Cari Blog Ini

Senin, 21 September 2015

Austin, my 4th year old baby

Austin, brand new, just arrived in September 2011

Gegara postingan di facebook beberapa hari lalu, aku akhirnya 'ngeh' kalau Austin, my downtube nova 20" folding bike, telah menginjak usia 4 tahun. Well, jika dibandingkan dengan orang, Austin masih balita ya. Tapi, dia sangat perkasa karena telah menemaniku mbolang ke beberapa propinsi lho. :)

background : Candi Ngempon, Kabupaten Semarang Desember 2012

Aku beli Austin bulan September 2011, tak lama setelah aku memulai petualangan bikepacking bersama Ranz. Ini kulakukan karena aku merasa bahwa mbolang dengan membawa sepeda mendadak terasa menjadi satu kebutuhan. :) Ini karena aku sadar bahwa Snow White bukan milikku semata, kakakku membelikan Snow White -- sepeda lipat 20" produk polygon -- untuk adik-adiknya yang berada di Semarang. Ketika aku merasa bahwa hobi bikepacking bakal berkelanjutan, kebutuhan memiliki sepeda lipat pun terasa mendesak. (ga lebay kan ya? lol) Meskipun begitu, tatkala mbolang ke Tawangmangu bulan Desember 2011, aku masih mengajak Snow White. Alasannya adalah, Pockie waktu itu belum memiliki rak boncengan. Otw ke Tawangmangu, aku naik Pockie, sedangkan Ranz naik Snow White yang di rak boncengannya ada tas pannier, berisi barang-barang kebutuhan kita.

Austin pertama kali kuajak ke luar kota di event Joglo Attack, di bulan Mei 2012. Berangkatnya loading bareng teman-teman. Dari Prambanan ke Solo, aku menaiki Austin. Pulangnya ke Semarang, aku naik Cleopatra, sedangkan Ranz naik Austin.

Bulan Agustus 2012, kita mbolang ke Tuban. Aku masih mengajak Snow White, meski Pockie telah dipasangi rak boncengan. Ini adalah kali pertama kita mbolang, aku naik Snow White dan Ranz naik Pockie. :) Bulan November 2012, waktu kita mbolang ke Trowulan, kemudian dilanjut ngikut Jamselinas 2 di Surabaya, aku tetap naik Snow White, Ranz naik Pockie.

Austin akhirnya mengambil alih peran Snow White ketika kita mbolang ke Purwokerto, bulan Maret 2013.  Pertama kali aku dan Ranz memasangkan Austin dan Pockie ketika mbolang. :) Kali kedua waktu nonton Waisak di Borobudur bulan Mei 2013. Ketiga waktu kita ngikut event raceplorer di Jogja bulan Juni 2013. Berikutnya waktu kita mbolang ke Pantai Klayar ke Pacitan, bulan Agustus 2013.

Bulan November 2013, Austin kuajak dolan ke Jogja lagi untuk ngikut event J150K alias Jogja 150 kilometer. Akhir bulan Desember, lagi-lagi ke Jogja, untuk ikut ngeramein JLFR alias Jogja Last
 Friday Ride, dilanjut dengan gowes susur selokan, mampir ke beberapa candi. Wahhh ... berapa kali sudah ya Austin kuajak dolan ke Jogja? :)

Januari 2014, kuputuskan untuk upgrade Austin. Gear yang semula "hanya" 7, ku-upgrade menjadi 27 speed, gear depan 3, gear belakang 9. Ini gegara dikompori seorang teman yang bilang, "Sayang lho kalo downtube nova tidak di-upgrade." hohohoho ... Syukurlah waktu itu ada rejeki berlebih sehingga bisa meng-upgrade.

Debut Austin dengan wheel-set baru adalah ... gowes ke Jogja lagi. LOL. Eh, ga ke Jogja ding, melainkan "hanya" ke Prambanan, akhir bulan Januari 2014. Semula aku dan Ranz mau ke Lasem, tapi ga jadi gegara hujan berminggu-minggu menyebabkan pantura banjir. Setelah balik ke Solo, kita lanjut gowes ke Sangiran.

Bikepacking selanjutnya -- bersama Austin dan Pockie -- adalah berkunjung ke Blitar dan Malang, mimpi yang cukup lama mengendap akhirnya terwujud juga. Ini kita lakukan di akhir bulan Juni sampai awal Juli 2014. Di bulan September, aku dan Ranz ke Lasem lagi, gegara sangat ingin mengunjungi vihara Ratanavana dan Rumah Candu. Kedua destinasi wisata ini, sayangnya belum berhasil kita kunjungi karena sesuatu dan lain hal. Di bulan Oktober, aku dan Ranz ditemani Andra kita gowes dari Semarang ke Jogja dalam rangka menghadiri Jamselinas keempat. .

