Rasanya baru kemarin kita mengadakan Tweed Ride, kok sekarang ngetweed-ride lagi? :)
Awalnya, Om Toto Ketua Umum B2W Indonesia beserta beberapa pesepeda yang terkumpul dalam grup "Lintas Komunitas Sepeda Indonesia" berinisiatif untuk menyelenggarakan tweed-ride -- dalam rangka mengkampanyekan berbike-to-work tentu saja -- setiap dua bulan sekali. Aku sempat heran juga mengapa tiap dua bulan sekali. Itu terlalu sering. Bandingkan saja dengan penyelenggaraan Tweed Ride / Tweed Run di luar negeri yang hanya setahun sekali.
Penyelenggaraan tweed ride di Jakarta disepakati akan di"host"i oleh komunitas yang berbeda. Yang pertama, bulan Oktober, host-nya B2W Indonesia. Yang pertama tentu ramailah pesertanya, konon mencapai hampir 500 orang. Wow. Yang kedua, bulan Desember diselenggarakan oleh Koskas. Yang ketiga, Lowrider, bulan Februari. Yang keempat, kalo tidak salah host-nya IDFB.
Semarang off di bulan Desember, karena aku sendiri merasa jaraknya terlalu dekat dengan penyelenggaraan yang pertama. Pelaksanaan yang kedua, bulan Februari, lumayan lah pesertanya.
Yang ketiga, kita adakan pada tanggal 18 April 2015, bersamaan dengan penyelenggaraan Tweed Run di London. Namun ternyata, nampaknya, tanggal yang kita pilih itu adalah tanggal yang bagi teman-teman pesepeda lain sibuk melakukan kegiatan lain. Alhasil yang datang tidak seperti yang aku harapkan. Pablebuat? But gapapalah ... yang penting kita tetap mengakomodasi keinginan beberapa teman yang ingin bersepeda dengan tetap mengenakan busana yang bergaya, sekaligus silaturahmi. (silaturahmi sebulan sekali di event segowangi kurang kayaknya. LOL.)
Berikut beberapa jepretan yang ada.
Sampai jumpa di event tweed ride selanjutnya. Entah kapan. :D
Tembalang 20.22 30/04/2015
Cari Blog Ini
Kamis, 30 April 2015
S e g o w a n g i 15
Bulan April.
Seperti satu tahun yang lalu, perayaan Hari Kartini tetap menginspirasi untuk memberi tema segowangi ke-15 kali ini dengan tema yang sama: TRIBUTE FOR KARTINI. Jika tahun lalu aku tidak menyertakan dress code, kali ini aku tetapkan dress code jersey/kaos/baju berwarna pink atau magenta atau merah. Konon, warna pink terhubung erat dengan perempuan. Konon lho ya ... Itu sebab jika seorang laki-laki mengenakan baju berwarna pink, dia akan menjadi korban bully "laki-laki yang feminin". :) (By the way, what is wrong by being feminine men? LOL.)
Honestly, aku sendiri justru tidak punya kaos berwarna pink. Nah lo! LOL. Untunglah di event joglosemar tahun lalu, kaosnya berwarna magenta yang mirip pink. Aku bayangkan bakal banyak teman yang ikutan event joglosemar tahun lalu mengenakan kaos yang sama denganku dan Ranz.
Kenyataannya ...
Nampaknya, sebenarnya, tema segowangi ke-15 ini lebih cocok menggunakan tema pilihan kita bulan Januari lalu: udan tetep pit-pitan. Karena kenyataannya semenjak maghrib Semarang diguyur hujan! Berita bahwa akan diselenggarakan pengajian akbar di Balaikota kuharap pihak pemkot akan mendatangkan pawang hujan, ternyata tak terkabul. Hujan tak kunjung berhenti.
Untunglah segowangi ke-15 ini tetap terselenggara berkat beberapa teman yang tetap committed untuk datang. Mottonya, "Hujan? Kan ada mantel?" yuhuuuuu ... Akhirnya berkumpullah kita bertujuh dan mulai gowes untuk kulineran. LOL. Rute telah kupersiapkan, namun hujan yang lebat membuat kita merasa lapar dan ingin segera ke angkringan. Walhasil, dari balaikota, kita langsung menuju angkringan yang terletak di Jalan Pusponjolo Selatan.
