Setelah tiga tahun berlalu, aku dan Ranz tidak bersepeda ke arah Karanganyar, akhirnya pada hari Minggu 4 September 2016 kita bersepeda ke arah sini lagi. Kali ini kita tidak hanya berdua, ada Dwi bersama kita. :)
Semula kita berencana untuk bikecamping ke Jepara tanggal 3-4
September, namun mendekati hari H, mendadak kita harus banting setir, berangkat
ke Solo. :) Avitt sibuk di tempat dia magang, untuk keperluan penelitian
skripsinya, Tami katanya mau mengurus perpanjangan STNK, dan Hesti kondangan,
maka hanya tinggal kita bertiga -- aku, Ranz, Dwi -- yang berkumpul ke
Solo.
Hari Sabtu 3 September seharian kita sibuk di rumah dinas Walikota
Surakarta di Loji Gandrung, menghadiri serangkaian acara Solo Lestari Bersepeda. Sorenya
kita nongkrong di Balekambang. Malamnya kita ngendon di kamar gegara hujan
lebat mengguyur kota.
Minggu 4 September 2016
Pukul lima pagi kita mulai antri mandi satu per satu. :) Jam enam
lebih seperempat kita keluar, sarapan nasi liwet di satu penjual yang
berjualaan tak jauh dari rumah Ranz. Sekitar pukul 07.00 kita mulai
meninggalkan kawasan Jongke, ke arah Jalan Slamet Riyadi.
Ini adalah kali pertama Dwi melihat area car free day di Solo. Aku bisa mengira-ira
perasaannya, terheran-heran dengan panjangnya kawasan jalan yang ditutup untuk
memanjakan masyarakat Solo. :)
Baru kali ini aku tahu Jalan Slamet Riyadi bukan satu-satunya
kawasan car free day di Solo. Ada satu daerah lain lagi yang juga dijadikan
kawasan car free day, meski tidak secara resmi ditunjuk oleh pemkot, namun atas
inisiatif warga sendiri. Aku tidak tahu nama daerah/jalannya. :)
Setelah kita masuk kabupaten Karanganyar, kita juga menemukan
kawasan car free day lagi yang cukup panjang. :)
Berhubung sepincuk nasi liwet yang kita santap sebelum berangkat
hanya mampu mengisi kerongkongan, tidak sampai ke perut, lol, kita mampir
sarapan lagi di satu warung franchise,
soto seger Mbok Giyem. :) Waktu kita gowes ke Sukuh, warung ini masih baru dan
sepi. Kali ini sudah semakin ramai, bahkan ruangan untuk makan sudah bertambah
lebih luas. :)
Jika empat tahun lalu aku dan Ranz tersesat, alias salah jalan
waktu akan menuju Alas Bromo a.k.a Gunung Bromo, kali ini kita langsung ke
lokasi yang tepat. :) malah kurang greget yak? wkwkwkwk ...
Waktu sampai di pintu gerbang Wana Wisata Gunung Bromo, cyclometer
di Oddie -- sepeda yang dinaiki Dwi -- menunjukkan kilometer 29. Wah ...
lumayan juga jaraknya :D
Waktu kita akan foto-foto di pintu gerbang Wana Wisata Gunung
Bromo, kita melihat ada 4 anak laki-laki yang datang ke arah situ, naik sepeda
juga. Langsung kita ajak mereka berfoto bareng. Ga nyangka mereka
ternyata dengan antusias menerima tawaran kita. :D
Empat anak laki-laki itu ternyata tidak ikut kita masuk ke dalam
hutan :D
Di dekat pintu masuk, kita melihat papan pengumuman dengan
harga-harga yang harus kita bayar, misal, masuk kita harus beli tiket limaribu
rupiah per orang, jika ingin camping sehari, kita juga membayar limaribu rupiah
per orang, dst. Namun, karena tidak ada satu pun penjaga yang ada, kita
langsung nyelonong masuk saja. :D
Oh ya, aku lupa menjelaskan kita naik apa kesini. Seperti yang
kutulis di atas, Dwi menaiki Oddie, sepeda lipat Foldx -nya, aku naik Austin,
kali pertama Austin menemaniku gowes ke arah Karanganyar. Ranz naik Jean Gray,
sepeda mini yang biasa dia naiki untuk berangkat bekerja.
Jika empat tahun lalu kita kesini setelah musim kemarau yang cukup
panjang, sehingga banyak pohon-pohon yang terlihat gersang, tanpa dedaunan,
kali ini musim hujan telah tiba, hingga jelas suasana di dalam hutan sudah
berbeda. Semua pohon rimbun penuh daun.
Kali ini kita menjelajah lebih masuk lagi ketimbang empat tahun
lalu, hingga kita bertemu dengan deretan pohon-pohon pinus. :) Namun, seperti
empat tahun lalu, dengan alasan khawatir tersesat lebih jauh ke dalam, akhirnya
kita balik lagi ke arah semula, perempatan dimana kita seharusnya belok kanan
(jika dilihat dari arah kita masuk).
Selain kondisi pepohonan yang berbeda, satu hal lain lagi yang
berbeda adalah Waduk Delingan a.k.a Tirtomarto. Empat tahun lalun waduk dalam kondisi
kering kerontang, kali ini ada airnya! Yeay! :)
Bersepeda sejauh 29 kilometer ternyata tidak semelelahkan
bersepeda (plus nuntun) sepeda sejauh dua kilometer (saja) di dalam hutan.
LOL.
Aku dan Dwi yang sama-sama mengenakan celana panjang plus kaos
lengan panjang aman dari serangan nyamuk-nyamuk yang jumlahnya bejibun! Ketika
ada seorang penjaga hutan lewat, berhenti dan mengajak kita ngobrol, dia malah
menawari Ranz untuk mengolesi tangan dan kakinya dengan obat nyamuk oles.
LOL.
Sampai kita keluar dari kawasan hutan, syukurlah kita tidak
bertemu dengan harimau (entah ada atau tidak) atau pun ular, atau jenis
binatang berbahaya lain. Hah! Baru sekarang kepikiran betapa beresikonya yaaa?
:)
Dalam perjalanan balik ke Solo, kita mampir ke satu warung
wedangan. untuk minum es teh dan menikmati sebungkus nasi.
Perjalanan kembali ke kawasan Laweyan sama lancarnya dengan
perjalanan berangkat. Setelah ini jika bersepeda ke arah Karangnyar, ngajakin
Ranz ke Tawangmangu lagi ah :D napak tilas! :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.