Karena ngiler melihat foto teman yang bersepeda di savana TN Baluran yang luas dan membuatnya terlihat seperti sedang bersepeda di Africa lah yang membuatku bermimpi untuk kesana. Begitu mendapatkan waktu yang tepat, aku dan Ranz, soul mate bikepacking-ku, langsung mengeksekusi rencana yang terendap cukup lama. :)
Kita berangkat dari Solo dengan KA Sritanjung, kereta api ekonomi yang harga tiketnya hanya Rp. 100.000,0 menuju Banyuwangi pada hari Minggu 3 Mei 2015. Sepeda lipat -- moda transportasi yang bakal kita naiki menuju TN Baluran dari Banyuwangi -- tertata rapi di ujung pintu antar gerbong. Perjalanan Solo - Banyuwangi memakan waktu 13 jam, 1 hari penuh. Berangkat dari Solo pukul delapan pagi, sampai di stasiun Banyuwangi Baru pukul sembilan malam. Itu sebab hari Minggu malam kita menginap di satu penginapan yang terletak di sebrang stasiun.
Hari Senin pagi 4 Mei 2015 kita mulai gowes ke TN Baluran yang terletak kurang lebih 45 kilometer, dengan trek naik turun namun dengan pemandangan berupa pantai yang enak dipandang mata. Meski trek naik turun, permukaan jalan beraspal halus sehingga mudah bagi kita mencapai lokasi. Trek mulai menantang -- tak lagi berupa aspal halus, namun tanah berbatu, kadang aspal yang telah terkelupas parah -- sejak kita melewati pintu gerbang masuk TN Baluran hingga sabana Bekol yang berjarak 12 kilometer. Jika kita naik mountain bike dengan ban yang diset khusus untuk trek sejenis itu tentu sangat menyenangkan. Namun jika naik sepeda lipat dengan ban lebar 1,5 cm, ya silakan ketar ketir sepanjang perjalanan. LOL.
Untunglah kita beruntung, tak ada kendala yang berarti yang kita hadapi. Setelah bersepeda selama kurang lebih satu jam dari pintu gerbang masuk, akhirnya kita pun sampai ke sabana yang kita idam-idamkan. Yuhuuuuu ... Maka hal selanjutnya yang kita lakukan tentu bisa diperkirakan : foto-foto! Meski rerumputan yang ada tidak begitu berwarna kuning gegara hujan yang masih saja turun di awal bulan Mei itu (sehingga kesan serasa di Africa tidak kita dapatkan LOL), kita tetap excited.
Lumayan puas foto-foto, dan karena haus plus lapar, sementara di sabana Bekol itu tidak ada kantin, kita melanjutkan perjalanan ke Pantai Bama, yang terletak kurang lebih 3 kilometer. Pantai Bama berada di satu lokasi dengan TN Baluran. pantai ini memiliki pasir putih, di antara pasir putih dan air lautnya terdapat lumpur yang mengakibatkan rerumputan tumbuh disana. Jika sore hari saat air laut turun, kita bisa melihat rerumputan tersebut, namun di pagi hari saat air laut pasang, rerumputan akan tertutup air laut.
Binatang yang banyak berkeliaran di pantai Bama adalah monyet-monyet yang dibiarkan tumbuh liar. Mereka dengan sigap mengobrak-abrik tas yang dibawa pengunjung yang lalai. Itu sebab kita harus terus hati-hati menjaga tas yang kita bawa.
Di Pantai Bama kita menginap dua malam. Disini ada sebuah kantin yang siap menyediakan para pengunjung sarapan dan makan siang. Untuk makan malam, kita harus mengantisipasi sendiri karena kantin tutup jam empat sore. :) Oh ya, dua hal lain lagi yang harus diantisipasi ketika berkunjung ke Pantai Bama adalah tidak ada sinyal telpon (apalagi internet), dan tidak ada aliran listrik. Untuk mengganti aliran listrik, pengelola menyediakan genset, yang dinyalakan mulai pukul setengah enam sore hingga pukul sebelas malam. Jika anda ingin melarikan diri dari kepenatan kerja, dan tidak dikejar-kejar orang (lewat telpon, misalnya0, datanglah ke Pantai Bama! :)
Hari Rabu 6 Mei kita kembali bersepeda ke Banyuwangi. Kita kembali ke Solo dengan naik KA yang sama, Sritanjung, pada hari Kamis 7 Mei 2015. Sepeda lipat kita taruh di bawah tempat duduk dan di rak di atas tempat duduk. :)
Jika anda merasa bahwa anda mencintai lingkungan dan ingin menjaganya, ayolah coba berwisata dengan naik sepeda (bisa disambung dengan bus atau kereta api jika tujuannya cukup jauh). Kujamin, it is gonna be very exciting! :)
LG 19/06/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.