Big thanks to my dear Ranranz, Tami, Dwi, David, Denny, dan Om Dije. Jangan kapok yaaa? :)
Tembalang 19.59 30/04/2015
Seperti satu tahun yang lalu, perayaan Hari Kartini tetap menginspirasi untuk memberi tema segowangi ke-15 kali ini dengan tema yang sama: TRIBUTE FOR KARTINI. Jika tahun lalu aku tidak menyertakan dress code, kali ini aku tetapkan dress code jersey/kaos/baju berwarna pink atau magenta atau merah. Konon, warna pink terhubung erat dengan perempuan. Konon lho ya ... Itu sebab jika seorang laki-laki mengenakan baju berwarna pink, dia akan menjadi korban bully "laki-laki yang feminin". :) (By the way, what is wrong by being feminine men? LOL.)
Honestly, aku sendiri justru tidak punya kaos berwarna pink. Nah lo! LOL. Untunglah di event joglosemar tahun lalu, kaosnya berwarna magenta yang mirip pink. Aku bayangkan bakal banyak teman yang ikutan event joglosemar tahun lalu mengenakan kaos yang sama denganku dan Ranz.
Kenyataannya ...
Nampaknya, sebenarnya, tema segowangi ke-15 ini lebih cocok menggunakan tema pilihan kita bulan Januari lalu: udan tetep pit-pitan. Karena kenyataannya semenjak maghrib Semarang diguyur hujan! Berita bahwa akan diselenggarakan pengajian akbar di Balaikota kuharap pihak pemkot akan mendatangkan pawang hujan, ternyata tak terkabul. Hujan tak kunjung berhenti.
Untunglah segowangi ke-15 ini tetap terselenggara berkat beberapa teman yang tetap committed untuk datang. Mottonya, "Hujan? Kan ada mantel?" yuhuuuuu ... Akhirnya berkumpullah kita bertujuh dan mulai gowes untuk kulineran. LOL. Rute telah kupersiapkan, namun hujan yang lebat membuat kita merasa lapar dan ingin segera ke angkringan. Walhasil, dari balaikota, kita langsung menuju angkringan yang terletak di Jalan Pusponjolo Selatan.
Big thanks to my dear Ranranz, Tami, Dwi, David, Denny, dan Om Dije. Jangan kapok yaaa? :)
David dan Tami belum datang |
di Wedangan Semar |
kue ultah kejutan buat Dwi dan Ranz, dari Tami :) |
Latihan Bareng dan Seleksi (calon) Srikandi #5 tingkat Jateng - DIY
Ini adalah kali ketiga aku ikut seleksi calon srikandi. Ga kapok-kapok. Hihihihi ... Demi dolan sepedaan gratis. Hohohoho ...
Jika tahun lalu pendaftar dari Jateng - DIY ada lima orang (satu orang mengundurkan diri), tahun ini ada 6 pendaftar. Dua wajah sama, yakni aku sendiri dan Dyah Purwanti, dari DIY. Empat yang lain wajah baru, yakni Sheniv, sang atlit triathlon, asal Jepara; Fee Ling dari Solo, dan Hatning alias Aming dari Bandung. Rahmawati dari Jambi yang menurut catatan Om Irwan tidak ada malah muncul, sedangkan Chris Ayie tidak ada kabar sama sekali.
Ranz?
