Cari Blog Ini

Rabu, 18 September 2024

Long time no biking: Another visit to Gajahmungkur Dam

 


Terakhir aku dan Ranz sepedaan bareng ke luar kota itu di bulan Juli 2023, kami bersepeda ke Jogja, satu rute 'biasa' kami tapaki, semenjak pandemi covid 19. Setelah itu, setiap kami dolan ke luar kota, kami mengajak Angie dan Deven, yang berarti kami tidak bersepeda.

 

Bulan Agustus lalu mendadak Ranz bilang, "kalau kamu mau ke Solo pas long weekend 15 - 16 September, aku mau menemanimu bersepeda ke Waduk Gajahmungkur." weh! Tumben! Padahal aku ga memintanya loh, biasanya dulu itu aku harus memohon-mohon dulu, lol, baru Ranz mau. Kali ini malah dia nawarin. WAW.

 

Meski ga begitu yakin Ranz beneran mau menemaniku bersepeda ke Wonogiri, hoho, di hari Sabtu 14 September 2024 waktu berangkat ke Solo setelah selesai mengajar, aku membawa helm, tapi aku tidak mengajak Austin. Gear Austin ga bisa bergerak, bakal susah buatku karena trek Wonogiri itu rolling je, naik turun melulu. Ranz menawariku naik Hezel, tapi aku bilang, aku memilih naik Astro, polygon urbano yang dia beli di tahun 2016. kok ga kubawa ke bengkel? Iya, masih males ke bengkel, lol.

 

Minggu 15 September 2024

 

Ranz bangun sekitar pukul 04.30 dan memulai melakukan ritual paginya. Ini berarti dia beneran mau mengajakku ke Wonogiri nih. Yuhuuuu.

 

Sekitar pukul 05.45 kami sudah sampai di Stasiun Purwosari. Seminggu sebelumnya aku bilang ke Ranz aku mau saja diajak ngepit pp, atau berangkat naik KA Batara Kresna baru pulangnya gowes. Untuk itu, Ranz harus hunting tiket KA Batara Kresna seminggu sebelum 15 September via KAI Access. (FYI, sekarang tiket KA Batara Kresna bisa dibeli di KAI Access seminggu sebelum hari H.)

 

Terakhir kami naik KA Batara Kresna membawa sepeda itu di awal Oktober 2022. Nampaknya waktu itu KA Batara Kresna belum begitu menjadi pilihan masyarakat untuk berangkat ke Wonogiri, masih relatif kosong. Di sekitar tahun 2023, (aku lupa mencatatnya, jadi lupa tepatnya kapan), Ranz mengajakku dan Deven naik KA Batara Kresna, dengan membeli tiket 'go show' on the D day. Ternyata, kami kehabisan tiket! Kami hanya bisa membeli tiket sampai di Stasiun Solo Kota. Waktu itu, Ranz mendapat info dari petugas di stasiun bahwa mulai saat itu, masyarakat bisa membeli tiket via KAI Access, minimal jam 00.00 on the D day.

 

Naaah, di tanggal 15 September 2024 itu, kami hanya mendapatkan 1 seat kosong, hanya aku yang bisa duduk, sementara Ranz harus berdiri. Kebetulan waktu itu, ada rombongan -- ada sekitar 40 orang -- yang mau 'piknik' ke Waduk Gajahmungkur. Pasti mereka inilah yang menyebabkan tempat duduk penuh! Ho ho …  Ranz baru mendapatkan tempat duduk di Stasiun Nguter.

 

Oh yaaa, aku jadi naik Astro, sementara Ranz naik Hezel.

 

Beda dengan 2 tahun lalu, aku mengajak Ranz sarapan dulu di satu warung di luar stasiun Wonogiri, kali ini aku langsung mengajak bersepeda ke arah Waduk Gajahmungkur. Aku bersyukur ternyata menapaki trek rolling menuju waduk, kondisi kakiku baik-baik saja, setelah lumayan lama aku ga berani menjajal tanjakan, demi 'ngeman' kaki.

 





 

Kirain Ranz mau langsung berhenti di RM Bu Trie, langganan kami makan siang saat dolan ke Waduk Gajahmungkur, ternyata Ranz tetap mengajak ke pintu masuk waduk, untuk foto-foto. Ya wis, aku manut. Dari sana, baru kami ke RM Bu Trie.

 

Karena sejak pagi kami belum sarapan, kami habiskan satu porsi ikan nila bakar yang kami pesan (ada 2 ikan dengan ukuran cukup besar untuk kami berdua), plus 2 gelas es teh dan es kelapa muda. Yang tidak kami makan hanya 2 bungkus bothok ikan.

