JFB9UYUB
Ini adalah event ultah JFB ketiga yang kuikuti bersama Ranz.
Yang pertama, bertajuk pitulungan, ultah JFB yang ketujuh, tahun 2016. Yang
kedua J150K2 ultah kedelapan, tahun 2017. Untuk ultah yang kesembilan, kawan2
Jogja Folding Bike memberinya judul JFB9UYUB (sak lawase).
Aku berangkat dari Semarang hari Sabtu 3 Februari 2018.
Semula berniat mengayuh pedal Austin dari kantorku yang terletak di Jalan Imam
Bonjol menuju (terminal kecil) Sukun, sekitar 12 kilometer dengan 4 tanjakan –
Jl. S. Parman, Jl. Sultan Agung, Jl. Teuku Umar, dan puncaknya adalah Gombel.
Namun ternyata keinginan ini tidak diizinkan oleh Semesta; hujan mengguyur kota
Semarang sejak pagi hari!
setelah acara usai :) |
Jam 12.00 ketika aku menyelesaikan tugas mencerdaskan
kehidupan generasi penerus bangsa, hujan sudah menjadi gerimis. Namun karena
sepanjang hari hujan dan gerimis terus berkelindan dengan mesra, aku pikir ada
kemungkinan kuat di perjalanan gerimis ini akan berubah menjadi hujan. L Akhirnya aku mengalah: aku memesan gocar. Ga
asik aja rasanya belum nyampe Jogja kok sudah basah kuyup, meski tetap memakai
mantel. :D
Sekitar jam 13.10 aku sampai Sukun. Satu bus patas Semarang
- Jogja yang sempat kulihat waktu aku turun dari gocar pelan-pelan meninggalkan
Sukun. L Aku harus menunggu
kedatangan bus berikutnya. Ini malah membuatku memiliki waktu untuk mampir ke
toilet sebentar, dan mengisi perut ala kadarnya di warung yang ada disitu.
Jam 13.30 bus patas yang kunaiki mulai beranjak meninggalkan
Sukun. Selama perjalanan hujan terus menerus turun, meski kadang intensitasnya
berkurang. Aku sampai di Jombor pukul 16.30, tepat seperti prakiraanku : 3 jam
dari Sukun menuju Jombor. Aku langsung unfold Austin, kemudian menaikinya
menuju Malioboro, dimana Ranz telah menungguku di titik kilometer 0.
Setiba aku di depan benteng Vredebur, Ranz langsung
mengabariku kabar gembira (untuk kita berdua!) Om Ayung Lim dari Tasikmalaya
yang baru saja nyampe Jogja, ditelpon oleh keluarganya, diminta untuk kembali
ke Tasik karena anaknya akan segera melahirkan cucunya. Karena sayang kamar
hotel yang telah dia bayar sewanya ditinggal begitu saja, dia berikan kunci
kamarnya ke om Aryo, satu panitia JFB9uyub, dan oleh om Aryo, kunci diberikan
ke Ranz. :D Well, sebenarnya kita berdua telah booking satu kamar di penginapan
lain, tapi masih bisalah kita cancel. Ihirrr.
otw dari Jombor |
snacking time di hotel |
Setelah cancel pemesanan kamar lewat online, kita menuju
hotel Indah Palace yang terletak di Jalan Sisingamangaraja Jogja, kira2 sekitar
500 meter dari tikum gowes JFB9uyub keesokan hari. Setelah memasukkan
barang-barang ke dalam kamar, menikmati kudapan makanan kecil dari hotel, kita
keluar mencari makan malam. Perutku sih sudah cukup kenyang, tapi Ranz masih
lapar. J otw nyari makan malam,
kita bertemu pasangan om Suwandhi (dari Bandung) dan om Fatih (dari Jakarta)
yang juga sedang mencari tempat untuk makan malam. Akhirnya kita berdua ngikut
pilihan mereka untuk makan di Bakso Balungan di jalan Kol. Sugiyono itu. Usai
makan, kita memisahkan diri. Mereka berdua menuju guest house Omah Lawas dimana
kawan2 Komselis menginap, sedangkan aku dan Ranz kembali ke hotel, karena Ranz
merasa kurang enak badan.
Sebenarnya awal mulanya aku dan Ranz pun akan menginap
bareng2 kawan2 Komselis. Namun Ranz yang maunya segala sesuatu dikerjakan
secepatnya, dia sudah memutuskan untuk booking kamar, ketika kawan2 Komselis
sedang memilah dan memilih mau menginap dimana. :D Dan, ternyata akhirnya kita
berdua pun dapat penginapan gratis. Rezeki emak yang baik hati dan tidak
sombong. LOL.
Gowes JFB9UYUB 4 Februari 2018
Beberapa hari sebelumnya, panitia sudah mengumumkan bahwa
mereka tidak lagi menerima pendaftaran ulang di hari Minggu pagi. Segala urusan
pendaftaran ulang harus diselesaikan satu hari sebelumnya. Hal ini menyiratkan
bahwa kemungkinan besar di hari Minggu pagi itu, kita bakal mulai gowes tepat
waktu, yakni pukul 06.00, ga pake molor. LOL.