Hohoho ... Ranz tentu hadir, bukan sebagai peserta seleksi, melainkan mengiringiku. Istimewa! LOL. Tahun ini ada tiga orang lain lagi yang mengiringi calon srikandi, yakni Om Chandra, suami Dyah, Aditya Rizki, mengiringi Fee Ling, dan Om Dije yang kuminta ikut gabung gowes bareng, dia malah bisa mengiringi Rahma. In short, gowes kali ini lebih meriah ketimbang tahun lalu yang terasa sunyi. :) Selain kita bersepuluh, Om Irwan ditemani Ardian yang tahun ini bertugas sebagai sweeper. Plus Da Ningrum -- srikandi 2012 bareng Ranz -- yang ditemani Tayux sang suami tercinta, mendapat kehormatan sebagai bagian logistik. :)
Jika dua kali seleksi sebelumnya Om Irwan memilih ujung Jalan Pahlawan -- tepatnya di depan gerai A** H**dw*** -- tahun ini tikum kita di Taman Pandanaran. (Syukurlah kota Semarang punya satu taman baru.) Aku dan Ranz telah sampai di tikum sebelum pukul setengah enam, Om Irwan dan Ardian telah sampai disana. Yang lain datang setelah kita. Karena lebih ramai, foto-foto pun juga lebih rempong. :P
Untuk rute, Om Irwan masih tetap menantang adrenalin kita untuk nanjak Unnes. Untunglah jalan Bendan telah diperbaiki, tak begitu bergelombang seperti tahun lalu, yang telah menyebabkan reruji Orenj patah waktu Ranz lewat. Tapi, eh, sebelum berangkat reruji Orenj sudah ada yang patah. LOL. Buatku dan Dyah yang telah mengenal tanjakan Unnes, tanjakan killing satu ini tidak begitu mengejutkan buat kita, juga buat Sheniv yang tercatat sebagai mahasiswa Unnes. Namun buat Fee Ling dan Aming, tanjakan ini sangatlah mengejutkan!
Oh ya, jika tahun lalu gowes berupa "perang" antara sepeda merek "giant" dengan sepeda buatan dalam negeri (polygon dan wimcycle), tahun ini, hanya Dyah yang naik giant, Rahma naik federal, sedangkan empat lain naik polygon, Sheniv naik xtrada 5.0, Aming cleo 3.0, Fee Ling heist 3.0, sedangkan aku cleo 2.0.
FYI, sebelum latihan bareng dan seleksi tanggal 26 April 2015 ini aku telah latihan tiga kali dengan rute Pusponjolo - Unnes - Ungaran - Semarang. Yang pertama 17 April aku ditemani Ranz, dan hasilnya sangat mengecewakan. (Karena lama ga nanjak kali ya? hohohoho) Yang kedua (tanggal 21 April) dan ketiga (23 April) aku melakukannya sendirian. Tidak ada jalan yang sedang diperbaiki. Yang pertama mengecewakan, yang kedua dan ketiga lancaaaaar jaya. :)
Namun ternyata hari Sabtu 25 April Da dan Tayux sempat survey rute, dan ada beberapa ruas jalan yang bakal kita lewati sedang diperbaiki. Itu sebab tanggal 26 April, Om Irwan mendadak mengganti rute. Selepas Unnes, kita tidak belok kiri ke arah Ungaran, namun kita belok kanan ke arah Boja. Oh noooo ... kita tidak terus gowes sampai Boja, kita belok ke arah Ngrembel, melewati gapura masuk Waduk Jatibarang, Sadeng, kemudian turun ke perumahan Grand Greenwood.
Tahun ini pelaksanaan gowes Srikandi mundur ke bulan Juni, 4 tahun berturut-turut sebelum ini gowes Srikandi diselenggarakan pada bulan April. Yang beruntung tahun ini akan mendapatkan pengalaman bersepeda dari Lombok menuju Bali.
Wish me luck, will you, my loyal blog readers? :)
CN 08.41 30/04/2015
Jika tahun lalu pendaftar dari Jateng - DIY ada lima orang (satu orang mengundurkan diri), tahun ini ada 6 pendaftar. Dua wajah sama, yakni aku sendiri dan Dyah Purwanti, dari DIY. Empat yang lain wajah baru, yakni Sheniv, sang atlit triathlon, asal Jepara; Fee Ling dari Solo, dan Hatning alias Aming dari Bandung. Rahmawati dari Jambi yang menurut catatan Om Irwan tidak ada malah muncul, sedangkan Chris Ayie tidak ada kabar sama sekali.
Ranz?
