Cari Blog Ini

Senin, 10 Juli 2023

Solo - Jogja - Nanggulan - Bhumi Merapi 2

 


Selasa 4 Juli 2023

 

Pagi itu kami jadi bersepeda ke Nanggulan, after sorting out our disagreement, lol. Awalnya, Ranz sempat ragu-ragu apakah dia bakal mampu. Vertigonya terus menempel ke kepalanya. :( Dia sempat ngecek grab, butuh biaya berapa jika kami ke Nanggulan ngegrab. (aku diam saja, meski tentu aku akan lebih suka gowes, jadi aku bisa menyalakan strava, dan setelah selesai, aku bisa mengunggah screenshot strava hari itu ke medsos.) Ranz sempat juga bertanya apakah ada Trans Jogja menuju arah Godean. Seingatku ada. Keputusan aku serahkan pada Ranz, apakah kami jadi full bersepeda, apakah akan naik Trans Jogja, atau ngegrab.

 

Ternyata kami sampai area Nanggulan full bersepeda! Untuk sarapan, kami mampir di satu warung makan sederhana di area Jl. Godean km 4,5. seperti ini loh bagiku 'terserah dia mau mampir kemana'. Aku tidak akan mengeluh kok mampir ke sini atau ke situ, yang penting kami makan sesuatu.

 

Di Jl Godean km 16, Ranz melihat seorang penjual rujak/lotis. Dia mampir dan membeli satu porsi lotis, dibungkus, dan kami bawa sampai Nanggulan.

 

Aku kira sesampai Nanggulan, Ranz akan mengajakku mampir ke Geblek Pari atau Kopi Klothok atau kemana kek dimana kami bisa istirahat sambil ngemil lotis. Ternyata engga, lol. Kami menyusuri rute yang juga kami lewati waktu event J150K, dimana di sisi utara ada selokan yang airnya mengalir dengan lancar. Waktu aku meminta difoto Ranz di daerah situ, dengan entengnya dia bilang, "Ini ga ada bedanya dengan di Selokan Mataram," betul juga. Rugi amat yak, jauh-jauh bersepeda sampai Nanggulan -- 30 kilometer jaraknya dari Jakal km 5 -- kok ternyata fotonya jika dilihat secara sekilas, kami nampak seperti di Selokan Mataram yang tidak begitu jauh dari area UGM, lol.

 








 

Ranz mengajakku ngemil lotis di pinggir selokan! Untunglah, seperti yang kukatakan di atas, airnya mengalir dengan lancar, dan area di pinggirnya bersih dari kotoran. (Ranz paling ga bisa makan di area yang penuh sampah!) Di sekitar situ juga akhirnya kami berfoto-foto.

 

Usai ngemil lotis dan foto-foto, Ranz menawari apakah kami akan kembeli ke jalan kami datang, atau lanjut. Aku ga yakin apakah kami akan bisa menemukan jalan untuk kembali ke Jogja dengan mudah, tanpa repot-repot ngecek google map, maka aku usulkan untuk kembali saja.

 

Di tengah jalan, di pinggir selokan area Nanggulan itu, kami bertemu dengan rombongan 'turis lokal' yang naik mobil yang atapnya terbuka. Ada sekitar 11 mobil dan di tiap-tiap mobil minimal ada 4 penumpang plus sopir. Hmmm … ini cara mereka menikmati indahnya area Nanggulan kali ya? Kalau buatku dan Ranz kan cukup dengan sepedaan.

 

Perjalanan baliknya, Ranz semakin nyantai mengayuh pedal Hezel. Katanya, otot di kakinya mudah terasa panas jika dia memaksa diri untuk ngebut dalam waktu lama. Beginilah kondisi tubuh Ranz setelah dia rajin ngegym. Kayaknya ga bakal mungkin kami mengulang kisah bikepacking yang dulu-dulu dimana kami bisa bersepeda sampai 3 - 7 hari berturut-turut dimana setiap hari kami menempuh jarak sekitar 80 - 120 kilometer. Ya sudahlah, aku pasrah.

 

Sekitar pukul 14.10 kami sampai di Jl. Kyai Mojo. Aku mengajak Ranz mampir ke satu resto waralaba lokal, SS. Kami juga mampir kesini waktu ngikut event ultah JFB yang kesembilan di tahun 2018. kami nunggu makanan datang lumayan lama di sini, nyaris 30 menit!