 

Menjelang pukul 12.00, kami kembali mengayuh pedal sepeda yang kami naiki, kembali menuju kota Wonogiri. Aku sempat berpikir kira-kira Ranz beneran mau mengajak gowes balik sampai Solo, atau mau mengajak naik Trans Jateng. Meski tentu aku pengennya gowes full balik ke Solo, aku manut Ranz saja. Dan … ternyata kami benar-benar bersepeda kembali ke Solo! Waw, aku senang sekali! Oh ya, di tengah jalan, kami tukeran sepeda, karena aku sempat tertinggal di belakang sampai sekitar 100 meter. Namun, setelah aku naik Hezel, perjalanan kami lancar, aku malah sering harus mengerem Hezel agar aku selalu berada di belakang Ranz.

 

Sesampai Solo Baru, aku sempat mengajak mampir di satu gerai fastfood, tapi ga jadi karena Ranz tidak bawa gembok. Akhirnya kami mampir ke Saudagar Laweyan. Awalnya kami mau beli gelato, tapi ternyata gelatonya tutup, ya sudah, aku pesan es kopi cendol, as usual. Ranz pesan apa, aku lupa. Hahaha …

 

Pulang dari Saudagar Laweyan, Ranz langsung balik ke rumah, aku masih merasa perlu lanjut bersepeda sebentar, untuk 'crushing' es kopi cendolnya. Hahahaha …

 

Thanks a billion dear Ranz. Kapan-kapan kita gowes AKAP lagi yuuuk.

 

PT56 15.05 18/09/2024

 

I love this gate!




Selasa, 03 September 2024

ada masanya

 

Austin di pinggir pantai Serangan, Bali

"Tiap orang ada masanya. Tiap masa ada orangnya."

 

(ini khusus kutulis untuk menjawab pertanyaan orang-orang, "kok sekarang ga pernah (mengunggah foto) sepedaan lagi?")

 

Ini adalah Austin, yang di bulan September 2024 ini menginjak usia ke-13 dalam kepemilikanku. Aku membelinya di awal September tahun 2011. Pertama kali aku ajak keluar kota bersepeda di Jogja - Solo - Semarang di tahun 2012 dalam rangka mengikuti event JOGLO ATTACK yang diselenggarakan oleh kawan-kawan Jogja Foldingbike (saat di Jogja) dan kawan-kawan Seli Solo Raya (saat di Solo). Sedangkan dalam perjalanan Solo - Semarang, Austin dinaiki Ranz, aku naik Cleopatra yang masih terhitung kinyis-kinyis tahun itu.

 

Meskipun begitu, Austin secara resmi kunubuatkan sebagai sepeda menemaniku bikepacking antar kota antar propinsi (plus antar pulau di tahun 2015 saat bikepacking ke Bali + Lombok) mulai bulan Maret 2013, saat aku dan Ranz menapaki jalan propinsi dari Solo ke Purwokerto.

 

Sejak saat itu, lumayan banyak lah orang-orang yang mengatakan padaku bahwa perjalananku bersepeda menginspirasi mereka, entah untuk bike to work maupun bikepacking antar kota / antar propinsi / antar pulau. Bahwa kisah-kisah yang kutulis di blog memberi mereka ide untuk bersepeda kemana dengan komunitasnya. Apakah aku sengaja 'menginspirasi' mereka? Tentu saja TIDAK. Aku ngeblog sejak tahun 2005. Aku menulis kisah-kisah itu untuk pengingat diri sendiri.

 

Awal tahun 2016 sempat ada sekelompok orang yang nampaknya iri dengan ke-exist-anku di dunia sepeda ini, hingga keluar pernyataan, "Si tante itu tidak mau pudar bintangnya." lol. Ahaaaay … belum masanya kawan!

 

Pandemi covid 19 ternyata menandai surutnya hasratku 'pamer' sepedaan di media sosial ini. Namun blog tempat aku menulis kisah sepedaanku masih cukup ramai dikunjungi orang, mungkin orang-orang yang mencari ide mau sepedaan kemana di kota Semarang yang terkenal memiliki daerah bawah dan daerah atas ini.

 

Meskipun begitu, dari sekian 'banyak' kisah bikepacking yang kujalani bersama Ranz, satu hal yang tetap akan membuatku bangga pada diri sendiri sebagai seorang 'bike-to-worker' adalah tetap konsisten bersepeda ke tempat beraktifitas: ke kantor, ke pasar, ke toko buku, dll. Karena dengan menjadi seorang 'bike-to-worker' aku selalu merasa ikut peduli pada lingkungan dengan mengurangi penggunaan BBM. Sebagai seseorang yang merasa 'cukup kenyang' memiliki pengalaman bersepeda, saya merasa sudah saatnya saya tidak perlu pamer di media sosial seperti facebook.

 

Sudah saatnya orang-orang yang merasa terinspirasi dari kisahku sepedaan gantian menginspirasi orang-orang lain. SEMANGAATTT!

 

PT56 12.52 03/09/2024

 

otw dari Ubud ke Pantai Sanur, Juli 2015