BIKEPACKING
: what on earth is that?
DEFINISI
Apakah ‘bikepacking’ itu? Jika kita melihat definisi kata
‘bikepacking’ dengan browsing di google, kita akan mendapatkan (satu) penjelasan
bahwa bikepacking adalah kegiatan bersepeda yang membutuhkan waktu lebih dari
satu hari sehingga sang pelaku harus bermalam di satu tempat, dimana bermalam
ini dilakukan dengan cara camping.
Namun, (mengacu ke definisi ‘backpacking’ (yang mengalami
degradasi makna) dimana para backpacker melakukan perjalanan dengan cara naik
bus (tak lagi berjalan dari satu kota ke kota lain atau jika beruntung
mendapatkan tumpangan orang yang baik hati), aku memberi definisi bikepacking
sebagai satu kegiatan bersepeda yang memakan waktu lebih dari satu hari, namun
ketika bermalam, seorang bikepacker tak selalu harus camping, melainkan
terserah mau menggunakan fasilitas apa. Seorang bikepacker mungkin saja memilih
untuk menginap di penginapan (hotel/motel dll) atau jika benar-benar ingin
mengirit bisa jadi menginap di masjid (atau pun tempat beribadah agama lain,
misalnya vihara atau klenteng atau gereja) atau pom bensin yang menyediakan
musholla.
Definisi bikepacking di paragraf ataslah yang biasa
kulakukan dengan Ranz semenjak kita merasa cocok menjadi biking soulmate sejak
pertengahan tahun 2011.
WHAT TO
PREPARE
Pertama. Seperti sebelum memulai perjalanan yang menggunakan
alat transportasi lain tentu DANA adalah satu hal yang penting kita persiapkan.
Semakin jauh dan lama kegiatan bikepacking kita, tentu kita membutuhkan uang
yang lebih banyak.
Sebagai contoh aku ambil kegiatan bikepacking aku dan Ranz
dari Semarang ke Tuban di minggu terakhir bulan Agustus 2012. Kita berangkat
hari Rabu (dari Semarang) dan pulang (ke Semarang) hari Sabtu. Untuk ini kita
akan menginap tiga malam dan kita menganggarkan dana Rp. 500.000,00. Untuk
makan, kita menganggarkan makan tiga kali sehari dan kita akan makan 12 kali.
Untuk satu kali makan (berdua) kita menganggarkan Rp. 30.000,00 yang berarti
kita butuh Rp. 360.000,00. Selain ini, kita butuh mampir ke mini market untuk
membeli air mineral dan cemilan. Satu hari kita butuh sekitar Rp. 75.000,00
yang berarti selama empat hari kita mengeluarkan uang Rp. 300.000,00. Kita
mampir ke tempat wisata (Pantai Kartini /Dampo Awang Rembang, Museum Kartini
Rembang, Pantai Gedong Berseri Rembang-Lasem, beberapa Kelenteng di Lasem,
Petilasan Sunan Bonang Lasem, Kelenteng Kwan Sing Bio di Tuban dan Goa Akbar yang juga
berlokasi di Tuban) maka kita juga tidak lupa menyediakan dana untuk membeli
tiket masuk. Untunglah dari sekitar 8 tempat wisata yang kita kunjungi, hanya
di Pantai Kartini, Petilasan Sunan Bonang dan Goa Akbar yang kita harus membeli
tiket masuk. Kita mengeluarkan dana Rp. 30.000,00. Tiket bus pulang ke Semarang
Rp. 140.000,00
dicomot dari sini |
Secara sekilas, untuk bikepacking Semarang – Tuban kita
mengeluarkan dana sekitar satu juta tiga ratus lima puluh ribu rupiah.
Pockie dan Snow White dalam perjalanan ke Trowulan |
Kedua, RUTE. Untuk bikepacking Semarang – Tuban aku dan Ranz tidak terlalu kesulitan mencari rute. Namun ketika kita gowes Solo – Trowulan Mojokerto – Sidoarjo, Ranz mencari rute di google map yang kemudian diprint, meski Ranz sudah beberapa kali menemani sang ayah naik mobil dari Solo ke Surabaya yang berarti dia cukup familiar dengan rute tersebut (beda denganku yang penidur berat jika berada di kendaraan bermotor apalagi jika menempuh perjalanan ke luar kota, Ranz selalu ‘alert’ kecuali jika dia mabuk.) Khusus untuk lokasi tempat wisata di Trowulan pun, Ranz mencari petanya di google, kemudian mengeprint-nya. Jadi pada bikepacking Solo – Trowulan – Surabaya itu kita berbekal dua jenis peta. Walhasil, perjalanan pun lancar, meski sempat bingung muter-muter waktu gowes dari Mojokerto ke Sidoarjo. :)
diambil dari sana |
Keempat, TAS PANNIER. Pastikan bahwa para bikepacker memiliki tas pannier yang cukup untuk membawa baju yang dibutuhkan, sekaligus peralatan-peralatan lain. Yang tidak kalah penting adalah bag cover yang anti air, terutama jika bikepacking di musim penghujan. Tips untuk menghindari baju basah karena hujan lebat (bag cover tidak menghalangi kemungkinan isi tas pannier terkena imbas air hujan) baju-baju dimasukkan ke dalam plastik terlebih dahulu, baru ditata di dalam tas.
Pockie fully-loaded dalam perjalanan bikepacking menuju Tuban |
masuk kota Klaten, bikepacking ke Purwokerto |
Kelima, SEPEDA. Pilih sepeda yang paling enak dinaiki dan cocok dengan tubuh kita. Kebetulan selama ini aku dan Ranz memilih sepeda lipat agar ketika pulang, kita mudah naik bus, untuk mengirit waktu. Sepeda tinggal kita lipat dan masuk bagasi bus. Make sure bahwa sepeda dalam kondisi prima, enak dikayuh dan rem bekerja dengan semestinya. Tak lupa juga ‘peralatan’ lain seperti kacamata gelap untuk melindungi mata dari sengatan matahari; arm warmer agar lengan (sedikit) terlindungi dari sengatan matahari, terutama jika kita mengenakan kaos/jersey berlengan pendek, dan buff/masker untuk melindungi wajah dan pernafasan dari polusi. Plus sepatu olahraga atau sandal gunung yang nyaman dikenakan. Jangan lupa bawa sandal jepit jika hujan turun deras dan sepatu harus diselamatkan dari curah air hujan; lebih baik mengenakan sandal jepit ketika mengayuh pedal dari pada bertelanjang kaki.
aku mengayuh pedal Pockie menuju Rembang (bikepacking ke Tuban) |
Bagi yang butuh obat-obatan pribadi jangan lupa untuk dimasukkan dalam tas bawaan. Jangan lupa membawa berbagai macam charger yang dibutuhkan, hape, ipad, netbook, kamera. Jika perlu bawalah power bank, terutama bagi mereka yang menggunakan software ‘sports tracker’ atau pun ‘endomondo’ untuk menyimpan trek perjalanan.
Selalu hati-hati selama perjalanan. Banyak pengendara kendaraan bermotor yang peduli pada pesepeda, namun lebih banyak lagi yang hanya memandang kita sebelah mata.
Demikianlah share pengalaman berbikepacking. Semoga bermanfaat. Selamat menikmati perjalanan bikepacking anda. :)