Hohoho ... Ranz tentu hadir, bukan sebagai peserta seleksi, melainkan mengiringiku. Istimewa! LOL. Tahun ini ada tiga orang lain lagi yang mengiringi calon srikandi, yakni Om Chandra, suami Dyah, Aditya Rizki, mengiringi Fee Ling, dan Om Dije yang kuminta ikut gabung gowes bareng, dia malah bisa mengiringi Rahma. In short, gowes kali ini lebih meriah ketimbang tahun lalu yang terasa sunyi. :) Selain kita bersepuluh, Om Irwan ditemani Ardian yang tahun ini bertugas sebagai sweeper. Plus Da Ningrum -- srikandi 2012 bareng Ranz -- yang ditemani Tayux sang suami tercinta, mendapat kehormatan sebagai bagian logistik. :)
Jika dua kali seleksi sebelumnya Om Irwan memilih ujung Jalan Pahlawan -- tepatnya di depan gerai A** H**dw*** -- tahun ini tikum kita di Taman Pandanaran. (Syukurlah kota Semarang punya satu taman baru.) Aku dan Ranz telah sampai di tikum sebelum pukul setengah enam, Om Irwan dan Ardian telah sampai disana. Yang lain datang setelah kita. Karena lebih ramai, foto-foto pun juga lebih rempong. :P
Untuk rute, Om Irwan masih tetap menantang adrenalin kita untuk nanjak Unnes. Untunglah jalan Bendan telah diperbaiki, tak begitu bergelombang seperti tahun lalu, yang telah menyebabkan reruji Orenj patah waktu Ranz lewat. Tapi, eh, sebelum berangkat reruji Orenj sudah ada yang patah. LOL. Buatku dan Dyah yang telah mengenal tanjakan Unnes, tanjakan killing satu ini tidak begitu mengejutkan buat kita, juga buat Sheniv yang tercatat sebagai mahasiswa Unnes. Namun buat Fee Ling dan Aming, tanjakan ini sangatlah mengejutkan!
Oh ya, jika tahun lalu gowes berupa "perang" antara sepeda merek "giant" dengan sepeda buatan dalam negeri (polygon dan wimcycle), tahun ini, hanya Dyah yang naik giant, Rahma naik federal, sedangkan empat lain naik polygon, Sheniv naik xtrada 5.0, Aming cleo 3.0, Fee Ling heist 3.0, sedangkan aku cleo 2.0.
FYI, sebelum latihan bareng dan seleksi tanggal 26 April 2015 ini aku telah latihan tiga kali dengan rute Pusponjolo - Unnes - Ungaran - Semarang. Yang pertama 17 April aku ditemani Ranz, dan hasilnya sangat mengecewakan. (Karena lama ga nanjak kali ya? hohohoho) Yang kedua (tanggal 21 April) dan ketiga (23 April) aku melakukannya sendirian. Tidak ada jalan yang sedang diperbaiki. Yang pertama mengecewakan, yang kedua dan ketiga lancaaaaar jaya. :)
Namun ternyata hari Sabtu 25 April Da dan Tayux sempat survey rute, dan ada beberapa ruas jalan yang bakal kita lewati sedang diperbaiki. Itu sebab tanggal 26 April, Om Irwan mendadak mengganti rute. Selepas Unnes, kita tidak belok kiri ke arah Ungaran, namun kita belok kanan ke arah Boja. Oh noooo ... kita tidak terus gowes sampai Boja, kita belok ke arah Ngrembel, melewati gapura masuk Waduk Jatibarang, Sadeng, kemudian turun ke perumahan Grand Greenwood.
Tahun ini pelaksanaan gowes Srikandi mundur ke bulan Juni, 4 tahun berturut-turut sebelum ini gowes Srikandi diselenggarakan pada bulan April. Yang beruntung tahun ini akan mendapatkan pengalaman bersepeda dari Lombok menuju Bali.
Wish me luck, will you, my loyal blog readers? :)
CN 08.41 30/04/2015
Senin, 20 April 2015
Gowes 16 April 2015, ke Lakers BSB lewat TPA Jatibarang
Semula aku dan Ranz berniat gowes nanjak ke Unnes pada hari Minggu 16 April 2015. Namun ternyata sesampai kos Ranz sekitar pukul 06.15 aku terserang kantuk yang sangat. Dan ... tentu saja aku lebih memilih tidur dari pada bersepeda. Nanjak Unnes yang tanjakannya 'begitu' pula. LOL.
