Cari Blog Ini

Rabu, 08 Maret 2023

Serba-serbi J150K 2023 #1

 


Serba serbi 1:

 

#J150K2023: The Next Level Endurance

 

Sabtu dini hari hingga pagi 4 Maret 2023, Jogja diguyur hujan. Aku sempat gamang; duh males banget jika baru mau sepedaan (mana jarak jauh pula) kok sudah kudu kehujanan.

 

Pukul 05.30 R sudah mengajak berangkat. Aku sempat mikir mau langsung pakai mantel ga ya. Ternyata, setelah keluar dari hotel yang berjarak hanya 500 meter dari venue, sudah ga ada tetes hujan. Ok, ga usah pakai mantel.

 

Di dekat titik start, sudah lumayan banyak peserta. MC mulai menyapa peserta sekitar pukul 05.45. Dikatakan bahwa makna "the next level endurance" itu berarti peserta akan diuji ketahanan mentalnya, tidak hanya jarak yang panjang, trek yang aduhai, namun juga cuaca: hujan, panas, berangin.

 

Tak lama kemudian, gerimis turun lagi. Sebagian peserta kulihat mulai mengenakan mantel. R kutanya mau pakai mantel ga, dia jawab ogah. Dan, aku ikutan enggan

 

aku ingat saat bersepeda Ngawi - Solo Desember 2019, kami kehujanan, tanpa pakai mantel karena semula hanya gerimis, hingga sudah basah saat gerimis menderas. Oke, gapapa deh hujan-hujanan

 

Peserta diberangkatkan pukul 06.10 oleh Bupati Sleman. Gerimis sudah menderas, bahkan sempat lebat sekali. Menjelang kilometer ke-25 di Water Station 1, hujan mereda. Aku sudah ingin matahari muncul agar baju yang kupakai mengering


 


 

Selepas check point 1 di kilometer 51, sinar mentari mulai terasa membakar. Saat menuju Water Station 2 di kilometer 74, di area sekitar Pantai Depok, Pantai Samas, angin terasa mulai menghambat laju sepeda. Panas yang menyengat plus angin: cakep! Mana jalannya lurus panjaaaang di sisi kiri kanan sawah, sungguh terasa membosankan

😆

mendadak aku ingin hujan turun lagi.

😱

 

😝

 

Di sini R mulai terlihat jenuh. Biasanya kami ga pernah berhenti mengayuh pedal saat sepedaan jarak jauh, kecuali jika memang niat berhenti, R sering berhenti setelah mengayuh sekitar 5 putaran. Aku kudu rajin ngerem untuk tetap berada di belakang/sampingnya. Suwi-suwi entek iki kampas rem Austin

 

Sesampai Check Point 2, saat makan siang dengan menu sop ayam yang lezat, R nampak excited lagi. Kemarin-kemarin aku sempat bilang ke R ga usah ngoyo kali ini, toh kita sudah 3 kali ikut J150K. Aku juga bilang sama mamas ga akan ngoyo mengingat cedera kaki yang belum benar-benar pulih plus sakit perut yang saat datang aku tak bisa bebas beraktifitas.

 

Kemarin Jumat waktu mengambil ride pack di pendopo Ambarrukmo, seorang dedengkot JFB bilang, "sesuk ora usah ngoyo mbak, santai wae wong kalian wis bola bali melu."

 

seorang kawan lawas lain bilang, "kok kalian belum pensiun? Aku cedera kaki dadi wis males melu event ngepit adoh-adoh ngene iki." Hoho dia ga tahu, aku juga cedera kaki.

 

Meninggalkan Check Point 2 di kilometer 100, R kembali terlihat ceria. Aku ngabarin mamas kayaknya aku akan lanjut gowes sampai titik finish, kan tinggal 50 kilometer lagi. Semesta menghadiahi kami dengan mendung setelah ini.

 

Namun ga lama, R mulai terlihat kendor lagi. Setiap papasan dengan mobil-mobil yang dipakai peserta untuk loading (mereka didampingi support car mereka sendiri) dan mereka turun saat mendekati water station maupun check point agar nampak full gowes, dia terlihat gusar dan kesal. Dan mulai ngomel.

 

Aku bilang, "don't compare yourself with them. Motivasi peserta J150K ini pasti macam-macam. Aku sendiri ingin "challenge" diriku sendiri masih mampu ga sih setelah cedera kaki plus jarang bersepeda jauh kecuali bersepeda ke kantor. Entah mereka. Meski nanti sama-sama finish, beda lah kepuasan yang kita rasakan." Dan ... R tetap ngomel-ngomel.

 

Aku sampai di water station bayangan terlebih dahulu ketimbang R karena aku mulai males kudu ngerem-ngerem melulu untuk tetap berada di belakang R. Kunikmati saja kayuhanku. Dari sini rute menuju Nanggulan. Aku gantian ngomel ke Ranz.

 

"Kalau mengayuh pedal pelan-pelan gini, aku kudu ngerem, aku capek! Ayuklah cepetan!"

 

Dijawab R, "aku tuh ga capek, aku cuma males!" Lha piye jal, yang capek tuh kan aku jika harus mengayuh pedal pelan2 plus ngerem bola bali. Katanya lagi "Kalau kamu mau duluan, sana duluan!" Aku langsung melesat menginggalkan R di belakang.

 

Sesampai di spot pembagian gelang, mas Totok seorang eks ketua JFB heran melihatku sendirian, "Balamu ndi mbak?" Aku langsung curhat dong, bla bla bla. Ada om Karjok juga di situ. Mereka berdua ngekek mendengar aku curhat, "R kesal melihat peserta yang lodang loding jadi dia aras-arasen ngepitnya."


"Water station 3 di sebelah mana sih?"

"Isih adoh mbaaak." Dijawab mas Totok. Duh, aku harus terus menyemangati diri sendiri.

 

Sesampai di Water Station 3, di kilometer 130, aku kembali ngemil pisang yang dibagikan panitia. Tak lama kemudian mas Totok sudah sampai. (dia marshall 'berjalan' naik motor.) Dia bilang, "kae R wis cedhak. Mau tak dorong. Entenana ya." Benar juga ga lama kemudian R muncul. Tapi, dia malah bilang, "mas, aku meh evak wae." Ya sudah, aku langsung melanjutkan perjalanan, sendirian lagi.

 

19 kilometer menuju flyover Jombor rasanya jauuuuh sekali. Traffic light yang ada dan jalanan yang penuh pengguna jalan kian memperlambat lajuku. Aku sebut-sebut nama Jombor siapa tahu tiba-tiba dia muncul di depan mata


Dan ... akhirnya aku pun sampai Jombor! Alhamdulilah! Kurang sedikit lagiiii!

 

Saat sampai Monjali dan menerima kalungan medali, aku langsung mengeluarkan hp, untuk motret. Ternyata R sudah sampai dan mencariku. Dia sudah pengen balik ke hotel untuk mandi.

 

Terima kasih kawan-kawan facebook yang menyemangati. I thank you so very much


Monjali 05.03.2023

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.