GOWES TOUR KE PANTAI CAHAYA
WELERI
26 FEBRUARI 2012
Untuk mengisi kekosongan kegiatan komunitas b2w Semarang,
aku dan Ranz – yang meski penduduk kota Solo namun dengan suka cita mengaku
diri sebagai anggota komunitas b2w Semarang maupun Komselis, if I am not
mistaken – berencana mengadakan gowes bareng. Setelah menuju arah Utara – Kudus
10 April 2011 dan Jepara 29 Mei 2011 – kemudian menuju Timur – gowes napak
tilas ke Stasiun Kedungjati 18 Desember 2011 – kali ini kita ingin gowes ke
arah Barat. Pucuk dicinta ulam tiba ketika Wawan alias Herwantoro mengajak
gowes ‘terakhir’ sebelum dia hijrah lagi keluar kota. Dia menyarankan untuk
gowes ke Pantai Cahaya Sendang Sikucing Weleri. Kebetulan sekitar satu tahun
yang lalu ketika Wawan mengajak gowes ke tempat yang sama, aku tidak bisa ikut
karena di rumah ada acara keluarga, sedangkan Ranz ikut acara gowes Joglosemar
ke Kaliurang, maka ajakan Wawan kali ini kita terima dengan gembira.
Sempat woro-woro di dinding komunitas b2w Semarang dan
Komselis beberapa hari sebelum the D day 26 Februari 2012, namun ternyata pas
berbarengan dengan acara keluarga Dhimas, anggota termuda Komselis yang sempat
ikut gowes bareng ke Kudus setahun lalu, Dhimas sunat. :) Meski peserta kurang
dari sepuluh, kita berdelapan – aku, Ranz, Wawan, Tami, Luna, Da, Bije, dan
Bowo – tetap bersemangat. Tiga peserta (Rans, Da, dan Luna) naik sepeda lipat
yang kebetulan semuanya bermerk sama, pocket rocket. Tiga orang (aku, Tami,
Bije) naik mtb. Sedangkan Wawan dan Bowo naik sepeda jenis balap. (NOTE: Bije nyusul
di tengah jalan, sekitar Krapyak, tidak mulai dari mabes.)
Kita meninggalkan mabes – yang telah kehilangan
videotronnya – sekitar pukul 06.40 dikarenakan sang tour leader bangun
kesiangan hingga datang ke meeting point pun tentu kesiangan. Kita memilih
jalur Jalan Pahlawan – Simpang Lima – Pandanaran dst. Karena masih lumayan pagi
dan hari Minggu pula tentu jalur jalan dalam kota tidak padat. Namun ternyata
setelah melewati bunderan Kalibanteng, jalan mulai dipadati kendaraan-kendaraan
besar, seperti bus dan truck.
Sesampai di (eks)) pom bensin dekat RM ayam goreng
S*****i, Mas Nasir dan putri mungilnya Lala telah menunggu kita. Wah ... tidak
nyangka ternyata Lala berani juga diajak bertualang lagi. FYI, Lala juga ikut
waktu gowes ke Stasiun Kedungjati.
Melewati traffic light pasar Jrakah, jalanan semakin
penuh dengan bus dan truck. Bahkan para sopir dengan ugal-ugalan memenuhi badan
jalan sambil terus main klakson. Para peserta terus mengikuti Wawan yang berada
di depan dengan berjajar satu per satu. Aku sempat kepikiran Mas Nasir dan Lala
yang berada di belakang, namun aku juga tetap terus mengikuti laju sepeda
Wawan. Belum pernah aku gowes ke arah Barat, ga nyangka ternyata jalanan yang
‘nampaknya’ datar jika dilewati naik mobil/bus, ternyata naik turun permukaan
jalannya lumayan menantang dan matahari yang bersinar terik membuatku mudah merasa
haus.
Kita berhenti untuk beristirahat plus sarapan di
alun-alun kota Kendal sekitar pukul 08.20. Seperti saat gowes ke Kudus maupun
Jepara, menu sarapan kita adalah soto ayam, kecuali Tami yang selalu tak lupa
membawa bekal ketika gowes jauh: mie goreng. :)
Kita melanjutkan perjalanan sekitar satu jam kemudian.
Sinar matahari semakin panas menyengat. Namun untunglah permukaan jalan tak
lagi naik turun.