Akhirnya ternyata aku mampu juga menyingkirkan rasa mengantuk itu .. satu jam kemudian. LOL. Bingung mau bersepeda kemana, akhirnya aku berinisiatif menunjukkan tanjakan lewat TPA Jatibarang kepada Ranz.
Setelah sarapan di warung soto ayam dekat kos, kita mulai gowes ke arah Jalan Simongan, melewati Sam Poo Kong, terus menuju Phapros, hingga tanjakan yang lumayan bikin ngos-ngosan. (Nama jalannya apa tuh ya? Ga pernah tahu. LOL.) Setelah tanjakan itu, kita pilih jalan terus, hingga kita sampai ke SMA N 7. Kita masih terus, melewati jalan rolling, naik turun yang tidak bisa dikatakan gampang dilewati.
Sementara itu, ternyata Ranz kian penasaran kapan sampai di tanjakan TPA Jatibarang, karena trek yang kita lewati benar-benar rolling, dan aku tak kunjung menjelaskan, "Ini lho tanjakan yang kuceritakan," :) But you know lah, akhirnya kita pun sampai.
Dan ... begitulah. Ranz sempat terkaget-kaget juga sesampai puncak. Sebenarnya 'puncak' tanjakan satu ini tidak begitu tinggi, hanya sekitar 220 m dpl, tapi elevasinya bikin 'gemes'. LOL. Swear! LOL.
Kita sempat istirahat kurang lebih 15 menit di puncak situ, dengan bermandikan sinar mentari pagi yang meski masih terhitung pagi teriknya ga kalah dengan di tengah hari. Ini tidak lebay lho. LOL.
Selepas tanjakan itu, trek rolling. Aku sempat lewat jalur ini dua kali sendirian, di hari kerja. Jalan sempit yang merupakan jalan alternatif tembus dari Gunung Pati ke kota Semarang tak pernah sepi dari kendaraan bermotor. Namun kali ini aku lewat hari Minggu, jalanan lumayan sepi, jadi enak bersepeda di kawasan itu, kiri kanan hutan. :)
Dari sana kita berputar ke arah BSB City. Kita mampir ke Lakers Sports Center and Restaurant milik perumahan BSB City.
Setelah sempat kepanasan ketika nongkrong di resto-nya, cuaca dengan cepat berubah. Awan gelap tebal menyelimuti kota Semarang, sepanjang mataku melihat. Ketika kita meninggalkan Lakers, gerimis mulai turun. Hujan lebat menyapa kita sesampai Jalan Siliwangi, setelah lewat traffic light yang menuju perumahan Hanoman / Graha Padma. Meski aku mengenakan mantel, aku tetap basah kuyup sesampai rumah. yah ... gapapalah sudah lama juga ga kehujanan. LOL.
CN 07.38 20/04/2015
Akhirnya ternyata aku mampu juga menyingkirkan rasa mengantuk itu .. satu jam kemudian. LOL. Bingung mau bersepeda kemana, akhirnya aku berinisiatif menunjukkan tanjakan lewat TPA Jatibarang kepada Ranz.
Setelah sarapan di warung soto ayam dekat kos, kita mulai gowes ke arah Jalan Simongan, melewati Sam Poo Kong, terus menuju Phapros, hingga tanjakan yang lumayan bikin ngos-ngosan. (Nama jalannya apa tuh ya? Ga pernah tahu. LOL.) Setelah tanjakan itu, kita pilih jalan terus, hingga kita sampai ke SMA N 7. Kita masih terus, melewati jalan rolling, naik turun yang tidak bisa dikatakan gampang dilewati.
Sementara itu, ternyata Ranz kian penasaran kapan sampai di tanjakan TPA Jatibarang, karena trek yang kita lewati benar-benar rolling, dan aku tak kunjung menjelaskan, "Ini lho tanjakan yang kuceritakan," :) But you know lah, akhirnya kita pun sampai.
Dan ... begitulah. Ranz sempat terkaget-kaget juga sesampai puncak. Sebenarnya 'puncak' tanjakan satu ini tidak begitu tinggi, hanya sekitar 220 m dpl, tapi elevasinya bikin 'gemes'. LOL. Swear! LOL.
