Disclaimer :
postingan ini berisikan curhat :D
Tahun 2018 adalah
tahun 'termalas' saya dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Diawali
dengan sakitnya Ibu saya di bulan Januari 2018, yang mengharuskan beliau masuk
RS dua kali. Kondisi beliau semakin menurun di bulan-bulan berikutnya, hingga
wafat di tanggal 17 Juni 2018. Hal ini ternyata sangat mempengaruhi mood saya
sepedaan, meski tetap saya usahakan untuk ikut hadir di beberapa event ultah
komunitas seli di Jogja, Magelang, dan Solo. Dan puncaknya menghadiri jambore
sepeda lipat nasional di bulan September di Makassar. Namun, di luar itu, saya
sangat tidak bersemangat bersepeda yang rada jauh, sendiri. Misal, sepedaan ke
Ungaran, yang di tahun-tahun sebelumnya bisa sekali tiap dua bulan. Bahkan
bersepeda ke arah BSB -- yang dulunya saya anggap "hanya disitu saja"
lol -- saya tidak pernah lagi.
Imbasnya adalah saya
menjadi tidak pede jika nanjak. Padahal tetap saya usahakan jika mau berangkat
ke Magelang/Solo/Jogja saya bersepeda ke Sukun -- yang berarti melewati
rangkaian tanjakan Jl. S. Parman -- Kaliwru - Jl. Teuku Umar dan gongnya adalah
Gombel.
mampir minimarket membeli chainlube, rantai Cleopatra butuh diberi pelumas |
Entah saya dapat
'urge' dari mana tapi hari Sabtu 4 Mei 2019 saya mengarahkan Cleopatra --
sepeda polygon cleo 2.0 -- ke arah Barat, hingga pertigaan pasar Jrakah, dan
belok ke arah Ngaliyan. Semula saya hanya akan menuju BSB, kemudian turun di
daerah TPA Jatibarang, yang tembus ke SMA N 7. Namun, ternyata sesampai BSB,
saya membayangkan tempe garit di warung soto Mbak Tiah yang terletak tak jauh
dari titik ) Gunung Pati, saya kepengen. Akhirnya, dari BSB saya melanjutkan
mengayuh pedal Cleopatra ke arah pertigaan Cangkiran, kemudian belok kiri.
Dari pertigaan
Cangkiran saya harus menempuh jarak sekitar 7 kilometer dengan trek rolling nan
aduhai. Saya lupa sudah berapa kali saya lewat trek ini, tapi setiap kali
lewat, saya tetap terkejut dengan tanjakan yang mendadak di depan mata. Lol.
Waktu mampir di satu
minimarket, saya membeli satu botol air mineral untuk mengisi bidon yang airnya
sudah hampir habis. Tapi ketika mau beli satu bread yang biasanya saya beli
untuk mengisi perut ketika sampai sini, bread yang biasa saya beli tidak ada.
:( well, saya mengayem-ayemi diri sendiri, "I'll be fine." "I'll
be okay."
Kemudian saya
melanjutkan perjalanan. Tanjakan pertama yang dilewati terasa biasa saja.
"Loh, ternyata ga curam," kata saya pada diri sendiri. Uhuk.
Kemudian, tanjakan kedua yang lumayan saya harus membungkukkan badan,
barangkali bisa menambah tenaga di kaki untuk mengayuh pedal Cleopatra. Saat
nanjak, terdengar beberapa orang seperti memberi semangat dari sebuah rumah,
"Ayo mbak … ayo mbak … ayo …" hihihi … Setelah tanjakan terlampaui
saya lega.
Saya pikir
'perjuangan' saya sudah cukup. Lol.
Namun ketika melihat
jalan di depan yang lumayan berkelok-kelok dan rolling, saya berpikir,
nampaknya saya harus minum nih. Dengan trek rolling begitu, plus di pinggir
kiri adalah jurang menganga, saya tidak berani mengambil bidon untuk minum
sembari terus mengayuh pedal. Ketimbang mendadak kehilangan keseimbangan?
Mending saya berhenti sebentar, untuk minum.
Dan … setelah minum
beberapa teguk air, saya melanjutkan perjalanan, dan kudu melewati 2 tanjakan
lagi yang bikin saya sungguh-sungguh ngos-ngosan. Hwaaaaaaaaaa … nah kan, saya
lupa! Tanjakan yang terakhir saya lewati membuat saya begitu merindukan tanda
lalu lintas bahwa saya sudah akan sampai di titik 0 Gunung Pati. Hwaaaaaa …
lol.
soto Mbak Tiah dengan tempe garitnya yang lezat |
Yes, akhirnya saya
pun sampai di pertigaan Gunung Pati, yang menghubungkan Cangkiran - Ungaran -
Desa Kandri. Nafas ngos-ngosan, keringat membanjiri tubuh. Kekekkeke … lemes
pokoknya. LOL. Sempat kepikiran karena sudah mendekati bulan Ramadhan,
jangan-jangan rumah makan soto Mbak Tiah tutup. Hwaaa … kalau ga ada asupan
makanan/minuman masuk, aku ga yakin bisa melanjutkan perjalanan hingga balik ke
peradaban nih. Lol.
Untunglah, warung
soto Mbak Tiah buka. Dan tempe garitnya yang delicious itu masih, belum
dihabisin para tamu sebelumnya. Lol. Alhamdulillahhh. Saya makan semangkuk
kecil soto, dua tempe, satu perkedel, satu gelas es jeruk, dan satu biji tahu
bakso, saya cukup membayar, Rp. 18.000,00. Wow!
Dari sana, dengan
full tenaga, saya kembali ke kota. LOL.
Jarak yang saya
tempuh hari ini 50,2 kilometer, dengan elevasi gain sekitar 735 mdpl.
Kapan-kapan saya kudu latihan nanjak lagi, gaes, sebelum diajak Ranz gowes
nanjak kemanaaa gitu. :D
LG 15.43 07-May-2019