Ketika kita sampai di satu traffic light di daerah
Cepiring, Wawan mengajak kita menyeberang ke kanan. Dia bilang di situ ada
jalan pintas menuju pantai Cahaya. Setelah sempat bertanya kepada beberapa
orang yang berdiri di ujung jalan itu untuk meyakinkan diri, kita berfoto
‘farewell’ karena Wawan dan Bowo tidak bisa terus mengikuti kita sampai ke
lokasi. Wawan mengaku ada keperluan mendadak yang membuatnya harus segera balik
ke Semarang. Maka sejak saat itu, tampuk tanggung jawab perjalanan
dipindahalihkan kepada Bije. :)
Menurut ‘speedometer’ yang nangkring di sepeda Tami, dari
ujung jalan itu sampai ke Pantai Cahaya kita gowes sekitar 10 kilometer. Ketika
kita sempat hampir salah jalan (karena aku ‘keukeuh’ dengan pesan Wawan untuk
teruuuusssss saja, hihihihi ...) ada seorang tukang becak yang baik hati
memberi petunjuk. Well, tentu kita nampak sebagai turis (yang naik sepeda) yang
menuju ke pantai tempat para turis berwisata. :) Atau mungkin sudah banyak juga
ya para cyclist yang menuju pantai Cahaya – maupun pantai Sendang Sikucing –
dengan naik sepeda.
Setelah sempat dibuat bingung dengan papan petunjuk
“Pantai Cahaya” dengan “Pantai Sendang Sikucing” (lhooo ... sebenarnya nama
pantai yang akan kita tuju namanya apa ya?) kita sampai ke satu pertigaan yang
ada papan petunjuk ke arah mana yang bisa kita tuju jika kita ingin ke Pantai
Cahaya atau ke Pantai Sendang Sikucing. :) Kita memutuskan untuk menuju Pantai
Cahaya karena memang sejak berangkat dari Semarang tujuan kita adalah pantai
satu ini.
Sempat ketar-ketir jangan-jangan pantai satu ini ga jauh
beda dengan pantai Marina atau Maron Semarang. Qiqiqiqiqi ... ga worth banget
lah gowes jauh-jauh, mana panas pula. :-P Sesampai di depan pintu gerbang, oh,
terlihat bahwa pemerintah daerah telah memberikan perhatian yang cukup bagus
untuk membuat pantai Cahaya layak dijadikan tujuan wisata. Dari luar terlihat
ada pintu gerbang yang cukup memadai untuk menyambut wisatawan (bandingkan
dengan pantai Maron Semarang :-P )
Sempat terjadi ‘insiden’ yang sebenarnya biasa kita –
para pesepeda – hadapi. Ceritanya begini. Sesampai di depan pintu gerbang masuk
Pantai Cahaya, kita langsung menata sepeda berjajar untuk berfoto (sebagai
dokumentasi kenarsisan kita :-P) Namun belum sempat berfoto ria, oleh satpam
penjaga pintu gerbang kita dihalau disuruh pergi karena menghalangi jalan. Dari
jauh terlihat ada sebuah mobil angkot datang.
“Minggir-minggir, itu ada mobil datang!” kata satpam itu
sambil menyingkirkan Pockie ke pinggir.
Padahal kita lihat mobil itu masih lumayan jauh jaraknya.
Kalau hanya sekedar satu dua jepret, pasti kita sudah selesai unjuk narsis
ketika mobil tersebut sampai di pintu gerbang.
“Biasalah. Karena kita naik sepeda tentu kita dianggap
orang yang tidak mampu dibandingkan orang yang naik mobil itu,” kata salah
seorang dari kita.
Dan ... ternyata mobil angkot itu tidak masuk ke dalam
area Pantai Cahaya, tidak melewati pintu gerbang. Tentu karena jika mobil
masuk, orang-orang yang ada di dalam harus membayar tiket masuk mobil, selain
tiket buat mereka masing-masing. Rombongan kita sendiri – enam orang dengan
enam sepeda – ternyata ‘hanya’ dikenai biaya Rp. 30.000,0 karena dihitung satu
kelompok.
Setelah masuk ke kawasan Pantai Cahaya, yang pertama akan
kita lihat adalah panggung pertunjukan ‘live’. Mungkin karena hari itu hari
Minggu maka ada pertunjukan live music. Pasir di pantai ini tak jauh beda
dengan Pantai Maron, yakni berwarna hitam, namun kondisi pantai jauh lebih
bersih dari sampah yang memang tidak selayaknya dibuang begitu saja di pinggir
pantai. Ada gedung pertunjukan lumba-lumba. Meski nampaknya Tami ingin menonton
pertunjukan itu (hihihihi ...) kita ga masuk karena ... hmmm ... karena apa ya?
LOL. Karena yang lain tidak kepengen masuk. Hahaha ...