Kita sempat istirahat kurang lebih 15 menit di puncak situ, dengan bermandikan sinar mentari pagi yang meski masih terhitung pagi teriknya ga kalah dengan di tengah hari. Ini tidak lebay lho. LOL.
Selepas tanjakan itu, trek rolling. Aku sempat lewat jalur ini dua kali sendirian, di hari kerja. Jalan sempit yang merupakan jalan alternatif tembus dari Gunung Pati ke kota Semarang tak pernah sepi dari kendaraan bermotor. Namun kali ini aku lewat hari Minggu, jalanan lumayan sepi, jadi enak bersepeda di kawasan itu, kiri kanan hutan. :)
Dari sana kita berputar ke arah BSB City. Kita mampir ke Lakers Sports Center and Restaurant milik perumahan BSB City.
singkong goreng rencah |
es kelapa muda gula pasir |
Setelah sempat kepanasan ketika nongkrong di resto-nya, cuaca dengan cepat berubah. Awan gelap tebal menyelimuti kota Semarang, sepanjang mataku melihat. Ketika kita meninggalkan Lakers, gerimis mulai turun. Hujan lebat menyapa kita sesampai Jalan Siliwangi, setelah lewat traffic light yang menuju perumahan Hanoman / Graha Padma. Meski aku mengenakan mantel, aku tetap basah kuyup sesampai rumah. yah ... gapapalah sudah lama juga ga kehujanan. LOL.
CN 07.38 20/04/2015
Selasa, 07 April 2015
MGM = Mendadak Gowes Mrapen
Tanggal 3 April 2015 adalah hari libur Nasional, saat bersepeda dong.
Beberapa teman telah membahas mau gowes kesana atau kesini di grup whatsapp, aku hanya mengamati saja, karena ga yakin bisa ngikut gowes atau engga. Ada beberapa agenda yang ingin kulakukan sendiri. Namun ternyata on the D day ga jadi semuanya. Akhirnya aku memilih gabung dengan beberapa teman yang ingin gowes.
Kita kumpul di taman Tugumuda, salah satu landmark kota Semarang sekitar pukul 06.15. (Kita semua bukan early risers. :) ) Sudah ada Om Dije, aku, Tami, Dwi, Denny, dan Derry. Kita tinggal menunggu Arwin yang memang tempat tinggalnya paling jauh dari tikum. Ternyata sebelum Arwin datang, beberapa dari kita sudah kelaparan, akhirnya kuajak mereka untuk sarapan di satu warung di Jalan Suyudono.
Sesampai di warung soto itu, ga lama kemudian Arwin pun datang. Kita sarapan bareng, sambil bahas mau gowes kemana. Semula Arwin ingin mencoba trek nanjak di Mijen yang kemudian bakal tembus ke Ungaran. Rencana ini tidak jadi dilaksanakan karena ada Dwi yang masih newbie di trek tanjakan. :) Setelah menimbang-nimbang gowes kemana enaknya, akhirnya kita memilih trek yang cenderung datar: Api Abadi Mrapen yang terletak di Grobogan.
Kita meningglkan warung soto sekitar pukul 07.15, menuju arah Timur. Sesampe Jalan Gajah, kita belok kiri, kemudian belok lagi ke Jalan Medoho. Arwin mengajak kita lewat Stasiun Alas Tuo, mlipir menyusuri jalan di samping rel kereta api yang akan membawa kita sampai Mranggen, tidak lewat jalan raya. Well, meski ini berarti kita harus menempuh jarak yang lebih jauh, kita tidak menyesali pilihan ini karena kita melewati persawahan. (Oh ya, Derry hanya gabung sarapan bareng, dia tidak ikut gowes sampai Grobogan.)
Foto-foto di tengah jalan tentu adalah satu hal yang tidak kita lewatkan, meski kita mengabadikannya hanya menggunakan kamera di hape. :)
Kita sampai di Mrapen sekitar pukul 12.00, tepat tengah hari. Karena siang itu kebetulan matahari bersinar sangat terang, kita beristirahat di satu gazebo yang tersedia, selama kurang lebih 45 menit. Pukul 12.45 kita meninggalkan lokasi setelah foto-foto dengan latar belakang api abadi tersebut. Kita mampir makan siang di Gubug, di salah satu warung makan yang menyediakan dua jenis menu, nasi gandul khas Pati dan soto Lamongan. Kebetulan kita semua kompak memilih menu nasi gandul. Mungkin karena paginya kita semua sarapan nasi soto ya?
