Dalam event
"Back to Dahon" panitia membuka sesi tanya jawab yang akan dijawab
oleh para panelis. (Nte Shinta sebagai presiden Id-Dahon, Om Poetoet sebagai
ketua B2W Indonesia, Mr. Chang yang mewakili Dahon, Pak Hendra yang mewakili PT
Roda Maju Bahagia, dan Nugie, mewakili pengguna yang kebetulan selebriti dan
aktifis lingkungan.)
Pertanyaan pertama:
"Selama ini
dahon meluncurkan produk yang berkualitas cukup bagus dengan harga yang bisa
dijangkau masyarakat luas. Sayang dong jika dahon mampu memproduksi sepeda
bagus, kok tidak sekalian memproduksi sepeda kelas premium, (kadang orang menyebutnya sebagai kelas sultan) kita semua tahu ada sepeda merk khusus
yang hanya memproduksi sepeda kelas premium dengan harga berkali lipat dari
dahon. Pastinya dahon bisa dong bikin sepeda sejenis itu. Pertanyaan saya
adalah, akankah dahon memproduksi sepeda seperti itu? Dan kapan?"
Pertanyaan kedua:
"selama ini
banyak orang yang membeli sepeda lipat dahon untuk kemudian di-upgrade. Frame
dahon memang tangguh dan berkualitas bagus, namun kadang pengguna kepengen
upgrade dengan diganti banyak parts yang sekiranya kurang mendukung untuk,
misal ngebut, atau nanjak ke dataran tinggi. Kira-kira pabrik dahon.ion akan
mengeluarkan dahon versi hanya frame saja kah? Soalnya sayang jika kita beli
dahon dengan harga yang lumayan, tapi kemudian yang tetap kita gunakan adalah
frame saja, parts yang lain kita ganti sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
kita."
Pertanyaan ketiga:
"Selama ini
kita tahu event jamselinas, jambore sepeda lipat nasional, yang dihadiri oleh
pecinta sepeda lipat segala jenis. Namun selain jamselinas, sekarang sudah
mulai ada jambore sepeda jenis lain, misal jambore federal. Juga ada jambore
sepeda lipat jenis lain. Lalu kapan dong kita mengadakan jambore sepeda lipat
khusus buat dahon?"
Pertanyaan pertama
dan kedua dijawab oleh Pak Hendra, selaku CEO PT RMB (Roda Maju Bahagia). Pak
Hendra bilang bahwa dahon sudah memikirkan untuk memproduksi sepeda kelas
premium. Untuk pertanyaan kedua pun, Pak Hendra mengatakan hal yang sama:
tunggu saja tanggal mainnya.
Well, mungkin
sebagai penjual, yang dikatakan oleh Pak Hendra itu bermuara ke motto para
pelaku marketing, "apa lo minta, gue sediakan."
Namun, sebagai
pesepeda, meski bisa dikatakan hobi koleksi sepeda, Ranz bilang, "Bukankah
seperti yang dinyatakan oleh si penanya bahwa dahon selalu memproduksi sepeda
dengan kualitas prima? Justru harga yang bisa dijangkau oleh masyarakat dengan
kualitas sepeda yang di atas rata-rata adalah kelebihan dahon." maka,
ketika mendengar jawaban Pak Hendra, aku dan Ranz saling menatap, bengong, trus
tertawa. Looohhh … kok gituuuuu? LOL.
Terhubung dengan
pertanyaan kedua, Om Heru dari Solo membawa satu sepeda (koleksinya) yang
dipamerkan di tempat itu juga ke atas panggung, memamerkan bagaimana dia
meng-upgrade sepedanya, hingga yang "tersisa" dari sepeda dahon itu
hanya frame saja. Om Heru meminta masukan dari Mr. Chang yang telah bekerja di
pabrik dahon puluhan tahun. Sayangnya Mr. Chang menjawab bahwa ketika
'membangun' sepeda, mereka meletakkan safety pada prioritas utama, dari, misal,
hanya sekedar penampilan yang menarik. Nah, sepeda yang telah di-upgrade itu,
bagi seorang Mr. Chang, sama sekali tidak memikirkan safety sang pengendara.
Untuk pertanyaan
ketiga, nte Shinta memberi sinyal sangat positif bagi mereka yang hobi dolan
untuk bersepeda di kota-kota selain kotanya sendiri: kemungkinan akan segera
diselenggarakan jamselihon, alias jambore sepeda lipat dahon. Hohohoho …
Well, selain ketiga
point di atas, saya rasa masih ada yang diperbincangkan, namun maafkan, saya
lupa. Info menarik lain: akan ada gathering sepeda dahon klasik di Jogja di
bulan Juli. Sedangkan untuk jamselinas yang akan diselenggarakan di Magelang,
nanti pada tanggal 10 bulan 10 tahun 2020 (10 Oktober 2020), rasanya sudah
cukup lama digaungkan yaaa.
LG 12-februari-2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.