Awal tahun 2015, Austin kuajak mbolang lagi ke Borobudur, bikepacking rame2 :) Tapi aku ga bisa lanjut ke Jogja dan Solo karena anak semata wayangku sakit sehingga setelah mengunjungi Candi Mendut, au pulang ke Semarang. Austin tetap melanjutkan perjalanan karena ada Dwi yang bersedia menaikinya :)

Di bulan Mei, aku dan Ranz mbolang ke Baluran. Kita tetap setia menduetkan Austin dengan Pockie disini. :) Pertama kali Austin kuajak naik kereta api dalam kurun waktu yang cukup lama, 13 jam! :)

Barangkali, puncak dari segala kisah bikepacking yang telah kita jalani -- so far -- adalah mbolang selama lebih dari 10 hari ke Bali dan Lombok. :) Tapi tentu kita tetap berharap di masa depan kita akan mbolang dengan tujuan yang lebih jauh lagi dan waktu yang lebih lama lagi. Semoga terwujud ya? :)

26/09/2015

Jumat, 18 September 2015

Who is your inspirator for LDR?

Who is your inspirator for LDR? a.k.a long distance riding

Di awal ‘nyemplung’ ke dunia sepedahan tahun 2008, tentu ga terpikirkan bahwa satu saat nanti dari sepedahan ini aku akan memiliki pengalaman bikepacking alias mbolang naik sepeda. Meski sebelum itu aku sudah bermimpi untuk backpacking, alias mbolang berjalan kaki, atau jika beruntung mendapatkan tumpangan orang yang baik hati, seperti yang ditulis oleh Andrea Hirata di bukunya yang berjudul “Edensor”.

Akhir tahun 2009, aku kenal seseorang yang mengaku pernah bersepeda all the way dari Jakarta ke Nepal. (Entah benar atau ga kisah yang dia ceritakan ini. Hihihi …) Waktu itu dia menjanjikan satu saat dia akan mengajakku bertualang bersama, entah naik sepeda, atau naik motor.

Mimpi yang dia tanam di kepalaku ini nampaknya begitu ajaib. Aku benar-benar ingin melakukannya, bertualang seperti Lima Sekawan, kisah empat remaja plus seekor anjing yang menemaniku menapaki masa remaja, meski tanpa kisah ala detektif. Yang penting bertualang, bersepeda, merambah kota-kota. Mimpi ini, kian dipupuk oleh seorang (atau dua orang) kawan sepedaan yang di tahun 2010 itu kadang posting foto waktu dia mbolang ke satu tempat dengan naik sepeda. Sebut saja namanya Riu, bukan nama sebenarnya. LOL. (Bukan Bunga. LOL.) Riu terkadang ditemani Tayux dalam mbolangnya. Juga bukan nama sebenarnya. LOL.

Walhasil, mimpiku pun kian menggelitikku. Aku kian tak sabar. Kapan si seseorang yang berjanji padaku untuk mengajakku mbolang merealisasikannya?

Awal tahun 2011, pertama kali mencoba turing ringan, ramai-ramai dengan para seliers dari beberapa kota, bersepeda dari bunderan UGM ke Candi Borobudur, Magelang, tanggal 6 Maret 2011. Thank god kakakku telah membelikan adik-adiknya sebuah sepeda lipat, sehingga akubisa ikut event ini di Jogja. “Keberhasilan”ku (keberhasilan! Xixixixi) mengikuti turing ini membuatku merasa, “oh … aku bisa lho mbolang naik sepeda.”J

Turing ringan ini dilanjutkan dengan turing ramai-ramai bersama kawan-kawan pesepeda Semarang (B2W Semarang, B2C Semarang, B2S Semarang, Komselis, dll.) Pertama ke Kudus bulan April 2011. Kedua ke Jepara, Mei 2011.

