Cari Blog Ini

Senin, 25 Juni 2012

Gowes Minggu Pagi 24 Juni 2012


di tengah tanjakan Manyaran, aku berhenti untuk motret Austin


Hari Minggu 24 Juni 2012, aku mencoba tanjakan Manyaran, a new challenge for me, setelah tiap kali nanjak ke arah Gajah Mungkur - Kaliwiru, turun di Tanah Putih untuk kemudian belok ke arah Mrican dan nanjak di daerah Kedungmundu. Kali ini aku sendirian, karena my 'partner in crime' sedang tidak berada di Semarang.

Tanjakan Manyaran -- mungkin karena baru bagiku -- lumayan sulit juga ditaklukkan olehku, meski aku memilih mengajak Austin yang relatif kayuhannya lebih ringan ketimbang Snow White. Sempat berhenti satu kali di tengah tanjakan untuk memotret Austin -- sekalian minum seteguk dua teguk -- untuk kemudian melanjutkan perjalanan.

di bawah papan penunjuk arah

  Sesampai di pertigaan Manyaran - Panjangan - Jatibarang, aku memilih ke arah Jatibarang, meski waktu meninggalkan rumah, aku berniat langsung belok ke arah Panjangan. Dari pertigaan belok kanan, aku melewati SMA N 7 Semarang, sekolah my best friend ketika aku duduk di bangku SMP. (setelah puluhan tahun, baru kali ini aku lihat fisik bangunan SMA 7, LOL.) Kemudian berlanjut sampai ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Jatibarang yang baunya amit-amit dah. LOL. Suasana jalan cukup sepi waktu aku memotret ala kadarnya, sampai tiba-tiba teringat beberapa kali ditemukan mayat yang dibuang di daerah situ, aku langsung bergidik, dan buru-buru melanjutkan perjalanan. :-D

di atas jembatan jalan tol

 Terus ... teruuusss ... aku berharap menemukan jalan yang akan membawaku ke arah Ngaliyan, sampai aku bertemu dengan tanjakan yang terjalnya ngalahin dua tanjakan terakhir menuju Nglimut. Hadeeehhh ... Aku berharap tanjakan ini tidak panjang, seperti dua tanjakan terakhir menuju Nglimut. Namun harapan tinggallah harapan. Tanjakan curam ini -- dan lebar jalan yang lumayan sempit -- ga jua kunjung usai. Padahal sesekali dari balik tikungan tajam tiba-tiba muncul kendaraan bermotor -- baik sepeda motor, mobil, maupun truk-truk pembuang sampah. Aku langsung berpikir aku bakal butuh waktu lamaaa untuk menapaki tanjakan satu ini, yang kata seorang passer-by akan membawaku ke Mijen. Berhubung aku sendirian -- and I suddenly really missed that partner of crime of mine -- aku memutuskan balik kanan. (Bukan Nana banget sebenarnya. hihihi ... ) 



di daerah Jatibarang 


Dan kembali menyusuri jalan yang tadi kulewati, untuk kemudian turun lewat Panjangan. Dari arah Gedung Batu, aku gowes menuju Jalan Pemuda berharap masih akan bertemu CFD. Aku sampai disana sekitar pukul 08.06, dan plang penghalang kendaraan bermotor SUDAH DISINGKIRKAN! My heart was out of the blue broken. Bukannya seharusnya CFD sampai jam 9 yak? :( Apa boleh buat, ya sudahlah.

Di Jalan Pemuda bertemu dengan Tami dan beberapa anggota b2s yang sedang menemani seorang tamu dari b2s Serang. Setelah ngobrol sejenak, aku melanjutkan gowes ke arah Prembaen, belanja. Dari sana, mampir lagi ke sebuah toko sepeda untuk membeli gembok sepeda. Gembok sepeda yang lama ga bisa kupakai karena kuncinya hilang. (teledornya daku! hikss ... ) Sampai rumah sekitar jam 09.37, anak semata wayangku kelaparan. Saatnya aku memasak buatnya. :)

Telogorejo Hospital 10.17 250612



Rabu, 20 Juni 2012

Catatan tambahan dari Sarasehan b2w Korwil Jateng - DIY 2012






Setelah berhasil mengumpulkan beberapa koordinator wilayah b2w Jateng dan DIY pada tahun 2011 di Jogja, tahun ini b2w Indonesia mengadakan gathering lagi. Kali ini yang ‘ketiban sampur’ sebagai tuan rumah adalah komunitas b2w Jepara yang katanya usianya masih sangat muda. Meskipun masih sangat muda usia, penyambutannya sungguh luar biasa.

