B2w
menjelang tahun kelima: bersepeda dengan confidence
Tak terasa bulan Juli 2012 nanti aku memasuki tahun
kelima bersepeda ke kantor. Tulisan ini untuk mengingat kembali awal aku
bersepeda hingga ‘perkembangan’ aku bersepeda akhir-akhir ini.
Tanggal 26 Juni 2008 aku dan beberapa teman – yang
semula hanya kenal di dunia maya di www.multiply.com – berkumpul untuk kemudian bersepakat mendirikan Komunitas b2w Semarang.
(yang masih kuingat selain aku dan adikku, ada Mas Triyono, Mas Budenk, Mas
Nasir, dan Firman.) Aku bahkan belum punya sepeda (milik sendiri), namun untung
di rumah ada sebuah sepeda pemberian kakakku di awal dekade 90-an. J
Dengan sepeda merk ‘winner’ itu lah aku memulai
‘sejarah’ bersepeda ke kantor di awal Juli 2008. Jangan dikira keputusan itu
mudah kuambil. Masalah utama adalah: JAIM. Hehehe ... Masak guru bahasa Inggris
di sebuah English course cukup ternama di Indonesia berangkat ke kantor naik
sepeda? Itu sebab aku berangkat seawal mungkin, sehingga aku sampai ke kantor
para siswa belum datang agar tak seorang pun melihatku datang naik sepeda. :-p
Pulangnya? Menunggu semua siswa pulang, baru aku keluar dari ruang guru dan
pulang. (kacian yaaa? :-p)
Pertengahan November 2008, aku mendapatkan ‘loving
surprise’ dari teman-teman Komunitas b2w Semarang: sebuah sepeda keluaran wim
cycle road champion! Dua ‘alasan’ mengapa mereka patungan membelikanku sepeda.
Pertama, sepeda ‘winner’ yang kunaiki terlalu tinggi untuk tubuhku yang mungil
ini. :’d Kedua, mereka ingin aku pun ikutan gowes XC (cross country) karena aku
ga mungkin ikutan XC jika naik ‘winner’. Selain karena sepeda ini terlalu
tinggi untukku, shifter juga bermasalah. Di tahun 2008 – 2009 itu teman-teman
Komunitas b2w Semarang suka mengadakan event XC bersama-sama; mulai dari XC di
kawasan Alaska dekat BSB – Mijen, Banyumeneng, Wonolopo, sampai ke Medini, di
daerah Ungaran. Dll.
dalam salah satu perjalanan XC di daerah Semarang Barat, bersama Orange, the loving gift from loving friends |
Mungkin ada hubungannya dengan sepeda yang kunaiki
baru, atau mungkin karena aku mampu membangkitkan semangat pada diri sendiri
bahwa tak perlu JAIM bersepeda ke kantor, plus bike tag yang kupasang di bawah
sadel sepeda membuatku merasa sebagai salah satu ‘pahlawan lingkungan’ (lebay!)
aku tak lagi merasa malu ketahuan para siswa bahwa aku berangkat ke kantor naik
sepeda. J Bukankah aku seharusnya bangga telah ikut mengurangi polusi dan juga
ketergantungan pada BBM?
Tak hanya tak lagi malu dan jaim, aku bahkan mulai
‘meracuni’ para siswaku untuk tak perlu malu berangkat ke sekolah naik sepeda.
Berdasarkan pengamatan, anak-anak SMP di Semarang masih banyak yang berangkat
ke sekolah naik sepeda. Namun ketika mereka telah menginjak bangku SMA, entah
mengapa mereka mulai merasa malu karena memang jarang anak-anak SMA berangkat
sekolah naik sepeda. Tentu aku menggunakan pengalamanku berb2w sebagai contoh
nyata: tidak perlu malu bersepeda! J
Sekitar bulan April – Juni 2010, Komunitas b2w
Semarang mengadakan talk show untuk mendesak pemerintah menyediakan jalur
sepeda bagi para pesepeda yang jumlahnya dari hari ke hari meningkat. Dan,
dengan diberlakukannya CAR FREE DAY oleh pemerintah di Semarang, semakin memasyarakatkan sepeda. Sebagai salah satu
‘founding mother’ Komunitas b2w Semarang tentu aku sangat bahagia karenanya.