Panas yang kita rasakan ketika berada di Mrapen, ternyata tidak berlangsung lama. Sesampe warung makan, gerimis turun. Ketika kita melanjutkan perjalanan, gerimis sempat berhenti. Kita disambut hujan lebat setelah kita melewati Terminal Bus Penggaron, bisa dikatakan kita sudah mulai masuk kota Semarang.
Aku sampe rumah sekitar pukul 17.00! Hwah! padahal jarak yang kita tempuh hanya 83 kilometer. :)
Beberapa teman telah membahas mau gowes kesana atau kesini di grup whatsapp, aku hanya mengamati saja, karena ga yakin bisa ngikut gowes atau engga. Ada beberapa agenda yang ingin kulakukan sendiri. Namun ternyata on the D day ga jadi semuanya. Akhirnya aku memilih gabung dengan beberapa teman yang ingin gowes.
Kita kumpul di taman Tugumuda, salah satu landmark kota Semarang sekitar pukul 06.15. (Kita semua bukan early risers. :) ) Sudah ada Om Dije, aku, Tami, Dwi, Denny, dan Derry. Kita tinggal menunggu Arwin yang memang tempat tinggalnya paling jauh dari tikum. Ternyata sebelum Arwin datang, beberapa dari kita sudah kelaparan, akhirnya kuajak mereka untuk sarapan di satu warung di Jalan Suyudono.
Sesampai di warung soto itu, ga lama kemudian Arwin pun datang. Kita sarapan bareng, sambil bahas mau gowes kemana. Semula Arwin ingin mencoba trek nanjak di Mijen yang kemudian bakal tembus ke Ungaran. Rencana ini tidak jadi dilaksanakan karena ada Dwi yang masih newbie di trek tanjakan. :) Setelah menimbang-nimbang gowes kemana enaknya, akhirnya kita memilih trek yang cenderung datar: Api Abadi Mrapen yang terletak di Grobogan.
Kita meningglkan warung soto sekitar pukul 07.15, menuju arah Timur. Sesampe Jalan Gajah, kita belok kiri, kemudian belok lagi ke Jalan Medoho. Arwin mengajak kita lewat Stasiun Alas Tuo, mlipir menyusuri jalan di samping rel kereta api yang akan membawa kita sampai Mranggen, tidak lewat jalan raya. Well, meski ini berarti kita harus menempuh jarak yang lebih jauh, kita tidak menyesali pilihan ini karena kita melewati persawahan. (Oh ya, Derry hanya gabung sarapan bareng, dia tidak ikut gowes sampai Grobogan.)
Foto-foto di tengah jalan tentu adalah satu hal yang tidak kita lewatkan, meski kita mengabadikannya hanya menggunakan kamera di hape. :)
Kita sampai di Mrapen sekitar pukul 12.00, tepat tengah hari. Karena siang itu kebetulan matahari bersinar sangat terang, kita beristirahat di satu gazebo yang tersedia, selama kurang lebih 45 menit. Pukul 12.45 kita meninggalkan lokasi setelah foto-foto dengan latar belakang api abadi tersebut. Kita mampir makan siang di Gubug, di salah satu warung makan yang menyediakan dua jenis menu, nasi gandul khas Pati dan soto Lamongan. Kebetulan kita semua kompak memilih menu nasi gandul. Mungkin karena paginya kita semua sarapan nasi soto ya?
Panas yang kita rasakan ketika berada di Mrapen, ternyata tidak berlangsung lama. Sesampe warung makan, gerimis turun. Ketika kita melanjutkan perjalanan, gerimis sempat berhenti. Kita disambut hujan lebat setelah kita melewati Terminal Bus Penggaron, bisa dikatakan kita sudah mulai masuk kota Semarang.
Aku sampe rumah sekitar pukul 17.00! Hwah! padahal jarak yang kita tempuh hanya 83 kilometer. :)
Langganan:
Postingan (Atom)