Sebagai wakil dari Komunitas b2w korwil Semarang, aku memang berniat untuk berangkat bareng Ranz yang meski berdomisili di Solo namun lebih sering terlibat beraktifitas di kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di Semarang. Tentu saja kita berniat berangkat bersama naik sepeda. Wakil dari b2w korwil Semarang yang lain – Pak Budi Tjahjanto alias pak BudCam – berinisiatif berangkat sendiri; sedangkan empat wakil yang lain – Darmawan yang menggunakan nama udara ‘Boil Lebon’, Nasir, Riu, dan Triyono yang didapuk sebagai ketua korwil Semarang – berangkat bersama.

Sabtu 16 Juni 2012

Ada yang aneh di diri Ranz ketika tiba-tiba dia bilang ke aku dia males membawa kamera. Dan karena dia sendiri ga tahu apa yang terjadi kepadanya maka kukatakan dia ‘kesambet’ yang nungguin Candi Ngempon yang terletak di kawasan Ungaran, ketika dia mampir kesana pada hari Jumat 15 Juni 2012 dalam perjalanannya gowes Solo – Semarang naik Shaun, sepeda dahon da bike-nya.

Kita meninggalkan kos Ranz yang berlokasi tak jauh dari Tugumuda sekitar pukul 06.30. Perjalanan lancar dan tak banyak foto sebagai saksi kita gowes. L Menuju Demak kita bertemu dengan dua pesepeda yang mengaku dari Jogja berangkat jam 9 malam Jumat. Setelah mampir di sebuah mini market yang terletak tak jauh dari alun-alun Demak, mereka berdua mampir ke masjid agung Demak untuk beristirahat. Sempat bercakap-cakap sedikit ketika gowes, mereka mengatakan bahwa mereka gowes menuju Surabaya dalam rangka mengisi libur sekolah. Selain dua pesepeda yang nampaknya masih berusia belasan tahun ini, kita juga berpapasan dengan dua pesepeda lain. Sayangnya kita ga sempat saling sapa sehingga aku tidak tahu mereka dari mana dan akan kemana. Namun berbeda dengan dua pesepeda sebelumnya yang membawa tas ransel di punggung – pertanda mereka dalam perjalanan jauh – dua pesepeda yang ini tidak terlihat membawa barang apa pun. Satu dari mereka masih kanak-kanak, mungkin masih duduk di bangku SD atau SMP. Ketika aku dan Ranz berhenti sejenak mengambil foto (pake hp) di gerbang selamat datang di kota jepara, mereka berdua lewat. Wah ... ga nyangka ternyata mereka gowes lumayan jauh juga, paling tidak dari Demak ke Jepara.

Dalam perjalanan Semarang – Pantai Kartini Jepara, kita berhenti dua kali. Yang pertama di mini market tempat kita bertemu empat pesepeda lain. Kita perlu membeli air mineral dan sedikit cemilan untuk perjalanan. Yang kedua kita berhenti di seorang pedagang bakso untuk mengisi perut.


di gapura selamat datang di kota Jepara
Aku dan Ranz sampai di Hotel Samodra yang terletak di kawasan Pantai Kartini sekitar pukul 12.00, sebuah hotel yang baru di-launched karena seingatku ketika setahun lalu menjelang menyeberang ke Pulau Karimun Jawa, hotel ini belum ada. Hanya ada sebuah guest house yang menjadi ‘rebutan’ para penumpang Ferry Muria, menjelang keberangkatan ke KJ maupun pulang dari sana. Setelah mendaftarkan diri di buku tamu, aku dan Ranz masing-masing mendapatkan sebuah jersey berwarna merah putih, yang diserahkan oleh penerima tamu, Da Ningrum dan David, sembari menunggu para peserta dari kota-kota lain, aku dan Ranz sempat muter kawasan Pantai Kartini sejenak mencari es kelapa muda. Sekaligus bernostalgia. Kita gowes ke Pantai Kartini dua kali di tahun 2011. Yang pertama tanggal 29 Mei, bersama-sama rekan goweser yang tergabung dalam Komunitas b2w Semarang dan Komselis (yang merupakan salah satu divisi Komunitas b2w Semarang), pertama kali berkenalan dengan Om Andang, dkk. Yang kedua hanya aku dan Ranz pada tanggal 2 Juli sebelum menyeberang ke Pulau KJ keesokan harinya, tanggal 3 Juli.