Pukul setengah lima Ranz sudah ke toilet, memulai ritual
paginya. LOL. Jam lima gantian aku mandi, kemudian mempersiapkan diri. Pukul
setengah enam kita keluar kamar, menuju dining
room, tempat kita sarapan. Semalam Ranz sudah bilang kita mau sarapan lebih
awal dari jam yang ditentukan hotel. Dan, ternyata benar, jam setengah enam
itu, berbagai jenis makanan sudah disajikan.
Jam enam kita meninggalkan hotel menuju Museum Perjuangan di
Jalan Kol. Sugiyono no. 24, satu jalan di Jogja yang mungkin tidak akan kutapaki
jika bukan karena event ini. LOL. Sampai disana, sudah lumayan banyak pesepeda
lipat yang datang. Kawan-kawan Komselis belum terlihat. Beberapa panitia
terlihat menawarkan arem-arem untuk mengisi perut. Berhubung aku sudah kenyang
ketika meninggalkan hotel, aku menolak ketika diberi. :D
Para peserta gowes JFB9uyub diberangkatkan sebelum pukul
06.30. Well, lumayan on time, ga pake molor panjang. Kali ini Ranz naik Pockie,
sepeda lipat pocket rocket 20” yang telah dia pakai mbolang sejak tahun 2011,
mungkin sepeda lipat yang paling pas untuk Ranz, bahkan jika dibandingkan
dengan Astro, polygon urbano 3.0. J
Sejak awal, banyak pesepeda yang sudah langsung ngebut di
depan. Terkadang kita berdua bahkan tidak melihat pesepeda di depan kita maupun
di belakang kita. J Jika
tidak ada marshall di titik-titik rawan, bisa-bisa kita tersesat nih. :D
Berhubung sewaktu kuliah di Jogja aku hanya mengenal kos
(Jakal km 5 atau Jl. C. Simanjuntak) dan kampus Bulaksumur, tentu aku tidak
tahu nama-nama jalan yang kita lewati yang menuju arah Kulon Progo. Pokoknya
ngikut ajah.
Setelah mengayuh sepeda sejauh kurang lebih 15 kilometer,
kita sampai di pitstop pertama, tak jauh dari Museum Suharto, mantan orang
pertama Indonesia tahaun 1967 – 1998. Disini, kita tidak hanya diberi
kesempatan untuk beristirahat, namun sekaligus menunggu pasukan yang masih ada
di belakang, agar jarak yang terbentang tidak terlalu jauh; agar selama
perjalanan terlihat gerombolan para pesepeda lipat yang mengenakan kaos warna
biru dongker (black blue) dengan tulisan jfb9uyub di bagian depan.
Mungkin kita berhenti di pitstop pertama ini sekitar 30
menit. Aku dan Ranz yang tidak merasa lelah sama sekali ingin mendahului
melanjutkan perjalanan, namun oleh panitia kita tidak diizinkan; weh, beda
dengan waktu J150K2.
nanjak lho ini :D |
Etape yang kedua masih menyuguhkan pemandangan yang hampir
sama, hamparan sawah yang luas di sisi kiri dan kanan. Ketika kita sudah sampai
di kawasan Kulon Progo, kita mulai juga melihat tumpukan gunung2 di ujung
Barat. “Ini jalan yang kita lewati waktu kita gowes Solo – Purwokerto Maret
2013!” kata Ranz, mengingatkanku. Weleh ... kita sudah sampai toh di jalan ini?
Ternyata terkadang ingatanku sangat buruk. L Waktu kita sampai di satu turunan yang cukup
curam dimana di bawah turunan itu ada jembatan, dan sungai di bawahnya adalah
sungai Progo, Ranz mengingatkanku lagi. “Ini jembatan yang dulu kita foto!”
waaaaa ...
Setelah melewati jembatan, trek nanjak yang cukup ngagetin
menunggu. Weleh, kok aku ga ingat apa-apa tentang trek ini yak? L L L Setelah tanjakan itu, beberapa puluh meter di
depan, ternyata masih ada tanjakan lagi. hohoho ... setelah itu, kita langsung
belok kanan, menapaki jalan setapak. Wah, untunglah ga becek treknya. Hmm ...
Setelah beberapa meter melewati jalan setapak itu, kita
diberi aba-aba untuk belok kanan, weleh, kembali ke arah Timur ini? Ini berarti
kita dikerjain panitia. LOL. Apalagi ketika di satu jalan dimana kita belok
kiri, kita bertemu satu panitia yang datang dari arah kanan. Waaah ... harusnya
ga usah nanjak tadi! LOL.
Aku lupa melihat jam berapa kita sampai di satu tempat yang
disebut Geblek Pari, Nanggulan, Kulon Progo ini, satu warung pinggir sawah
dengan sajian khas pedesaan. Selain pemandangan sawah di sekitar, pemandangan
gunung Menoreh sangat mengesankan!
ACARA ULANG TAHUN
Acara ulang tahun JFB dimulai dengan menyanyikan lagu
Indonesia Raya bersama-sama. Kemudian seperti biasa sambutan-sambutan.