Meski di tahun 2010 ini aku masih sering disoraki “ada pembalap perempuan!”
ketika aku lewat di jalan-jalan kota Semarang karena aku mengenakan helm
sepeda. J Usaha Komunitas b2w Semarang – dan beberapa instansi yang terkait – ini
berhasil mewujudkan disediakannya jalur sepeda di Semarang di akhir tahun 2011,
lepas dari campur tangan para politisi yang ingin melakukan usaha ‘pencitraan’
maupun ‘greenwash’ demi kepentingan pribadi mereka masing-masing. Meski
pemanfaatannya belum bisa dimaksimalkan. (click these links here and there)
Event CFD yang dilaksanakan mingguan sebagai salah
satu usaha pemerintah untuk membuat masyarakat lebih sadar akan pentingnya
mengurangi ketergantungan pada BBM dan polusi udara nampaknya berhasil
‘menyepedakan’ masyarakat alias mengurangi rasa malu orang bersepeda. Mengenai
apakah orang mulai mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari, entahlah. Namun paling tidak, masyarakat tak lagi
menganggap orang bersepeda ke tempat mereka beraktivitas aneh. Bisnis berjualan
sepeda pun semakin menggeliat. Demikian juga dengan bengkel-bengkel sepeda
mulai menjamur.
Dan aku secara pribadi semakin merasa pede bersepeda.
Jika di awal kadang aku merasa agak ragu ketika akan menyeberang jalan, aku
tambah luwes melakukannya. Maklum lah, aku bersepeda ke tempat kerja dimulai
dari karena merasa ‘bertanggung-jawab’ untuk mempraktekkannya dalam kehidupan
sehari-hari karena keterlibatan dalam Komunitas b2w Semarang; bukan berangkat
dari hobby bersepeda. Lama-lama justru bersepeda menjadi salah satu hobby yang
paling sering kulakukan, ketimbang berenang, olahraga kesukaanku sebelum ini.
Dengan ‘meningkatnya’ status bersepeda dalam hidupku
(lebayyy!) – tak lagi sebagai sarana berangkat ke kantor maupun ke tempat-temat
lain yang ramah lingkungan – jarak bersepeda yang kutempuh pun semakin jauh.
Bermula dari ikut event JOGJA ATTACK 5-6 Maret 2011 dimana para seli-ers gowes
dari Jogja ke Candi Borobudur, b2w Semarang mengadakan event gowes keluar kota:
misal Semarang – Kudus dan Semarang – Jepara untuk menjalin silaturahmi dengan
Komunitas b2w di Kudus dan di Jepara.
Dan libur kenaikan kelas pada pertengahan bulan Juni –
pertengahan Juli 2011, aku mulai melakukan kegiatan ‘bikepacking’ setelah
bertemu partner yang cocok: Ranz dari Solo. Jarak Solo – Semarang yang 100
kilometer itu tidak pernah menyurutkan semangatnya untuk ikut event gowes di
Semarang. Aku dan Ranz berbikepacking antara lain dari Solo ke Jogja; Semarang
– Jepara – Karimun Jawa – Jepara – Semarang, Solo – Wonogiri – Pantai Nampu,
Solo – Tawangmangu.
Begitulah. Bersepeda yang dulu tidak pernah masuk
dalam kamus kegiatanku sehari-hari telah menjadi suatu kegiatan yang memberiku
banyak pengalaman yang dulu ga pernah terbayangkan: ikut terlibat secara aktif
menyuarakan pentingnya diadakannya jalur sepeda di Semarang, menjadi salah satu
praktisi mengurangi global warming, bersepeda di daerah ‘hutan’ maupun
menyeberang sungai, bersepeda dari kota ke kota, menyusuri daerah lain dengan
naik sepeda, dan tentu mendapatkan banyak teman yang memiliki hobby sama. J
Dan ini adalah tulisan pertamaku untuk merayakan
‘anniversary’ keempat. Selama ini aku belum pernah khusus menulis dengan tema
anniversary bersepeda. Aku semakin pede bersepeda ke kantor. Juga semakin pede
gowes dari kota ke kota. Happy anniversary to myself!
GL7 15.45 310512
P.S.:
1. click the following links for the talk show of JALUR SEPEDA in SEMARANG
2. Sebelum ngeblog khusus untuk menulis tentang sepeda di blog ini, tulisanku tentang bersepeda 'tersebar' di beberapa blog, di bawah label 'b2w' atau pun 'biking', klik link di bawah ini ya?
The Mystery in Life
Serba Serbi Kehidupan
The Mystery in Life
Serba Serbi Kehidupan
Luar biasa kagum saya membacanya, saya juga mulai menyukai sepeda baru 3 tahu berjalan namun bukan sbg bike commuter tapi sekedar hobi, pengen juga ke tempat kerja naik sepeda tapi tak mungkin saya kerjanya dipasar jualan dan harus mengantarkan belanjaan ke tempat pelanggan maklum melayani deliv order, terlepas dari itu saya juga berkeinginan menyuarakn sepeda sebagai alat transportasi khususnya di semarang namun sayang hanya angan2 belum action hehehe, tulisan mbak menginspirasi saya bahwa tanggung jawab alam dan solusi dari kemacetan ibu kota bukan hanya tanggung jawab pemerintah tapi tanggung jawab kita bersama, dan anda memulai itu dari diri sendiri! Saluted! Keep riding and inspires!
BalasHapusSuwun dolannya ke blog saya ini plus meluangkan waktu untuk menulis komentar :)
Hapus