Di pinggir pantai tersedia gazebo-gazebo untuk
beristirahat sekaligus menikmati hembusan angin pantai dan memandang air laut.
Juga tersedia ATV bagi mereka yang tertarik mencoba gundukan pasir yang ditata
sedemikian rupa. Kantin tempat para wisatawan bisa melepaskan rasa dahaga dan
lapar juga tentu tersedia. Sebagai penggemar minuman teh panas, aku
rekomendasikan tehnya benar-benar mak nyusss. J (Special thanks buat Da dan
Luna yang beliin.)
Setelah beristirahat dan menikmati suasana secukupnya,
kita meninggalkan tempat kurang lebih pukul 14.00 karena Bije ada acara selepas
ashar. (dan entah, ashar yang dia maksud itu jam berapa ya? Hihihihi ...)
Gerimis yang lumayan cukup membasahi tanah hingga menghasilkan bau khas sempat
turun sebelum kita mulai mengayuh pedal maka tak pelak beberapa dari kita pun
mengenakan mantel – kecuali Bije dan Ranz yang mengaku tubuh mereka water
proof. LOL. Namun ternyata, alam masih berpihak kepada mereka berdua. Belum
sampai 10 meter kita meninggalkan kawasan pantai, gerimis telah berhenti total.
Hanya tinggal mendung menggantung di langit sehingga kita tak lagi dipanggang
sinar mentari tatkala kita gowes sampai di jalan raya.
Dalam perjalanan gowes kurang lebih 10 kilometer ke arah
jalan raya, Bije mencoba peruntungan bertanya kesana kemari dimana kita bisa
mendapatkan sewa mobil angkot atau pick up atau apa pun yang bisa mengantar
kita balik ke Semarang. (Sebelum pulang, Wawan sempat bercerita dulu dia dkk
menyewa mobil angkot yang membawa sampai alun-alun Kendal.) Kita baru
mendapatkan bus yang bersedia kita carter sampai jalan masuk ke jalan Hanoman
Semarang di pinggir jalan raya, tempat kita berpisah dengan Wawan dan Bowo beberapa
jam sebelumnya. Sebelum pulang, kita sempat menikmati mie ayam yang lumayan
lezat dengan porsi yang auduzubillah banyaknya. LOL. Untunglah aku tidak pesan
satu porsi untuk diriku sendiri, karena semangkok berdua Ranz sudah sangat
cukup membuat perutku gembul. :) Thanks to Da yang telah membayari kita.
Perjalanan naik bus BAYU PUTRA yang di belakang badan bus
bertuliskan TUT MBURI BAHAYANI butuh waktu sekitar satu jam. Di pintu masuk
jalan Hanoman Raya itu kita berpisah dengan Bije. Kelima srikandi gowes bareng
menuju jembatan Sungai Banjirkanal Barat dimana kita berpisah dengan Tami.
Tak lama kemudian, di status fb-nya, Tami menulis
perjalanan yang terekam di ‘speedometer’ sepedanya sekitar 73,86 kilometer.
Terima kasih kepada semua yang berpartisipasi dalam gowes
yang konon adalah gowes farewell buat Wawan yang akan memulai hidup baru di
kota lain, namun ternyata yang bersangkutan malah kabur pulang duluan. :-P
(Jadi ingat gowes farewell melepas mas Tyo November 2009 ke Stasiun Kedungjati
dimana dia kabur duluan, bedanya Wawan pamit dengan jelas dan memindahkan
tanggung jawabnya ke Bije, sedangkan mas Tyo hilang tanpa kabar. Kabur gowes
berdua Teguh tanpa peduli yang ada di belakang. Hahahahaha ... I will never
forget it! LOL.)
Special thanks buat Bije yang telah
mengawal kita dengan sabar dan mengusahakan angkutan bus hingga kita ga perlu
ngonthel balik ke Semarang.
Thanks buat Luna dan Da yang
telah menyediakan waktu khusus datang ke Semarang dan gowes bareng, plus
traktiran teh dan mie ayamnya.
Thanks buat Wawan dan Bowo yang
telah menemani kita sampai di jalan pintas masuk ke pantai Cahaya.
Thanks buat Tami yang menerima undangan
gowes ini meski sebenarnya harus konsentrasi ke UN maupun ujian-ujian lain di
sekolah.
Always big thanks buat Ranz for
everything. Btw, hasil jepretan kamera prosumer-mu sangat oke juga kok. Lumayan
buat pengganti jika Elena sedang dipinjam orang. :)
Sampai ketemu di event gowes berikutnya ya?
GL7 09.06 290212