Kita kembali ke Hotel Samodra setelah Om Andang sms Ranz memberitahu kita bahwa makan siang telah tersedia di lobby hotel. Ikan gembung dan cumi yang disajikan di atas meja ‘buffet’ menunjukkan bahwa kita berada di Jepara. :)

Untuk laporan sarasehan yang lengkap bisa di-klik di link ini. J:)

Da Ningrum sebagai salah satu panitia menyediakan kamar nomor 2 untuk kutempati bersama Ranz, Dian Sasmita (Solo), dan Cipluk (Kudus). Sedangkan kamar nomor 3 ditempati oleh Da dan Ecy, seorang penyiar radio Jepara. Namun ternyata Ecy pulang, tidak jadi menginap di hotel sehingga Cipluk pun pindah ke kamar nomor 3 menemani Da.

Sepulang dari pendopo Kabupaten Jepara lebih dari jam 22.15, beberapa teman menikmati lezatnya kerang di depan patung kura-kura raksasa, akan tetapi aku lebih memilih tidur, menikmati empuknya spring bed dan dinginnya AC di kamar nomor 2. J sayangnya di tengah malam, AC dimatikan oleh seseorang, sehingga hawa dalam kamar pun terasa panas, plus lampu tetap nyala. Sempurnalah hingga aku tak bisa tidur nyenyak. Hikss ...

Minggu 17 Juni 2012

Bangun pagi di hari libur tetap terasa berat. :-D Jika ketika kita camping di kawasan Candi Prambanan 18 Mei lalu, ada seseorang yang nampaknya ditugasi membangunkan para peserta pukul lima pagi, dengan cara ‘nyamperin’ tenda-tenda dan berteriak “ayo bangun-bangun, sudah jam lima pagi!” maka mau tidak mau aku langsung bangun dan ‘menyeret’ Ranz untuk mandi bareng di toilet, di hotel Samodra, Om Andang (atau suara orang lain ya? Aku ga yakin suara siapa. :-P) baru ‘woro-woro di lorong hotel sekitar pukul 05.40. “Banguuunn ... banguuunnn sudah pukul 05.40. kita harus sudah sampai di pendopo jam 06.00 pagi.” Walhasil terlambatlah aku dkk untuk menikmati sarapan terlebih dahulu. :-D Da dan Cipluk kemudian berinisiatif untuk membawa beberapa bungkus nasi dengan lauk ikan asin yang nikmat untuk dimakan di pendopo Kabupaten.

Aku dan Ranz sempat menikmati sarapan beberapa suap di pendopo, namun yang lain belum sempat, karena ‘pasukan’ fun biker telah siap diberangkatkan. Bapak Bupati sudah siap di tempat sejak pukul enam pagi. NAH LO. Untunglah, Riu dengan baik hati menawarkan membawakan nasi bungkus itu dalam tas panier-nya selama perjalanan gowes kurang lebih 30 kilometer.

di gapura selamat datang di Pantai Bandengan
Catatan selama gowes wisata. Seperti yang diakui sendiri oleh Mas Hendy – pelatih Da menjelang keikutsertaannya dalam tour srikandi 2012 – ‘kebiasaan’ buruk para pesepeda di Jepara jika sedang mengadakan gowes bareng, akan sangat sulit menjaga kesatuan agar seluruh goweser tetap menjadi satu bagian. Masih sering terjadi ‘gap’ antara kelompok yang paling depan dengan kelompok yang berada di belakangnya. Dan ‘gap’ ini bisa jadi terpisah berpuluh kilometer dari satu kelompok yang di depan dan kelompok di belakangnya. Kondisi ini diperparah dengan tidak disediakannya marshal di tikungan-tikungan sehingga terjadilah beberapa pesepeda tersesat, seperti yang terjadi kepada Mas Nasir dan Mas Triyono – anggota b2w Semarang. Selain tidak adanya marshal untuk memberitahu kita belok kemana ketika bertemu tikungan, banyaknya masyarakat Jepara yang gowes di hari Minggu pagi membuat para peserta yang dari luar Jepara tidak bisa mengenali siapa yang menjadi panitia, siapa yang ikut event, siapa yang orang ‘luar’ yang bersepeda di jalan-jalan yang kebetulan kita lewati. Sebenarnya panitia telah menyediakan jersey berwarna merah putih untuk dipakai bersama, agar bisa saling mengenali, namun panitia lupa memberitahu peserta bahwa jersey tersebut HARUS dikenakan pada event tersebut. Plus, ada juga panitia yang tidak mengenakan jersey berwarna merah putih itu. 

