Who is your
inspirator for LDR? a.k.a long distance riding
Di awal ‘nyemplung’
ke dunia sepedahan tahun 2008, tentu ga terpikirkan bahwa satu saat nanti dari sepedahan
ini aku akan memiliki pengalaman bikepacking alias mbolang naik sepeda. Meski sebelum
itu aku sudah bermimpi untuk backpacking, alias mbolang berjalan kaki, atau jika
beruntung mendapatkan tumpangan orang yang baik hati, seperti yang ditulis oleh
Andrea Hirata di bukunya yang berjudul “Edensor”.
Akhir tahun 2009,
aku kenal seseorang yang mengaku pernah bersepeda all the way dari Jakarta ke
Nepal. (Entah benar atau ga kisah yang dia ceritakan ini. Hihihi …) Waktu itu dia
menjanjikan satu saat dia akan mengajakku bertualang bersama, entah naik sepeda,
atau naik motor.
Mimpi yang dia tanam
di kepalaku ini nampaknya begitu ajaib. Aku benar-benar ingin melakukannya,
bertualang seperti Lima Sekawan, kisah empat remaja plus seekor anjing yang
menemaniku menapaki masa remaja, meski tanpa kisah ala detektif. Yang penting bertualang,
bersepeda, merambah kota-kota. Mimpi ini, kian dipupuk oleh seorang (atau dua
orang) kawan sepedaan yang di tahun 2010 itu kadang posting foto waktu dia mbolang
ke satu tempat dengan naik sepeda. Sebut saja namanya Riu, bukan nama sebenarnya.
LOL. (Bukan Bunga. LOL.) Riu terkadang ditemani Tayux dalam mbolangnya. Juga bukan
nama sebenarnya. LOL.
Walhasil, mimpiku
pun kian menggelitikku. Aku kian tak sabar. Kapan si seseorang yang berjanji padaku
untuk mengajakku mbolang merealisasikannya?
Awal tahun 2011,
pertama kali mencoba turing ringan, ramai-ramai dengan para seliers dari beberapa
kota, bersepeda dari bunderan UGM ke Candi Borobudur, Magelang, tanggal 6 Maret
2011. Thank god kakakku telah membelikan adik-adiknya sebuah sepeda lipat,
sehingga akubisa ikut event ini di Jogja. “Keberhasilan”ku (keberhasilan!
Xixixixi) mengikuti turing ini membuatku merasa, “oh … aku bisa lho mbolang naik
sepeda.”J
Turing ringan ini dilanjutkan
dengan turing ramai-ramai bersama kawan-kawan pesepeda Semarang (B2W Semarang,
B2C Semarang, B2S Semarang, Komselis, dll.) Pertama ke Kudus bulan April 2011. Kedua
ke Jepara, Mei 2011.
Ternyata, bersepeda jarak
jauh (“jauh” buatku lhoo) ini begitu membuatku ketagihan. :D Maka, ketika aku dolan
ke Solo untuk mengunjungi sobat lama yang tinggal di Palur (thanks god, aku sudah
kenal Ranz yang terus menerus mengundangku dolan ke rumahnya yang tak jauh dari stasiun
Purwosari), dan berencana dolan ke Jogja setelah itu untuk mengunjungi kawan
lama yang lain, aku sangat bersuka cita ketika Ranz menawariku bersepeda saja ke
Jogjanya, ga usah naik kereta api. Ini terjadi di bulan Juni 2011. Dan …
ternyata aku telah merealisasikan mimpi mbolang dari satu kota ke kota lain
dengan naik sepeda! Tanpa si seseorang yang berjanji untuk menemaniku bertualang.J
Kisah mbolang berdua
di bulanJuni ini ternyata berlanjut ke bulan Juli waktu kita mengikuti trip ke
Karimun Jawa yang diadakan oleh sebuah agen travel.Meski pun mengikuti
itinerary agen itu, kita tetap membawa sepeda lipat sehingga kita tetap bisa bersepeda
tatkala tidak sedang mengikuti boat riding.
Berlanjut lagi di
bulan September 2011 ketika Ranz mengajakku ke pantai Nampu, satu pantai indah
yang terletak di balik sebuah bukit di Wonogiri: a blind biking adventure
karena kita berdua masih buta trek, masih belum berpengalaman melakukan satu bikepacking
trip.
Jadi, siapa dong yang menginspirasiku ber-long-distance-riding?
Tentu bukan Paimo
dong, yang konon telah menjadi inspirator banyak pesepeda lain untuk turing
(bukan turu miring lhoya. #garing). Sebelum menulis ini, aku selalu ‘menuduh’ Riu yang telah membuatku ngiler untuk mbolang.
Namun setelah menulis ini, oh … ternyata … si seseorang itu yak.LOL. Mau tahu siapa
si seseorang itu? Mau tahu aja atau mau
tahu banget? #garing (kedua). LOL. Ga usah deh ya.LOL.
Kebayang, jika sejak
tahun 2008 lalu aku tahu sepak terjang Paimo yang nekad bersepeda dari satu
Negara ke Negara lain bahkan sampai mendaki pegunungan Andes dengan sepeda,
well, mungkin aku malah tidak akan terinspirasi untuk berbikepacking. Apa yang
dia lakukan terlalu ekstrim bagiku, sehingga aku ga bakal ingin menirunya.
(mana mungkin? Aku kan hanya penggembira di sepedaan, Cuma bisa bergembira ketika
nyepeda. LOL. Cuma bisamenaiki sepeda dan ga bisa ngapa-ngapain jika terjadi apa-apa
dengan sepedaku.Paling mentok menuntunnya ke bengkel sepeda. LOL. Mungkin aku malah
hanya akan bersepeda dari rumah ke kantor ajah, kemudian pulang. Sesekali ngikut
event funbike. Sudah.
*****
Dua tahun kemudian setelah
memiliki pengalaman mbolang ke beberapa kota naik sepeda, aku dan Ranz dolan ke
Jogja untuk yang ke sekian kali untuk ngikut event J150K. Waktu gowes,
seseorang (aku ga perlu sebut namanya ya? J ) berbicara kepada Ranz, “Kalian tahu ga sih bahwa kalian
berdua telah merusak tatanan turing? Sebelum kalian turing naik sepeda lipat,
kita para turinger memiliki ‘standard’ ketika turing. Pertama, sepeda harus
blab la bla … kedua, turinger harus blab la bla … Lha kalian? Seenaknya aja turing
naik sepeda lipat.Itu menyalahi kaidah turing.Bla blab la … dan seterusnya dan seterusnya.
LOL. (Shhhttt … bacanya dengan nada bercanda ya? Jangan serius.)
Kian tahun, kian banyak
orang bertualang dengan naik sepeda.Entah siapa pun itu yang telah menginspirasi
mereka. Apakah itu Paimo atau siapa pun juga. Secara pribadi, akusenang, karena
justru bisa berbagi pengalaman dengan banyak orang, bisa melihat orang lain
yang memiliki passion yang sama. (Beberapa tahun lalu, a student of mine, a
woman, older than me a few years, who has
a doctor’s degree, bertanya padaku, “What
did you get from such a trip, Miss Nana? Besides feeling exhausted?”
nah lo, aku mblongong kan dengernya? LOL.)
LG 15.33 17/09/2015
aku inspirasi siapa ya....
BalasHapustanpa kau tahu, kau pasti telah menginspirasi banyak orang :D
Hapus