Gomingpai
ke Masjid Kapal
Hari
Minggu 24 September 2017 sebenarnya aku janjian dengan om Hien dan Surya untuk
bersepeda ke Masjid Kapal yang terletak di kitaran Palir / Pandaan; waktu tahu
ini, om Soegy pun ingin ikut. Aku mengajak ketemuan di depan museum Mandala
Bhakti pukul 06.00. namun, ternyata jam segitu, aku baru selesai mengerjakan
tugas pagi di dapur, (maklum, emak-emak LOL).
Pukul
06.20 aku sampai di depan museum, tidak mendapati siapa pun. Waktu aku bertanya
ke om Hien lewat WA jadi atau tidak, dia malah punya agenda lain (Nah lo!),
sementara Surya dan om Soegy di Simpanglima. Waktu Surya kuminta ke museum, dia
malah memintaku ke Simpanglima. LOL. Aku malas ke Simlim, terlalu penuh orang,
malah ga jadi sepedaan entar, Cuma nongkrong doang. LOL. Akhirnya kuputuskan
sepedaan sendiri.
Sempat
kepikiran bersepeda ke arah Mangkang saja, sudah lama tidak narsis di tulisan
KOTA SEMARANG disana. LOL. Namun setelah sampai pertigaan Jrakah, aku tetap
mengambil jalur belok kiri. LOL. Mendaki ‘bukit’ perumahan BPI, kemudian lanjut
ke tanjakan Silayur, yang sebenarnya sekarang aku lebih suka menyebutnya
‘tanjakan Esperanza’ karena ada perumahan Esperanza di sebelah kanan, agar
terkesan kebarat-baratan. LOL.
Sesampai
‘icon’ perumahan BSB, aku berhenti, memotret Cleopatra. Kemudian aku bingung
mau lanjut kemana, mau ke masjid Kapal, barusan beberapa minggu lalu aku
kesana, sendirian juga. Mau lanjut ke arah Mijen, kemudian belok kiri, turun
lewat TPA Jatibarang, atau lanjut ke arah Cangkiran, dan belok kiri ke arah
kilometer 0 Gunung Pati, atau kemana? Hingga akhirnya aku sadar, aku lapar.
LOL. Jika melanjutkan perjalanan yang lebih menguras tenaga, aku butuh asupan
makanan terlebih dahulu. Sempet berpikir akan sarapan soto, di daerah situ ada
beberapa warung soto, namun akhirnya aku mampir ke satu warung bubur ayam,
karena ga ingin membuat perutku terlalu kenyang.
Usai
sarapan, aku melanjutkan perjalanan. Entah apa yang menuntunku, aku memilih
belok kanan, ke satu jalan sempit yang di ujung jalan ada petunjuk LON JATEN
VILLAGE. Yang penting muter deh, dan melewati trek sempit yang cukup eksotis
pemandangannya ini. Jalan ini merupakan jalur alternatif yang menghubungkan daerah
Pandaan dan Ngaliyan, jalanan cukup sepi dari kendaraan yang lewat, jadi cukup
nyaman. Di beberapa kilometer awal, permukaan jalan aspal yang cukup halus,
namun jika diteruskan kita akan mendapati beberapa titik dimana aspalnya sudah
terkelupas hingga agak menyulitkan jika naik sepeda dengan ban yang slick.
Ternyata,
akhirnya, aku mengarahkan Cleopatra menuju masjid kapal. LOL. Jika beberapa
minggu lalu aku sampai sini baru pukul tujuh pagi, suasana masih sepi, belum
ada satu pun warung makanan / minuman buka, kali ini aku sampai pukul 08.45.
Kulihat sudah ada beberapa mobil pengunjung yang terparkir di halaman dalam
masjid, selain kendaraan roda dua. Warung-warung pun sudah buka.
Aku
tidak stay lama, hanya memotret Cleopatra dari dua titik yang berbeda, aku pun
tidak tertarik untuk masuk ke dalam masjid. (Yang pertama, aku sempat masuk dan
naik sampai lantai 3 masjid.) Sebelum meninggalkan lokasi, aku mampir ke satu
warung yang terletak tak jauh dari pintu masuk, aku butuh minum es teh.
Waktu
menikmati es teh, aku mendengar seorang pengunjung yang akan meninggalkan
lokasi bertanya ke tukang parkir arah ke Semarang. Tukang parkir menunjukkan
arah ke kanan, setelah keluar dari masjid. Waaahhh ... Trek baru niiih. Yang
pertama dulu, aku memilih trek kembali menuju arah Desa Wonolopo, berputar,
hingga sampai ke pasar Mijen, kemudian turun lewat TPA Jatibarang.
Setelah
menghabiskan es teh yang kubeli, aku meninggalkan masjid Kapal, dengan memilih
jalur ke arah kanan. Trek di awal cukup bersahabat, datar, hingga bertemu
dengan turunan yang lumayan tajam. Wah, kalo berangkat lewat sini berarti harus
melewati tanjakan curam nih. Setelah itu sedikit rolling. Sesampai satu
perempatan, belok kanan. Lurus terus sampai lewat satu perempatan lagi yang
sempat membuatku heran. Duh, pilih arah yang mana ya jika mau ke arah Ngaliyan?
Untunglah di perempatan itu ada satu petunjuk; jika dari arah aku datang, jika
belok kiri, kita akan menuju Mangkang, jika belok kanan, ke arah Palir, jika
lurus, ke Kedung Pane/Ngaliyan. Hokeee ... aku pilih jalan yang lurus terus.
Jalan
yang kulewati ini cukup lebar. Aku sempat berpapasan dengan bus pariwisata.
Hmmm ... berarti para ‘wisatawan’ yang menuju ke masjid Kapal, lewat jalan yang
ini. Teruuuus saja hingga aku muncul di kawasan Ngaliyan / tanjakan/turunan
Silayur. Haseeek, aku sudah sampai satu daerah yang aku kenal. LOL.
Sampai
rumah, cyclometer di setang Cleopatra menunjukkan jarak yang kutempuh hari itu
adalah 40 kilometer, berangkat 22 km, pulang 18 km.
LG
13.06 26/09/2017