Ternyata, bersepeda jarak jauh (“jauh” buatku lhoo) ini begitu membuatku ketagihan. :D Maka, ketika aku dolan ke Solo untuk mengunjungi sobat lama yang tinggal di Palur (thanks god, aku sudah kenal Ranz yang terus menerus mengundangku dolan ke rumahnya yang tak jauh dari stasiun Purwosari), dan berencana dolan ke Jogja setelah itu untuk mengunjungi kawan lama yang lain, aku sangat bersuka cita ketika Ranz menawariku bersepeda saja ke Jogjanya, ga usah naik kereta api. Ini terjadi di bulan Juni 2011. Dan … ternyata aku telah merealisasikan mimpi mbolang dari satu kota ke kota lain dengan naik sepeda! Tanpa si seseorang yang berjanji untuk menemaniku bertualang.J

Kisah mbolang berdua di bulanJuni ini ternyata berlanjut ke bulan Juli waktu kita mengikuti trip ke Karimun Jawa yang diadakan oleh sebuah agen travel.Meski pun mengikuti itinerary agen itu, kita tetap membawa sepeda lipat sehingga kita tetap bisa bersepeda tatkala tidak sedang mengikuti boat riding.

Berlanjut lagi di bulan September 2011 ketika Ranz mengajakku ke pantai Nampu, satu pantai indah yang terletak di balik sebuah bukit di Wonogiri: a blind biking adventure karena kita berdua masih buta trek, masih belum berpengalaman melakukan satu bikepacking trip.

Jadi, siapa dong yang menginspirasiku ber-long-distance-riding?

Tentu bukan Paimo dong, yang konon telah menjadi inspirator banyak pesepeda lain untuk turing (bukan turu miring lhoya. #garing). Sebelum menulis ini, aku selalu ‘menuduh’  Riu yang telah membuatku ngiler untuk mbolang. Namun setelah menulis ini, oh … ternyata … si seseorang itu yak.LOL. Mau tahu siapa si seseorang itu? Mau tahu aja atau mau tahu banget? #garing (kedua). LOL. Ga usah deh ya.LOL.


Kebayang, jika sejak tahun 2008 lalu aku tahu sepak terjang Paimo yang nekad bersepeda dari satu Negara ke Negara lain bahkan sampai mendaki pegunungan Andes dengan sepeda, well, mungkin aku malah tidak akan terinspirasi untuk berbikepacking. Apa yang dia lakukan terlalu ekstrim bagiku, sehingga aku ga bakal ingin menirunya. (mana mungkin? Aku kan hanya penggembira di sepedaan, Cuma bisa bergembira ketika nyepeda. LOL. Cuma bisamenaiki sepeda dan ga bisa ngapa-ngapain jika terjadi apa-apa dengan sepedaku.Paling mentok menuntunnya ke bengkel sepeda. LOL. Mungkin aku malah hanya akan bersepeda dari rumah ke kantor ajah, kemudian pulang. Sesekali ngikut event funbike. Sudah.

*****

Dua tahun kemudian setelah memiliki pengalaman mbolang ke beberapa kota naik sepeda, aku dan Ranz dolan ke Jogja untuk yang ke sekian kali untuk ngikut event J150K. Waktu gowes, seseorang (aku ga perlu sebut namanya ya? J ) berbicara kepada Ranz, “Kalian tahu ga sih bahwa kalian berdua telah merusak tatanan turing? Sebelum kalian turing naik sepeda lipat, kita para turinger memiliki ‘standard’ ketika turing. Pertama, sepeda harus blab la bla … kedua, turinger harus blab la bla … Lha kalian? Seenaknya aja turing naik sepeda lipat.Itu menyalahi kaidah turing.Bla blab la … dan seterusnya dan seterusnya. LOL. (Shhhttt … bacanya dengan nada bercanda ya? Jangan serius.)

Kian tahun, kian banyak orang bertualang dengan naik sepeda.Entah siapa pun itu yang telah menginspirasi mereka. Apakah itu Paimo atau siapa pun juga. Secara pribadi, akusenang, karena justru bisa berbagi pengalaman dengan banyak orang, bisa melihat orang lain yang memiliki passion yang sama. (Beberapa tahun lalu, a student of mine, a woman, older than me a few years, who has  a doctor’s degree, bertanya padaku, “What did you get from such a trip, Miss Nana? Besides feeling exhausted?” nah lo, aku mblongong kan dengernya? LOL.)

LG 15.33 17/09/2015


Kamis, 10 September 2015

Semarang, sorganya pesepeda




Seperti yang kutulis di postingan ini, Semarang menawarkan trek yang lengkap, mulai dari trek datar, aspal halus, trek tanjakan/turunan aspal halus, maupun trek offroad yang datar maupun tanjakan/turunan. 