Dilanjutkan dengan pemberikan kenang-kenangan pada komunitas yang datang; satu
kota diwakili satu komunitas sepeda lipat yang telah tercatat resmi oleh Indonesia FoldingBike. Yang paling
ditunggu-tunggu, selain pembagian door prize dengan hadiah utama berupa sepeda
lipat trifold dua biji, juga lelang frame sepeda lipat.
Untuk kudapan, pihak Geblek Pari menyediakan makanan-makanan
khas desa, seperti geblek, pisang goreng, kacang rebus, dan beberapa jenis
minuman, seperti teh, wedang sereh dan wedang rosela. Untuk makan besar, aku
dan Ranz makan satu piring berdua; Ranz yang mengambilnya, berupa nasi, telur
dadar, tempe goreng, oseng soun dan sayur terong.
Avitt menang 'ngebid' |
Acara selesai menjelang pukul 11.00. panitia mengumumkan
bahwa ada satu armada truk untuk loading balik ke Jogja, meski beberapa hari
sebelumnya diumumkan bahwa panitia tidak menyediakan armada loading. :D Aku,
Ranz, dan kawan2 Komselis memilih gowes balik ke Jogjanya. Di jalan kita sempat
digodain hujan. Sempat sekali kita berteduh, Cuma sebentar, hujan berhenti.
Kemudian kita melanjutkan perjalanan, terutama setelah Ranz memasukkan
kameranya ke dalam tas di handle bar sepeda Da. Tak jauh dari situ, kita
melihat hujan turun di jalan depan kita, beberapa meter jauhnya. Waaah ... kita
langsung berteduh di satu bangunan yang kebetulan ada di sebelah kanan. Dari
situ, kita putuskan untuk mengenakan mantel.
Karena sudah pernah lewat jalan itu, aku dan Ranz hafal
bahwa untuk menuju Tugu Jogja, kita cukup lurus saja di jalan yang kita lewati.
Di sepanjang jalan, kita bertemu para peserta gowes jfb9uyub lain yang berteduh di banyak lokasi. Mungkin mereka lupa
membawa mantel. Aku dan Ranz berpisah dengan kawan-kawan Komselis ketika mereka
belok ke arah kanan, menuju arah Gamping. Aku dan Ranz terus lurus ke depan
hingga sampai di Jalan Kyai Mojo, sekitar 1 kilometer sebelum sampai perempatan
Pingit. Ranz mengajak mampir ke warung SS, dia kelaparan dan nyidam makan
sambal di SS. J Waktu menunjukkan pukul
13.10.
Warung SS cukupramai meski kita tidak perlu mengantri untuk
mendapatkan tempat duduk. Kita duduk di area lesehan, di bagian depan, hingga
kita bisa melihat ke arah jalan, dimana kita melihat banyak peserta gowes
jfb9uyub lewat untuk kembali ke Jogja.
Menjelang pukul setengah tiga, aku dan Ranz berpisah di
depan warung SS tempat kita makan siang. Ranz menuju stasiun Tugu Jogja, aku
langsung ke arah terminal Jombor. Mendung kembali menggayut di langit Jogja.
Bahkan sekitar satu kilometer menjelang sampai Jombor, aku mulai kegerimisan
lagi.
Seperti sehari sebelumnya, waktu aku sampai terminal, ada
satu bus patas sedang ngetem. Namun ketika aku sedang melipat Austin dengan
buru-buru, bus itu telah pergi meninggalkan terminal Jombor. Heleh. LOL. Akan
tetapi beda dengan sehari sebelumnya, ternyata di belakangnya telah datang satu
bus patas lain! Dengan suka cita, aku langsung membeli tiket, dan naik bus. Ini
armada baru, bukan bus N****t*** maupun bus R***y***, melainkan bus H**y***o.
Hanya 10 menit setelah aku naik bus, bus ini telah berangkat meninggalkan
terminal Jombor. Owh ... cepat sekali!
Sepanjang perjalanan pulang ke Semarang, hujan dan gerimis
silih berganti. Aku pun mempersiapkan mental jika nanti setelah turun dari bus,
aku harus kehujanan saat menaiki Austin dari Sukun menuju Pusponjolo.
Bus H**y***o yang kunaiki ini ternyata rada pelan jalannya. L Jika biasanya bus patas hanya butuh waktu 3 jam
dari Sukun – Jombor atau sebaliknya – tanpa macet, kali ini kita butuh waktu
tiga setengah jam. Bus sampai di Sukun pukul setengah tujuh malam! Sudah mulai
gelap. Namun untunglah, tak ada tanda-tanda titik-titik gerimis turun!
Alhamdulillah! Setelah unfold Austin, dengan suka cita aku mengayuh pedal untuk
menuju area Tugumuda.
Aku telah sampai rumah sebelum pukul setengah delapan, tepat
ketika aku mulai merasakan titik-titik gerimis jatuh dari langit. Yeay! J
Sampai ketemu di pengalaman Nana dan Ranz bersepeda berikutnya
yaaa.
LG 15.00 08/02/2018
Vlog besutan Ranz.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.