Bulan Mei 2018 aku
bersepeda ke Solo dari Semarang, ditemani Ranz yang menjemputku di Bawen,
ketika aku akan menghadiri acara ulang tahun Seli Solo yang kedelapan.
Ternyata, tahun ini, aku pun ingin mengulang
pengalaman ini. Untunglah Ranz bersedia. (Kalau dia ga sempat, aku bakal
nekad bersepeda sendiri ga ya ke Solo? Heheheh …)
Well, sempat
ragu-ragu juga sih karena beberapa hari sebelum hari Jumat 12 April 2019 itu
perutku sering kram tanpa alasan yang jelas. Bahkan Kamis malam aku masih
ragu-ragu, meski aku tetap packing. Ya iyalah, packing, kalau pun ga jadi
bersepeda, aku tetap berangkat ke Solo kok, untuk menghadiri ultah Seli Solo
kesembilan yang diselenggarakan pada hari Minggu 14 April 2019, tapi naik
kereta api Kalijaga. (Eh, aku belum beli tiket!)
Jumat 12 April 2019
Setelah
menyelesaikan tugas dapur di pagi hari, dan mandi, aku meninggalkan rumah pukul
06.30. Ranz sudah uring-uringan menunggu kabarku jadi bersepeda atau engga
karena dia harus berangkat cukup pagi untuk sampai di Bawen. :D kebetulan tab
yang biasa kupakai untuk komunikasi sehari-hari sedang error, jadi rasa susah
menghubunginya. Untunglah Angie meminjamiku tab-nya, jadi pagi ini aku tetap
bisa merekam perjalanan menggunakan strava, setelah download aplikasi itu malam
sebelumnya.
Kukayuh pedal Austin
pelan namun pasti menuju arah Selatan, mendaki beberapa tanjakan yang
menyambutku dengan hangat. LOL. Ga Cuma hangat, eh, karena tentu saja aku super
ngos-ngosan dan keringetan. LOL.
Aku sampai di satu
mini market seberang terminal Bawen tempat Ranz menungguku pukul 09.20. aku
sempat masuk untuk membeli air mineral -- bidon sudah kosong -- dan roti untuk
cemilan di jalan. Sekitar pukul 09.30 kita meninggalkan lokasi kita bertemu
tersebut.
Kita berhenti
sebentar di satu lokasi dimana ada tulisan 'SMART SALATIGA' untuk memotret
sepeda. Oh ya, Ranz juga memotretku, meski hanya candid. Kita berhenti sebentar
juga di gapura 'Selamat Datang' di kota Salatiga. Kita berhenti untuk sarapan
di satu rumah makan soto segeer. Tahun lalu kita juga mampir sarapan disini.
Usai sarapan, kita
melanjutkan perjalanan. Seingatku tahun lalu kita sempat mampir di satu mini
market di daerah pusat kota Salatiga, kali ini aku tidak merasa butuh
beristirahat, sehingga kita terus bersepeda. Ranz mengajakku mampir di satu
tempat yang berjualan gethuk, dia ingin membeli gethuk untuk oleh-oleh orang
rumah. Setelah itu, kita terus mengayuh pedal sepeda hingga 'alun-alun'
Boyolali dimana kita berfoto ria dengan latar belakang patung kereta yang
ditarik kuda-kuda. Tumben kita tidak kebelet pipis sehingga ga perlu mampir ke
pom bensin. :D
Kita juga tidak lama
berhenti di alun-alun Boyolali. Setelah beberapa jepretan, kita melanjutkan
perjalanan lagi. Sesampai situ, trek sudah mudah, jalan sedikit menurun, ga
lagi ada tanjakan. Namun, entah mengapa, aku mulai merasa bosan. LOL.
Ranz semula ingin
mengajakku mampir ke satu daerah di Pengging, katanya ada satu tempat berjualan
sosis Solo dengan ukuran jumbo. Namun setelah ngecek jaraknya dari jalan raya,
kira-kira sekitar 20 kilometer, Ranz membatalkan idenya itu. Dia khawatir kalau
kelamaan di jalan, gethuk yang dia beli di Salatiga jadi basi. Kita jadinya
mampir ke satu mini market karena air di bidon habis. Kali ini kita stay rada
lama bahkan kita sempat beli es krim.
Mendekati Kartasura,
Ranz yang kelaparan mengajakku mampir ke satu rumah makan sate kambing. Usai
makan, kita langsung menuju rumah Ranz di kawasan Laweyan. Kalau tahun lalu
kita mampir ke De Tjolomadoe.
Tahun lalu jarak
yang kutempuh 105 kilometer, tahun ini hanya 99,4 kilometer. Ga ada 100
kilometer. :D
Ranz bilang
kapan-kapan kalau aku ingin bersepeda lagi ke Solo, dia mau menemani dengan
menjemputku di Bawen. Lha … hyuk kita ulangi lagiiiii. :D
LG 12.32
24-April-2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.