Seingatku, ketika meninggalkan pendopo Kabupaten, banyak sekali pesepeda yang ikut, namun sesampai di Pantai Bandengan mengapa banyak yang ga kelihatan ya? Dari pintu gerbang stadion Gelora Bumi Kartini sebenarnya ada jalan pintas yang sangat dekat langsung menuju Pantai Bandengan, namun kita diajak muter ke sentra patung Mulyoharjo. Dari sana, kita dipilihkan trek tanjakan Kuwasen yang asik punya.

Secara pribadi, aku suka trek pilihan panitia, trek lengkap yang berupa dataran, tanjakan, dan turunan. Namun gowes bareng ini kurang terkesan sebagai ‘gowes wisata’ karena keterbatasan waktu yang diberikan untuk menikmati pemandangan. Misal ketika sampai di Teluk Awur, Om Andang mengatakan kita boleh foto-foto selama kurang lebih 10 menit. Namun belum ada 10 menit, oleh seorang panitia lain, kita sudah diburu-buru untuk segera melanjutkan perjalanan untuk mengejar ketertinggalan dari kelompok yang berada di depan. Plus, Ranz tidak membawa kamera! Perfecto! Wuaahhh ... ga banyak foto yang bisa disajikan untuk menemani tulisan ini. Wew.

Setelah masuk gerbang Pantai Bandengan, seorang panitia mengatakan kita boleh berlama-lama menikmati indahnya pemandangan pantai dan bermain pasir putihnya karena toh Pantai Bandengan adalah destinasi terakhir gowes kita. Namun ternyata baru saja aku, Ranz dan Cipluk sampai ke tempat para peserta yang lain foto-foto, kita ikut berfoto-foto sejenak, ga lama kemudian kita sudah diajakin kembali ke Pantai Kartini. Hadeeehhh ...

Kembali ke Hotel Samodra, menu ‘brunch’ yang lezat telah menunggu: nasi, cap cay, gimbal udang, ayam goreng, dan kerupuk. Lho, ikan bakar srepehnya mana yak?

Acara ditutup dengan penyampaian kesan dan pesan peserta dari masing-masing korwil.

Dengan berat hati aku dan Ranz meninggalkan Hotel Samodra pukul 12.45. Hihihihi ... Namun apa boleh buat? Aku harus segera kembali ke Semarang. Seperti berangkat, kita pulang tetap dengan gowes berdua saja karena lebih fleksibel dengan kecepatan kayuh seberapa, ingin mampir ke penjual es kelapa muda yang mana, atau mampir ke mini market untuk membeli es krim, dll. Kalau bareng teman-teman lain dari Jogja, Ungaran, dan Pemalang, aku dan Ranz khawatir jika mereka harus menyesuaikan diri dengan kita berdua yang gowes santai.

Perjalanan pulang lancar, kita sempat mampir di sebuah pom bensin di pertigaan Demak, Kudus, Welahan, untuk shalat ashar, kemudian mampir di sebuah warung yang berjualan sate kambing di Pasar Bintaro Demak karena Ranz nyidam makan sate. :-P Masuk Semarang, kurang lebih pukul 18.30 kita mampir ke RM Istana Mie di Jalan Depok untuk membeli es kelapa muda dan es teh. Kita ga makan karena tidak merasa lapar.

Setelah mengantar Ranz pulang ke kosnya, aku pulang ke PT56 pukul 21.00.

