Selasa 4 Juli 2023
Pagi itu kami jadi bersepeda ke Nanggulan, after sorting out our disagreement, lol. Awalnya, Ranz sempat ragu-ragu apakah dia bakal mampu. Vertigonya terus menempel ke kepalanya. :( Dia sempat ngecek grab, butuh biaya berapa jika kami ke Nanggulan ngegrab. (aku diam saja, meski tentu aku akan lebih suka gowes, jadi aku bisa menyalakan strava, dan setelah selesai, aku bisa mengunggah screenshot strava hari itu ke medsos.) Ranz sempat juga bertanya apakah ada Trans Jogja menuju arah Godean. Seingatku ada. Keputusan aku serahkan pada Ranz, apakah kami jadi full bersepeda, apakah akan naik Trans Jogja, atau ngegrab.
Ternyata kami sampai area Nanggulan full bersepeda! Untuk sarapan, kami mampir di satu warung makan sederhana di area Jl. Godean km 4,5. seperti ini loh bagiku 'terserah dia mau mampir kemana'. Aku tidak akan mengeluh kok mampir ke sini atau ke situ, yang penting kami makan sesuatu.
Di Jl Godean km 16, Ranz melihat seorang penjual rujak/lotis. Dia mampir dan membeli satu porsi lotis, dibungkus, dan kami bawa sampai Nanggulan.
Aku kira sesampai Nanggulan, Ranz akan mengajakku mampir ke Geblek Pari atau Kopi Klothok atau kemana kek dimana kami bisa istirahat sambil ngemil lotis. Ternyata engga, lol. Kami menyusuri rute yang juga kami lewati waktu event J150K, dimana di sisi utara ada selokan yang airnya mengalir dengan lancar. Waktu aku meminta difoto Ranz di daerah situ, dengan entengnya dia bilang, "Ini ga ada bedanya dengan di Selokan Mataram," betul juga. Rugi amat yak, jauh-jauh bersepeda sampai Nanggulan -- 30 kilometer jaraknya dari Jakal km 5 -- kok ternyata fotonya jika dilihat secara sekilas, kami nampak seperti di Selokan Mataram yang tidak begitu jauh dari area UGM, lol.
Ranz mengajakku ngemil lotis di pinggir selokan! Untunglah, seperti yang kukatakan di atas, airnya mengalir dengan lancar, dan area di pinggirnya bersih dari kotoran. (Ranz paling ga bisa makan di area yang penuh sampah!) Di sekitar situ juga akhirnya kami berfoto-foto.
Usai ngemil lotis dan foto-foto, Ranz menawari apakah kami akan kembeli ke jalan kami datang, atau lanjut. Aku ga yakin apakah kami akan bisa menemukan jalan untuk kembali ke Jogja dengan mudah, tanpa repot-repot ngecek google map, maka aku usulkan untuk kembali saja.
Di tengah jalan, di pinggir selokan area Nanggulan itu, kami bertemu dengan rombongan 'turis lokal' yang naik mobil yang atapnya terbuka. Ada sekitar 11 mobil dan di tiap-tiap mobil minimal ada 4 penumpang plus sopir. Hmmm … ini cara mereka menikmati indahnya area Nanggulan kali ya? Kalau buatku dan Ranz kan cukup dengan sepedaan.
Perjalanan baliknya, Ranz semakin nyantai mengayuh pedal Hezel. Katanya, otot di kakinya mudah terasa panas jika dia memaksa diri untuk ngebut dalam waktu lama. Beginilah kondisi tubuh Ranz setelah dia rajin ngegym. Kayaknya ga bakal mungkin kami mengulang kisah bikepacking yang dulu-dulu dimana kami bisa bersepeda sampai 3 - 7 hari berturut-turut dimana setiap hari kami menempuh jarak sekitar 80 - 120 kilometer. Ya sudahlah, aku pasrah.
Sekitar pukul 14.10 kami sampai di Jl. Kyai Mojo. Aku mengajak Ranz mampir ke satu resto waralaba lokal, SS. Kami juga mampir kesini waktu ngikut event ultah JFB yang kesembilan di tahun 2018. kami nunggu makanan datang lumayan lama di sini, nyaris 30 menit!
Usai makan siang, kami melanjutkan perjalanan. Well, dari tempat kami makan siang sampai penginapan, kami hanya perlu bersepeda sejauh 5 kilometer. Kali ini tumben Ranz mengajak lewat kampus UGM, dia ogah melewati kemacetan di Jalan Kaliurang! Masuk UGM, kemudian kami melipir lewat lembah, dan keluar dari pintu gerbang di sebelah Utara, tak jauh dari kampus Fakultas Teknologi Pertanian (kalau tidak salah), ini sudah di samping Selokan Mataram.
Malamnya kami ke Maraville Café, satu kafe yang biasa kami kunjungi tatkala kami menginap di kawasan Jakal km 5.
Rabu 5 Juli 2023
Seperti yang sudah aku perkirakan, Ranz kepengen ke Bhumi Merapi. So, pagi ini setelah mandi, packing, sarapan (Ranz pesan gudeg via ojek online), kami meninggalkan hotel tempat kami menginap menuju Bhumi Merapi naik grab. Cuaca cukup muram. Gerimis turun now and again. Kami sampai Bhumi Merapi pukul 09.15, destinasi wisata ini buka jam 09.00. dan … saat itu, sudah lumayan banyak pengunjung!
Setelah membeli tiket masuk, per orang Rp. 35.000,00, kami masuk. Ranz yang kepengen membuat video di area 'langlang buana' langsung mengajakku kesana, tanpa perlu melihat-lihat lokasi lain.
Sekitar pukul 12.35 kami turun ke arah Jakal km 5. ada kabar duka dari keluarga Ranz: Budenya -- kakak dari ayahnya -- meninggal dunia, jadi Ranz diminta segera pulang ke Solo. Kami pun ga jadi naik KRL, tapi ngegrab ke Solo.
Menjelang pukul lima sore, keluarga Ranz berangkat menuju Jember, aku beli oleh-oleh terlebih dahulu, kemudian makan siang -- yang sungguh-sungguh kesorean -- di Wedangan Pak Basuki. Setelah itu, aku ke pool travel Citi*****. Aku naik travel pukul 18.00. alhamdulillah aku sudah sampai rumah sebelum pukul 20.00.
PT56 12.40 10.07.2023