 

Usai makan siang, kami melanjutkan perjalanan. Well, dari tempat kami makan siang sampai penginapan, kami hanya perlu bersepeda sejauh 5 kilometer. Kali ini tumben Ranz mengajak lewat kampus UGM, dia ogah melewati kemacetan di Jalan Kaliurang! Masuk UGM, kemudian kami melipir lewat lembah, dan keluar dari pintu gerbang di sebelah Utara, tak jauh dari kampus Fakultas Teknologi Pertanian (kalau tidak salah), ini sudah di samping Selokan Mataram.

 

Malamnya kami ke Maraville Café, satu kafe yang biasa kami kunjungi tatkala kami menginap di kawasan Jakal km 5.

 

Rabu 5 Juli 2023

 

Seperti yang sudah aku perkirakan, Ranz kepengen ke Bhumi Merapi. So, pagi ini setelah mandi, packing, sarapan (Ranz pesan gudeg via ojek online), kami meninggalkan hotel tempat kami menginap menuju Bhumi Merapi naik grab. Cuaca cukup muram. Gerimis turun now and again. Kami sampai Bhumi Merapi pukul 09.15, destinasi wisata ini buka jam 09.00. dan … saat itu, sudah lumayan banyak pengunjung!

 


 

Setelah membeli tiket masuk, per orang Rp. 35.000,00, kami masuk. Ranz yang kepengen membuat video di area 'langlang buana' langsung mengajakku kesana, tanpa perlu melihat-lihat lokasi lain.

 

Sekitar pukul 12.35 kami turun ke arah Jakal km 5. ada kabar duka dari keluarga Ranz: Budenya -- kakak dari ayahnya -- meninggal dunia, jadi Ranz diminta segera pulang ke Solo. Kami pun ga jadi naik KRL, tapi ngegrab ke Solo.

 

Menjelang pukul lima sore, keluarga Ranz berangkat menuju Jember, aku beli oleh-oleh terlebih dahulu, kemudian makan siang -- yang sungguh-sungguh kesorean -- di Wedangan Pak Basuki. Setelah itu, aku ke pool travel Citi*****. Aku naik travel pukul 18.00. alhamdulillah aku sudah sampai rumah sebelum pukul 20.00.

 

PT56 12.40 10.07.2023

 


















Solo - Jogja - Nanggulan - Bhumi Merapi 1

 

bulan Maret 2013, di jembatan ini kami kehujanan, day 1 bikepacking Solo - Purwokerto

Kadang, saat berbincang tentang bikepacking, Ranz bilang, dengan nada seperti mengeluh, "sudah lama ya kita tidak bikepacking," atau dia mengunggah satu fotonya yang sedang sepedaan di IG, dengan kepsyen, "aku masih tetap sepedaan," yang aku 'baca' sebagai dia kangen sepedaan jarak jauh, selama beberapa hari in succession.

 

Dan saat ikut event J150K bulan Maret 2023, dia bilang bahwa pemandangan di Nanggulan -- rute yang harus kita lewati setelah check point bayangan entah yang keberapa, aku lupa -- bagus sekali untuk foto-foto. Aku setuju, tapi karena waktu itu, aku sudah ngambeg dan meninggalkan Ranz di belakang, dan aku harus ngebut untuk mengejar CUT OFF TIME yang jam 17.00, jelas aku ga menyempatkan diri berhenti di kawasan Nanggulan untuk foto-foto.

 

Dua hal inilah yang melatarbelakangi mengapa aku mengajak Ranz bersepeda ke Jogja lagi saat libur kenaikan kelas.

 

Semula aku berencana berangkat ke Solo hari Minggu 2 Juli 2023. Hari Senin 3 Juli 2023 bersepeda Solo - Jogja. Hari Selasa 4 Juli 2023 bersepeda ke Nanggulan. Hari Rabu 5 Juli, Ranz ogah bersepeda balik ke Solo, dia mengajak naik KRL dari stasiun Tugu. Tapi, aku berusaha merayunya untuk tetap susur selokan sampai area Kalasan, dan naik KRL dari Stasiun Brambanan. Ini karena katanya jalan tol Solo - Jogja ada yang akan melewati Selokan Mataram, sekitar 4 kilometer. Rencana jalan tol ini dibangun 'di atas' Selokan Mataram. Ranz nampaknya setuju. Namun, kemudian aku ingat, bahwa dia masih ingin ke Bhumi Merapi, satu destinasi wisata yang terletak di Jakal km 21/22. so? Aku bilang, "Ga usah susur Selokan deh. Di hari ketiga kita ngegrab saja ke Bhumi Merapi. Pulangnya langsung kita naik KRL dari Stasiun Tugu."