Sampai bertemu di event gowes selanjutnya, bersama Nana dan Ranz! :)

PT56 14.14 200612

Jumat, 01 Juni 2012

b2w: bersepeda dengan confidence

The English version of this post can be viewed here. :)

B2w menjelang tahun kelima: bersepeda dengan confidence

Tak terasa bulan Juli 2012 nanti aku memasuki tahun kelima bersepeda ke kantor. Tulisan ini untuk mengingat kembali awal aku bersepeda hingga ‘perkembangan’ aku bersepeda akhir-akhir ini.

Tanggal 26 Juni 2008 aku dan beberapa teman – yang semula hanya kenal di dunia maya di www.multiply.com – berkumpul untuk kemudian bersepakat mendirikan Komunitas b2w Semarang. (yang masih kuingat selain aku dan adikku, ada Mas Triyono, Mas Budenk, Mas Nasir, dan Firman.) Aku bahkan belum punya sepeda (milik sendiri), namun untung di rumah ada sebuah sepeda pemberian kakakku di awal dekade 90-an. J

Dengan sepeda merk ‘winner’ itu lah aku memulai ‘sejarah’ bersepeda ke kantor di awal Juli 2008. Jangan dikira keputusan itu mudah kuambil. Masalah utama adalah: JAIM. Hehehe ... Masak guru bahasa Inggris di sebuah English course cukup ternama di Indonesia berangkat ke kantor naik sepeda? Itu sebab aku berangkat seawal mungkin, sehingga aku sampai ke kantor para siswa belum datang agar tak seorang pun melihatku datang naik sepeda. :-p Pulangnya? Menunggu semua siswa pulang, baru aku keluar dari ruang guru dan pulang. (kacian yaaa? :-p)

Pertengahan November 2008, aku mendapatkan ‘loving surprise’ dari teman-teman Komunitas b2w Semarang: sebuah sepeda keluaran wim cycle road champion! Dua ‘alasan’ mengapa mereka patungan membelikanku sepeda. Pertama, sepeda ‘winner’ yang kunaiki terlalu tinggi untuk tubuhku yang mungil ini. :’d Kedua, mereka ingin aku pun ikutan gowes XC (cross country) karena aku ga mungkin ikutan XC jika naik ‘winner’. Selain karena sepeda ini terlalu tinggi untukku, shifter juga bermasalah. Di tahun 2008 – 2009 itu teman-teman Komunitas b2w Semarang suka mengadakan event XC bersama-sama; mulai dari XC di kawasan Alaska dekat BSB – Mijen, Banyumeneng, Wonolopo, sampai ke Medini, di daerah Ungaran. Dll.

dalam salah satu perjalanan XC di daerah Semarang Barat,
bersama Orange, the loving gift from loving friends

Mungkin ada hubungannya dengan sepeda yang kunaiki baru, atau mungkin karena aku mampu membangkitkan semangat pada diri sendiri bahwa tak perlu JAIM bersepeda ke kantor, plus bike tag yang kupasang di bawah sadel sepeda membuatku merasa sebagai salah satu ‘pahlawan lingkungan’ (lebay!) aku tak lagi merasa malu ketahuan para siswa bahwa aku berangkat ke kantor naik sepeda. J Bukankah aku seharusnya bangga telah ikut mengurangi polusi dan juga ketergantungan pada BBM?

Tak hanya tak lagi malu dan jaim, aku bahkan mulai ‘meracuni’ para siswaku untuk tak perlu malu berangkat ke sekolah naik sepeda. Berdasarkan pengamatan, anak-anak SMP di Semarang masih banyak yang berangkat ke sekolah naik sepeda. Namun ketika mereka telah menginjak bangku SMA, entah mengapa mereka mulai merasa malu karena memang jarang anak-anak SMA berangkat sekolah naik sepeda. Tentu aku menggunakan pengalamanku berb2w sebagai contoh nyata: tidak perlu malu bersepeda! J

Sekitar bulan April – Juni 2010, Komunitas b2w Semarang mengadakan talk show untuk mendesak pemerintah menyediakan jalur sepeda bagi para pesepeda yang jumlahnya dari hari ke hari meningkat. Dan, dengan diberlakukannya CAR FREE DAY oleh pemerintah di Semarang, semakin  memasyarakatkan sepeda. Sebagai salah satu ‘founding mother’ Komunitas b2w Semarang tentu aku sangat bahagia karenanya. Meski di tahun 2010 ini aku masih sering disoraki “ada pembalap perempuan!” ketika aku lewat di jalan-jalan kota Semarang karena aku mengenakan helm sepeda. J Usaha Komunitas b2w Semarang – dan beberapa instansi yang terkait – ini berhasil mewujudkan disediakannya jalur sepeda di Semarang di akhir tahun 2011, lepas dari campur tangan para politisi yang ingin melakukan usaha ‘pencitraan’ maupun ‘greenwash’ demi kepentingan pribadi mereka masing-masing. Meski pemanfaatannya belum bisa dimaksimalkan. (click these links here and there)