Di tahun 2008, sebagai seorang newbie bersepeda – meski tentu aku telah bisa bersepeda sejak duduk di bangku SD – bersepeda di trek tanjakan tentulah merupakan satu siksaan, padahal tahu sendiri kan trek di kota Semarang, tanjakan/turunan adalah menu yang tersebar di seluruh penjuru kota, apalagi di pinggiran kotanya. You name it! Maka, aku pun waktu itu bisa dikategorikan sebagai anggota ‘komsatun’ alias komunitas sepeda penuntun. LOL. Bahkan di ‘tanjakan’ yang tak seberapa, misal Jalan Menteri Supeno dari arah Jalan Pahlawan, atau yang tak jauh dari kediamanku, Jalan Pamularsih. Bisa dipastikan aku tentulah menuntun sepeda yang kunaiki.




Oh ya, waktu itu, aku masih naik mtb merk WINNER, yang seusia dengan federal. Sepeda WINNER ini dibelikan oleh kakakku di awal decade sembilanpuluhan, dan jarang dibawa ke bengkel. Ketika ‘tiba-tiba’ aku kecemplung di komunitas B2W Semarang dan mulai bersepeda (ke tempat kerja) sepeda ini tentu langsung saja kunaiki – setelah kupompakan bannya – tanpa ngecek apakah ada parts lain yang harus diperbaiki. Walhasil, jika aku mencoba memindahkan gear-nya, rantai pun langsung lepas. Jika rantai lepas, aku tidak bisa memperbaikinya (hohohoho …), maka sepeda pun kutuntun. LOL.




You can imagine bagaimana ekspresiku ketika beberapa teman mengajak bersepeda ke arah Tinjomoyo atau Gunung Pati. HAH? Apa mereka ga sadar kalau ke dua lokasi itu berarti bakal gowes full tanjakan? Hadeeehhh.

Tanpa kusadari ternyata lama-lama, aku mulai bisa juga menapaki tanjakan tanpa menuntun. Horraaayyy. Thanks to … myself! LOL.


Beberapa trek yang kusarankan buat para pendatang baru di Semarang.

1)     Trek datar aspal halus, ini tersebar di seluruh penjuru kota, misal di jalan-jalan dalam kota. Aku pernah sangat suka bersepeda sepanjang jalan arteri alias Jalan Soekarno – Hatta, dari ujung Jalan Majapahit hingga RS Panti Wiloso – Citarum. Selain itu, masih di jalan arteri, pilihannya dari ujung dekat bunderan Kalibanteng, hingga Kaligawe. Namun harus hati-hati, jalan yang ini penuh dengan kendaraan-kendaraan besar, seperti truck. Yang di dalam kota, pilih saja seperti jalan Dr. Cipto atau jalan MT Haryono, kedua jalan ini cukup panjang, jadi lumayan memuaskan. LOL. 

2)    Trek datar offroad. Jika ingin yang lebih menantang – mungkin jalan beraspal membosankan dan bikin mengantuk LOL – anda bisa mencoba bersepeda ke Pantai Maron, Pantai Tirang, Pantai Baruna, maupun Pantai Cipta. Jika anda ingin menuju pantai Baruna maupun pantai Cipta, anda harus melewati jalan arteri, bisa dari arah bunderan Kalibanteng, atau mungkin keluar dari kawasan perumahan Tanah Mas. Jika anda ke pantai-pantai ini di musim kemarau, siapkan bandana/masker untuk menutup hidung anda dan kacamata untuk melindungi mata karena debu yang beterbangan. Jika anda kesana di musim hujan, persiapkan ban sepeda bakal menjadi seperti donat, full lumpur. 