 

Mengapa ngegrab? Jelas Ranz pasti ogah aku ajak bersepeda nanjak Jakal sampai kilometer 21/22. Dan, ya kita akan menghemat waktu jika kita ngegrab, ketimbang gowes.

 

Kenyatannya aku berangkat ke Solo di hari Sabtu 1 Juli 2023. ada event 'patjar merah' dimana di salah satu sesinya, Gibran Rakabuming -- walikota Solo -- dijadualkan datang mengisi sebagai salah satu nara sumber dengan topik pembicaraan, "Melihat Solo dari dekat sekali". Seperti biasa, aku berangkat naik travel Citi***** pukul 09.30. mobil yang aku tumpangi sampai di pool Solo pukul 11.10. dari sana aku menjemput Ranz yang sedang ngegym.

 


Sorenya Ranz mengajakku ke Ndalem Djojokoesoeman yang terletak di kawasan Pasar Kliwon naik grab. Jarak venue ini 5 kilometer dari rumah Ranz, dan … dia menganggap jarak ini jauh! Ya wis lah, manut. Tapi, ada satu hal lagi yang perlu kami perhatikan: apakah aman jika kita memarkir sepeda di pelataran parkir Ndalem Djokokoesoeman. Ya sudah, aku manut. Aku sempat ikut panel bincang-bincang dengan topik yang aku sebut di atas, meski ternyata karena sesuatu hal, Gibran tidak bisa datang. Oh ya, saat datang ke event ini, aku membeli novel LAUT BERCERITA karya Leila S. Chudori yang latar belakangnya terhubung dekat dengan peristiwa 1998.

 

Malamnya, kami berdua 'ngangkring' di Wedangan Pak Basuki. Setelah beberapa kali kesana, aku pikir teh nasgitelnya berubah rasa, tidak lagi 'sedahsyat' yang aku ingat/harapkan, saat itu, rasa tehnya kembali nikmat seperti sebelumnya.

 

Minggu 2 Juli 2023 pagi, aku menemani Ranz dan Deven dolan ke CFD. Aku sarapan nasi liwet. Siangnya aku ikut keluarga Ranz menghadiri arisan keluarga besar. Sore, Ranz mengajakku ngopi di 'kedai' kopi 1956. (Semula aku janjian dengan seorang kawan facebook yang bertemu di 'patjar merah' di sini. Tapi ternyata kemudian Vika ga bisa datang, Ranz tetap mengajakku ke kedai kopi ini, ya aku mau dong ya.)  Malamnya, kami makan ke food court 'Kenangan' yang terletak di daerah Gentan, bareng mas Martin dan mbak Niken. Aku naik motor boncengan Ranz, mas Martin, dan mbak Niken bocengan motor juga, plus Deven. Karena di kampung Ranz sedang ada yang membangun rumah, ada tumpukan material, mas Martin ogah ngeluarin mobil. Hoho …

 

Senin 3 Juli 2023

 

Kami memulai perjalanan dengan keluhan vertigo yang diderita Ranz. :( Bad vertigo left a bad taste in her mouth: bulan Desember 2022 kami bersepeda ke Jogja, tapi kemudian Ranz 'diserang' vertigo, hingga 3 malam menginap di hotel, kami tidak ngapa-ngapain, karena bahkan keluar dari kamar saja Ranz ga mampu. Aku 'hanya' sempat keluar sepedaan di kawasan Bulaksumur, plus sekali sampai Tugu, dan beli makan plus obat untuk Ranz.

 

Kami berangkat dari rumah Ranz sekitar pukul 06.20. Meski sang surya bersinar cerah, angin yang berhembus terasa dingin. Seperti biasa, kami sarapan di satu warung makan yang terletak tak jauh dari SMP N 1 Gatak, Sukoharjo. Kami memesan timlo tanpa nasi.

 

Di awal perjalanan, Ranz mengayuh pedal Hezel dengan cepat, kadang aku keteteran mengejarnya. Namun, setelah kami mulai masuk kabupaten Klaten, Ranz nampak santai sekali. Well, ini bukan sepedaan ikut event apa pun, jadi kami bisa mengayuh pedal sepeda sesantai yang kita ingini.