Event CFD yang dilaksanakan mingguan sebagai salah satu usaha pemerintah untuk membuat masyarakat lebih sadar akan pentingnya mengurangi ketergantungan pada BBM dan polusi udara nampaknya berhasil ‘menyepedakan’ masyarakat alias mengurangi rasa malu orang bersepeda. Mengenai apakah orang mulai mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, entahlah. Namun paling tidak, masyarakat tak lagi menganggap orang bersepeda ke tempat mereka beraktivitas aneh. Bisnis berjualan sepeda pun semakin menggeliat. Demikian juga dengan bengkel-bengkel sepeda mulai menjamur.

Dan aku secara pribadi semakin merasa pede bersepeda. Jika di awal kadang aku merasa agak ragu ketika akan menyeberang jalan, aku tambah luwes melakukannya. Maklum lah, aku bersepeda ke tempat kerja dimulai dari karena merasa ‘bertanggung-jawab’ untuk mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari karena keterlibatan dalam Komunitas b2w Semarang; bukan berangkat dari hobby bersepeda. Lama-lama justru bersepeda menjadi salah satu hobby yang paling sering kulakukan, ketimbang berenang, olahraga kesukaanku sebelum ini.

Dengan ‘meningkatnya’ status bersepeda dalam hidupku (lebayyy!) – tak lagi sebagai sarana berangkat ke kantor maupun ke tempat-temat lain yang ramah lingkungan – jarak bersepeda yang kutempuh pun semakin jauh. Bermula dari ikut event JOGJA ATTACK 5-6 Maret 2011 dimana para seli-ers gowes dari Jogja ke Candi Borobudur, b2w Semarang mengadakan event gowes keluar kota: misal Semarang – Kudus dan Semarang – Jepara untuk menjalin silaturahmi dengan Komunitas b2w di Kudus dan di Jepara.

Dan libur kenaikan kelas pada pertengahan bulan Juni – pertengahan Juli 2011, aku mulai melakukan kegiatan ‘bikepacking’ setelah bertemu partner yang cocok: Ranz dari Solo. Jarak Solo – Semarang yang 100 kilometer itu tidak pernah menyurutkan semangatnya untuk ikut event gowes di Semarang. Aku dan Ranz berbikepacking antara lain dari Solo ke Jogja; Semarang – Jepara – Karimun Jawa – Jepara – Semarang, Solo – Wonogiri – Pantai Nampu, Solo – Tawangmangu.
Begitulah. Bersepeda yang dulu tidak pernah masuk dalam kamus kegiatanku sehari-hari telah menjadi suatu kegiatan yang memberiku banyak pengalaman yang dulu ga pernah terbayangkan: ikut terlibat secara aktif menyuarakan pentingnya diadakannya jalur sepeda di Semarang, menjadi salah satu praktisi mengurangi global warming, bersepeda di daerah ‘hutan’ maupun menyeberang sungai, bersepeda dari kota ke kota, menyusuri daerah lain dengan naik sepeda, dan tentu mendapatkan banyak teman yang memiliki hobby sama. J

Dan ini adalah tulisan pertamaku untuk merayakan ‘anniversary’ keempat. Selama ini aku belum pernah khusus menulis dengan tema anniversary bersepeda. Aku semakin pede bersepeda ke kantor. Juga semakin pede gowes dari kota ke kota. Happy anniversary to myself!

GL7 15.45 310512

 P.S.:
1. click the following links for the talk show of JALUR SEPEDA in SEMARANG

2. Sebelum ngeblog khusus untuk menulis tentang sepeda di blog ini, tulisanku tentang bersepeda 'tersebar' di beberapa blog, di bawah label 'b2w' atau pun 'biking', klik link di bawah ini ya?
The Mystery in Life
Serba Serbi Kehidupan