Bulan September dan Oktober 2020 aku
belum dapat mood yang pas untuk nge-grandfondo, meski di bulan Oktober aku
punya trigger untuk rajin sepedaan, ikut "healthy life challenge" di
satu grup alumni. Meski malas nge-grandfondo, jarak tempuh sepedaanku di bulan
Oktober lebih dari 1000 kilometer loh. (bangga pada diri sendiri. Heheheh …)
Bulan November nyaris usai saat
mendadak aku mendapatkan mood untuk ninggalin tempat tidurku yang nyaman di
pagi hari.
Minggu 29 November 2020
Dengan sedikit aras-arasen aku
ninggalin rumah pukul setengah enam pagi. Seperti biasa, aku menaiki Snow
White. Keluar dari rumah, aku ambil arah ke jalan raya Jl. Jendral Sudirman.
Sesampai jalan raya, aku ke arah Barat, masih belum yakin bakal nge-grandfondo.
Tapi karena bulan November mau usai dan jarak tempuh sepedaan baru mencapai
angka 514 kilometer, minimal pagi itu aku harus bersepeda sejauh 50 kilometer
lah.
(Sebagai 'excuse', di bulan November
ada training dari kantor Pusat selama 2 minggu, meski hanya di pagi hari setiap
hari hanya 3 jam; plus di malam hari aku mulai mengajar online secara
kontinyu.)
Aku terus melaju melewati fly over
Kalibanteng. Sesampai Jl. Muradi, aku belok kiri, malas membayangkan lanjut ke
arah Kendal, nanti peta yang dihasilkan di strava Cuma garis lurus doang,
kurang menarik. Hahahah …. Dari Jl. Muradi, sampai Jl. Abdul Rahman Saleh,
belok Jl. Dr. Soeratmo, Jl. Simongan, Candi Pawon (Ringin Telu), nyeberang
jembatan Tugu Suharto, sampailah aku di area Sampangan, terus lurus mengikuti
jalan menuju Jl. Kelud, kemudian belok kanan ke Jl. Kaligarang.
Di pertigaan RSUP Dr. Kariadi, aku
belok kanan. Ternyata pas hampir melewati pertigaan depan gereja Gereformeerd,
aku tergoda belok kanan, ke Jalan S. Parman. Kebetulan pas traffic dari
belakang sepi, menyeberanglah aku. Terus ngikuti jalan sampai pertigaan
Kaliwiru, aku belok kiri ke Jl. Dr. Wahidin. Sesampai pertigaan pasar kambing,
aku belok kanan ke Jl. Mrican, lurus, kemudian belok kiri ke Jl. Lamper Tengah.
Setelah sampai Jl. Majapahit (sekarang namanya Jl. Brigjend Katamso kalau tidak
salah), aku baru mendapatkan mood yang baik untuk lanjut ke arah Mranggen dan
siap nge-grandfondo.
Dari terminal Penggaron, aku terus
lurus ke arah Timur, melewati pasar Mranggen, masih lurus ke Timur. Aku
berhenti di satu warung makan soto setelah jarak tempuh di strava menunjukkan
angka 34 kilometer. Usai sarapan, aku terus ke arah Timur, hingga sampai
Karangawen. Di satu traffic light, dimana sebelumnya ada petunjuk jika belok
kiri ke arah Demak, aku belok kiri. Dari sini, aku mengikuti jalan terus,
teruuuuus hingga tembus jalan raya Semarang - Demak. Ketika keluar ke jalan
propinsi ini, aku ngecek google maps, ternyata jika aku ingin sampai alun-alun
Demak, aku harus menempuh jarak 12 kilometer lagi. Males ah, mana susah untuk
menyeberang karena (1) ada pulau jalan yang cukup lebar (2) badan jalan lebar
banget dan traffic lumayan padat bakal susah menyeberang. Akhirnya, aku belok
kiri, menuju kota Semarang.
Sesampai jalan yang aku sudah
familiar membuat jarak nampak dekat, lol. Terus mengayuh pedal Snow White
sampai lewat 'Bates' kemudian di area Bangetayu, aku belok kiri ke Jl. Wolter
Monginsidi. Langit mulai nampak gelap; mendung menggayut di atas sana. Sampai
aku di jembatan penyeberangan di atas rel kereta api Alas Tuwo, mendadak turun
hujan deras. Aku pun minggir berteduh.
Aku ga lama berteduh disitu karena
terpaksa berkerumun: banyak orang yang juga berteduh disitu. Ketika hujan yang
semula sangat deras sedikit mengendor, aku melanjutkan perjalanan setelah aku
mengenakan mantel dan kubungkus tablet plus dompet dalam tas plastik.
Meninggalkan Jl. Wolter Monginsidi
aku belok kanan ke jalan arteri Sukarno - Hatta, aku disambut banjir yang
lumayan dalam, banjir ini terus ada sampai mendekati traffic light Jl.
Supriyadi. Setelah menyeberang traffic light, tak nampak banjir, bahkan jalan
terlihat agak kering. Di daerah sini baru gerimis nampaknya.
Di dekat patung Sukarno - Hatta, aku
berhenti mampir di satu penjual 'gilo-gilo' aku jajan buah. Saat meninggalkan
penjual 'gilo-gilo' ini mantel sudah dalam kondisi kulipat dan kumasukkan dalam
tas kresek. Tapi, ga lama kemudian, sesampai perempatan dimana jika belok kiri
ke Jl. Dr. Cipto, hujan turun lagi, lol. Mantel pun kupakai lagi.
Melewati Kota Lama yang sepi karena
pegunjung berteduh di pinggir-pinggir, aku terus melaju ke Jl. Pemuda, hingga
belok kiri ke Jl. Thamrin. Sesampai Tugumuda, jarak yang sudah kutempuh baru 90
kilometer. Aku menggenapinya hingga angka 101 kilometer dengan ngeloop BKB 4
kali.
Aku menulis ini di hari Sabtu 5
Desember 2020, pagi tadi aku mager karena hawa dingin yang membuatku rasanya
ingin molor terus di tempat tidur, lol.
PT56 09.54 05-Desember-2020