 

 




Kami sempat mampir pom bensin dua kali untuk pipis. Well, sakit perut yang mulai menggangguku sejak bulan November 2022 memaksaku untuk segera pipis jika aku merasa kebelet, tidak boleh ditahan jika aku tidak ingin diserang rasa sakit lagi.

 

Oh ya, ini adalah perjalanan pertama Solo - Jogja Ranz naik Hezel, sepeda camp hazy yang dia beli di awal tahun 2023 untuk dia naiki di event J150K, maka dia dengan suka cita berhenti di spot-spot tertentu untuk memotret Hezel.

 

To our disappointment, saat kami sampai di lokasi jualan es dawet Ngudi Roso, si penjual libur. Well, memang sebelumnya sudah aku perkirakan sih. Sebelumnya kan ada long weekend libur Hari Raya Idul Adha. Pasti ramai sekali. Dan, banyak penjual makanan atau apa pun juga yang memilih libur di hari Senin untuk istirahat. Apa boleh buat? Ranz menawari mampir di kedai dawet lain, aku menolak. Kapan dulu itu kami mencoba mampir di kedai lain, tapi rasanya mengecewakan. So? Mending ga usah sekalian.

 



 

Sesampai di Candi Kalasan, kami mulai merasakan titik-titik gerimis. Ranz mengeluh; di bulan Desember 2022, kami kehujanan saat akan masuk kota Jogja. Dan … Ranz pun sakit parah. Tapi, untunglah gerimis kali ini ya hanya gerimis, tidak membesar menjadi hujan.

 


 

Perjalanan lancar hingga kami sampai di bunderan UGM. As one 'ritual' kami mampir, aku memotret Austin dengan latar belakang tulisan UNIVERSITAS GADJAHMADA, dan Ranz pun memotretku di sini. Saat itu, lumayan banyak orang yang mampir dan antri foto. Ada beberapa mahasiswa yang menawarkan sewa jaket almamater untuk berfoto. Aku tidak tertarik karena warna jaketnya tidak seperti jaket almamater yang aku dapatkan di tahun 1986 duluuu. Entah mengapa kok warnanya berubah ya.

 

Aku blas tidak merasa lapar sampai di situ. Yang ada di benakku adalah: segera sampai penginapan, aku mau mandi keramas, kemudian … TIDUR! Tapi Ranz lapar dan dia menyebutkan ingin makan sesuatu yang rasanya terasa banget (I was thinking of nasi padang dengan rendangnya), hangat, dan berkuah. Nah, bingung kan aku, nasi padang kan biasanya kering, ga pakai kuah banyak. Dan, aku benar-benar tidak bisa menerjemahkan keinginan Ranz untuk makan apa. Jelas aku juga tidak tahu mau mengajak Ranz mampir di rumah makan mana?

 

Dan, jawabanku, "terserah kamu mau makan dimana. Aku ga lapar kok," memicu kekesalan Ranz. (haha, kami memang sering bertengkar!) setelah meninggalkan bunderan UGM, dia mengayuh pedal Hezel dengan cepat, menuju Jalan Kaliurang km 5. Aku ngikutin dari belakang. Dan, ini adalah untuk kesekian kali kami menginap di satu hotel yang terletak di Gang Megatruh, Ranz sudah hafal jalan menuju ke sana. Untunglah sebelum sampai hotel, ada outlet mie Yamin Panda. Ranz pun mampir ke situ. Dia memesan satu jenis mie ayam, dan minuman es choco oreo. Dia sama sekali tidak menawariku apa-apa, dan, aku belum ngeh bahwa dia marah padaku. (I was too insensitive, eh?)

 

Setelah makan, kami ke hotel, check in. untuk pertama kali kami mendapatkan kamar di lantai 3! Waduh. Untunglah kakiku baik-baik saja, jadi naik turun tangga sampai lantai 3 okay-okay saja. Dan seperti yang sudah aku bayangkan, aku langsung mandi keramas, kemudian leyeh-leyeh di tempat tidur. Ranz sibuk dengan gadgetnya. We didn't talk to each other at all, lol.

 

Ketika malam tiba, kebetulan perutku juga tidak lapar. Aku menunggu apakah Ranz akan mengajakku keluar makan malam, ternyata dia tetap tidak mengatakan apa pun juga padaku. Dia keluar sebentar, kemudian balik lagi membawa air mineral dan sedikit cemilan. Aku tidak merasa butuh ngemil, so aku langsung tidur.

 To be continued.