 
3)     Trek tanjakan/turunan beraspal. Di dalam kota Semarang anda bisa menemukan jalan seperti ini. Misalnya (a) jika anda bersepeda ke Simpanglima, anda bisa langsung memilih arah nanjak Siranda alias jalan Diponegoro. (b) Jika anda berada di kawasan Tugumuda, ambil arah ke Selatan, di pertigaan dekat RSUP Dr. Kariadi, belok kanan, anda akan mulai tanjakan Gajahmungkur alias jalan S. Parman. Beberapa meter dari pertigaan, setelah melewati RS William Booth, anda akan menemukan jalan belok kiri, itu Jalan Rinjani yang lebih ramah terhadap pemula. Anda bisa pilih belok kiri, atau lurus saja dengan resiko menapaki tanjakan yang jauh lebih menantang. (c) Jika anda berada di Jalan MT Haryono, ambil arah Selatan, anda akan bertemu dengan tanjakan Tanah Putih alias jalan Dr. Wahidin. (hohoho, baru nyadar, mengapa beberapa jalan di Semarang memiliki ‘nama julukan’ selain nama jalan itu sendiri ya?) Selain ketiga tanjakan ini, masih banyak lagi, misal jalan Tumpang atau jalan Papandayan atau jalan Bendan, yang bisa anda daki dari kawasan Sampangan. (d) Di daerah Timur, anda bisa mencoba tanjakan Sigar Bencah, (e) di daerah Barat anda bisa mencoba belok ke Selatan dari pasar Jrakah atau (f) sesampai di pasar Mangkang, belok ke arah Selatan, daerah yang biasa disebut Palir. Jika tanjakan-tanjakan itu belum memuaskan anda, anda bisa ke arah Ungaran, di daerah yang termasuk Kabupaten Semarang, disanalah sorga tanjakan, beloklah ke arah Bandungan, Gedong Songo, Umbul Sidomukti. Persiapkan sepeda dan dengkul anda karena ketinggian disini mencapai 1400 meter di atas permukaan laut. 

4)     Trek tanjakan/turunan offroad. Di tahun 2009-2011, tiga kali aku ikut XC-an atau offroadan di kawasan Banyumeneng, di kawasan Meteseh. Kata teman sepeda yang ‘menguasai’ kawasan ini, trek offroad buat sepedaan masih ada. J di tahun 2010, aku ikut XC-an ke kawasan Wonolopo, di daerah Ngaliyan, sayangnya kata teman yang dulu biasa jadi road captain, trek buat offroadan di sini sudah tidak ada lagi. Atau bisa juga ke kawasan Medini, di atas tempat pemandian air hangat di Nglimut. Tahun 2012 aku dkk pernah bersepeda ke Nglimut, yang tingginya sekitar 700 meter dpl, dengan trek beraspal. 



Cukup sekian dulu sharing trek di kota Semarang. Anda bisa juga tinggal klik postingan-postingan di blog ini, untuk mencari ide bersepeda. 😅
 
LG 14.08 08/09/2015

Sabtu, 05 September 2015

Cycling gloves from Zuna Sports



Apakah anda sedang mempertimbangkan untuk membeli cycling gloves alias sarung tangan baru untuk sepedaan? Cobalah produk Zuna Sports! Trust me, it is trustworthy brand!

Apa sajakah kelebihannya?


  1. Pertama, Zuna sports menciptakan produknya untuk laki-laki dan perempuan, sehingga bisa dipastikan untuk ukuran akan jauh lebih pas buat kita. Permasalahan klasik -- terutama buat perempuan -- ketika membeli sarung tangan produk yang bisa dipakai oleh laki-laki maupun perempuan adalah ukuran yang tidak pasti pas. Nah, jika kamu adalah perempuan yang peduli dengan kenyamanan tangan ketika mengenakan sarung tangan saat bersepeda, cobalah produk Zuna! Untuk ukuran tangan saya, saya memilih ukuran M. Sangat pas untuk tangan sehingga sangat nyaman ketika dikenakan.  

  2. Kedua, bahan yang dipakai oleh Zuna sports sangat nyaman ketika menempel di tangan sehingga tidak menyebabkan gatal maupun berkeringat berlebihan, tak peduli sejauh apa pun atau selama apa pun ketika kita bersepeda.
  3. Ketiga, penempatan velcro di bagian pergelangan tangan membantu menyesuaikan sarung tangan dengan ukuran tangan kita, selain menguncinya sehingga tidak mudah lepas. 
  4. Keempat, teknologi foam padded palm yakni penambahan foam pada bagian dalam telapak tangan membuat telapak tangan sangat nyaman, tidak mudah tergesek dengan handle bar, selain juga menambah kokoh tangan saat kita dalam memegang stang sepeda. Bantalan itu juga mengurangi nyeri pada telapak tangan karena tekanan yang timbul saat bersepeda.
  5. Kelima, keberadaan 'puller' memudahkan kita menarik sarung tangan ketika akan kita lepaskan dari telapak tangan. 


Khusus untuk perempuan ada dua jenis cycling gloves yang disediakan oleh Zuna sports, yakni 'ladies cycling spiderwoman gloves' dan 'ladies whites spidey cycling gloves' dengan varian warna yang cewek banget. :)

So? Tunggu apalagi? Cepatlah dapatkan produk Zuna sports dan buktikan kelebihannya!

IB 12.55 05/09/2015

nunut narsis :D