongkrong dulu di satu minimarket; Ranz barusan membeli coklat dan aku ikutan beli cappuccino. Kita mulai bersepeda menuju Solo pukul 09.00





Kita baru 'ngeh' bahwa pada hari itu ada event SEMAR LALI (Semarang - Boyolali) dimana kebanyakan pesertanya naik road bike dan sepeda hybrid. Maka dalam perjalanan kita sering berpapasan dengan para peserta SEMAR LALI, terutama setelah kita masuk kota Salatiga. Rute Semar Lali itu dari Semarang menuju Gubug - Kedungjati baru nanjak ke arah Tuntang, tidak langsung dari Semarang menuju Ungaran - Bawen - Tuntang dst.


Kita sempat berhenti ketika baru masuk kota Salatiga untuk sarapan soto di satu rumah makan. Setelah itu kita berhenti beberapa kali untuk membeli air mineral dan memotret, meski tidak lama. Kita sampai di patung kuda Boyolali sekitar pukul 13.00. Karena aku belum pernah mampir untuk bernarsis ria disini, tentu aku mengajak Ranz mampir kesini.



Kita sampai di de Tjolomadoe pukul 14.30. Setelah memarkir sepeda di tempat parkir, kita pun masuk untuk menikmati kemegahan bekas pabrik gula yang dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda itu.

Aku memperkirakan kawan-kawan lain yang naik bus tentu telah sampai di Solo sekitar pukul 13.00. Dan aku mengharapkan mereka akan menuju de Tjolomadoe sore hari, sekitar pukul 16.00 lah. Itu sebab aku dan Ranz terus menjelajah de Tjolomadoe sambil menunggu kawan-kawan lain datang. Namun sekitar pukul empat sore itu aku dikabari bahwa mereka akan ke tempat daftar ulang event 8ancakan Seli Solo terlebih dahulu, baru ke de Tjolomadoe. Waduw ... kita pun galau mau terus menunggu mereka atau kita langsung lanjut ke Laweyan saja, ke rumah Ranz.


Kita sedang makan siang kesorean, lol, di satu rumah makan yang terletak di seberang de Tjolomadoe ketika mendapat kabar dari Affrel (yang sedang dalam perjalanan Semarang - Solo naik bus) bahwa Hesti tidak jadi bersepeda ke de Tjolomadoe. Kupikir karena Hesti tidak jadi, maka Avitt dkk pun tidak jadi. (Kesimpulan yang salah ternyata. lol.)

Setelah pukul 18.00, usai makan siang yang terlalu telat itu kita pun gowes menuju Laweyan. Dalam perjalanan, Ranz melihat rombongan Avitt dkk menuju de Tjolomadoe. Nah lo. lol.

Well, anyway, aku lumayan menikmati bersepeda Semarang - Solo ini. Belum tahu kapan lagi bisa berbikepacking. ... Semoga kondisi kesehatan my Mom kembali membaik sehingga aku ga galau jika harus meninggalkan rumah dalam waktu berhari-hari. Amin.

IB 10.10 25052018