Tanggal 3 April 2015 adalah hari libur Nasional, saat bersepeda dong.
Beberapa teman telah membahas mau gowes kesana atau kesini di grup whatsapp, aku hanya mengamati saja, karena ga yakin bisa ngikut gowes atau engga. Ada beberapa agenda yang ingin kulakukan sendiri. Namun ternyata on the D day ga jadi semuanya. Akhirnya aku memilih gabung dengan beberapa teman yang ingin gowes.
Kita kumpul di taman Tugumuda, salah satu landmark kota Semarang sekitar pukul 06.15. (Kita semua bukan early risers. :) ) Sudah ada Om Dije, aku, Tami, Dwi, Denny, dan Derry. Kita tinggal menunggu Arwin yang memang tempat tinggalnya paling jauh dari tikum. Ternyata sebelum Arwin datang, beberapa dari kita sudah kelaparan, akhirnya kuajak mereka untuk sarapan di satu warung di Jalan Suyudono.
Sesampai di warung soto itu, ga lama kemudian Arwin pun datang. Kita sarapan bareng, sambil bahas mau gowes kemana. Semula Arwin ingin mencoba trek nanjak di Mijen yang kemudian bakal tembus ke Ungaran. Rencana ini tidak jadi dilaksanakan karena ada Dwi yang masih newbie di trek tanjakan. :) Setelah menimbang-nimbang gowes kemana enaknya, akhirnya kita memilih trek yang cenderung datar: Api Abadi Mrapen yang terletak di Grobogan.
Kita meningglkan warung soto sekitar pukul 07.15, menuju arah Timur. Sesampe Jalan Gajah, kita belok kiri, kemudian belok lagi ke Jalan Medoho. Arwin mengajak kita lewat Stasiun Alas Tuo, mlipir menyusuri jalan di samping rel kereta api yang akan membawa kita sampai Mranggen, tidak lewat jalan raya. Well, meski ini berarti kita harus menempuh jarak yang lebih jauh, kita tidak menyesali pilihan ini karena kita melewati persawahan. (Oh ya, Derry hanya gabung sarapan bareng, dia tidak ikut gowes sampai Grobogan.)
Foto-foto di tengah jalan tentu adalah satu hal yang tidak kita lewatkan, meski kita mengabadikannya hanya menggunakan kamera di hape. :)
Kita sampai di Mrapen sekitar pukul 12.00, tepat tengah hari. Karena siang itu kebetulan matahari bersinar sangat terang, kita beristirahat di satu gazebo yang tersedia, selama kurang lebih 45 menit. Pukul 12.45 kita meninggalkan lokasi setelah foto-foto dengan latar belakang api abadi tersebut. Kita mampir makan siang di Gubug, di salah satu warung makan yang menyediakan dua jenis menu, nasi gandul khas Pati dan soto Lamongan. Kebetulan kita semua kompak memilih menu nasi gandul. Mungkin karena paginya kita semua sarapan nasi soto ya?
Panas yang kita rasakan ketika berada di Mrapen, ternyata tidak berlangsung lama. Sesampe warung makan, gerimis turun. Ketika kita melanjutkan perjalanan, gerimis sempat berhenti. Kita disambut hujan lebat setelah kita melewati Terminal Bus Penggaron, bisa dikatakan kita sudah mulai masuk kota Semarang.
Aku sampe rumah sekitar pukul 17.00! Hwah! padahal jarak yang kita tempuh hanya 83 kilometer. :)
bayangan saya mrapen itu apinya besar ...
BalasHapusternyata kecil ya ....
btw disana kayaknya gersang sekali