Cari Blog Ini

Rabu, 20 Juli 2016

SEMARANG VELO GIRLS ON OUR 1st TOUR Day 1


Setelah berbincang-bincang tentang bikepacking bareng beberapa bulan lalu, akhirnya kita berlima (aku, Ranz, Tami, Dwi, dan Avitt) plus satu lagi Hesti mbolang bareng dengan tujuan Jogja dan sekitarnya. Perkenalkan : WE ARE SEMARANG VELO GIRLS alias pesepeda perempuan dari Semarang. J

Kisah bermula ketika kita dolan ke Sangiran. Waktu itu Ranz menawari Tami dan Dwi untuk dolan ke Jogja dengan berkereta, murah meriah. Obrolan pun berlanjut dengan rencana-rencana saat kita mbakso bareng di Taman Gajahmungkur pada satu hari Sabtu. J Mendekati hari H, kita menawari Hesti untuk bergabung yang ternyata menyambut rencana ini dengan antusias.

Day 1 13 Juli 2016 JOGJA, WE ARE COMING!

Kita berlima – Tami, Avitt, Hesti, Dwi, dan aku – berkumpul di stasiun Poncol pukul 08.00. setelah melipat sepeda masing-masing (Hesti dapat pinjaman seli milik Asrul) kita pun mengantri untuk masuk peron. Eh, setelah mencetak ‘boarding pass’ baru kita antri. (Ada yang baru di kebijakan KAI, yakni para penumpang masuk person menggunakan ‘boarding pass’.)

dalam gerbong 3, KA Kalijaga
KA Kalijaga memasuki peron stasiun Poncol pukul 08.30, terlambat 15 menit dari prakiraan semula. Bisa dibayangkan riuh rendahnya para penumpang yang hendak turun dan penumpang yang hendak naik gerbong masing-masing. Tak terkecuali kita berlima yang menggendong seli dan tas pannier. :D Buat Hesti dan Avitt, ini adalah pengalaman pertama mereka membawa seli ketika naik KA. J Lumayan bikin ngos-ngosan laaah. :D

KA Kalijaga meninggalkan stasiun Poncol tepat waktu, yakni pukul 08.45. Dan kita pun sampai stasiun Purwosari tepat waktu, pukul 11.45. sebenarnya ada KA Prameks keberangkatan pukul 12.18. Namun berhubung Ranz mengantisipasi in case ada keterlambatan KA yang kita tumpangi dari Semarang, dan kita juga butuh waktu untuk makan siang, Ranz membelikan kita tiket KA Prameks keberangkatan pukul 13.07. Untuk maksi, Ranz telah membelikan kita sebungkus nasi pecel, lumayan untuk mengisi perut.

Sayangnya KA Prameks yang kita naiki mengalami keterlambatan karena jadualnya “crash” dengan dua KA lain. Kita baru meninggalkan stasiun Purwosari pukul 13.27. Oleh Ranz, kita berenam dibagi menjadi 3 kelompok untuk naik di gerbong yang berbeda agar seli kita tidak terlihat mencolok memenuhi ruang gerbong.

di stasiun Lempuyangan

Kita turun di stasiun Lempuyangan sekitar pukul 14.30. Dari sana, usai memasang sepeda dan tas pannier di rak boncengan, kita bersepeda menuju Hotel Limaran 2 yang terletak di Sagan, belakang RS Panti Rapih. Raditya, kawan sepeda kita yang tinggal tak jauh dari hotel, telah memesankan sebuah kamar untuk kita berenam. Satu kamar berukuran cukup besar untuk kita berenam dengan biaya sewa Rp. 290.000,00. Ada dua buah bed yang cukup lebar untuk tiga orang ukuran langsing, LOL, misal, Tami, Dwi, dan Ranz bisa cukup ditampung di satu bed. Karena kita berenam, Ranz meminta tambahan satu extra bed dengan biaya tambahan Rp. 50.000,00.

kamar tempat kita menginap

Usai check-in, bersih-bersih tubuh, kita bersiap-siap untuk dolan. J Pukul 16.00 kita meninggalkan penginapan menuju kawasan terpopuler kota Jogja รจ Malioboro. Bukan untuk berbelanja maupun cuci mata, namun sekedar untuk ... numpang lewat! J Setelah berhasil melepaskan diri dari kemacetan di jalan yang mungkin paling terkenal di Indonesia itu, kita lanjut bersepeda ke arah alun-alun Utara, melipir belok kanan sampai bertemu Pasar Ngasem. Kemana kah tujuan kita? TAMANSARI.

di gerbang masuk/keluar Tamansari




Tamansari yang sekarang berupa kolam yang konon dulu dipakai untuk mandi para putri keraton kerajaan Mataram Islam, sayangnya ternyata ditutup untuk umum pukul 16.00. Sesampai sana (pukul 16.30), kita hanya bisa berfoto-foto di pintu keluar. Oleh beberapa ‘guide’ (tak) resmi kita ditunjukkan jalan menuju belakang Tamansari untuk foto-foto lebih lanjut.

di Alkid

Dari Tamansari kita bersepeda ke arah alun-alun Kidul. Ada apa disini? Ada dua pohon beringin besar yang menarik-narik Tami untuk mencoba melewatinya dengan mata tertutup! Sebelum itu, kita mengisi perut terlebih dahulu di satu angkringan yang terletak di sisi Barat alun-alun.

Usai mengisi perut, kita pun berjalan ke tengah-tengah alun-alun. Tami serius rupanya untuk mencoba melewati dua pohon beringin besar dengan mata tertutup. Ranz dengan kamera eksyen YI!-nya siap mengabadikan ‘keriuhan’ ini. LOL.

lokasi nan "sakral" itu, di antara 2 pohon beringin :D

Pertama kali mencoba, Tami gagal. Karena penasaran, dia pun mencoba lagi. Dan ... gagal lagi. LOL. Kita yang menonton pun tertawa kegirangan, seolah mendapatkan hiburan yang tidak tiap hari kita tonton. LOL. Selain rombongan kita, banyak orang lain yang juga mencoba. It was really fun. LOL.

Melihat Tami gagal, Avitt ingin mencoba. Ternyata, eh, ternyata ... Avitt berhasil melewatinya! Yuhuuuu. Terus terang aku heran. Selama ini yang kudengar adalah semua yang mencoba melewati pohon beringin ini dengan mata tertutup gagal. Dan ... Avitt membuktikan dia mampu melewatinya. Bravo Avitt!

Melihat kegagalan Tami dan keberhasilan Avitt, Dwi ingin mencobanya. Avitt memberitahu kunci keberhasilannya pada Dwi, “Sebelum melakukannya, ucapkan (dalam hati) satu keinginanmu!” Namun Dwi tidak menganggapnya perlu dilakukan. Can you guess? Yess, Dwi juga gagal melewatinya. Hohoho ...
Awalnya, terus terang, aku tidak tertarik ikutan. Namun melihat orang-orang di sekitar kita yang lucu-lucu – dan membuat kita terhibur – aku jadi ingin nyoba, biar tambah berkesan dolan kita ke alkid Jogja. LOL. Dan ... tak kusangka-sangka, tak kuduga-duga, aku pun berhasil melewatinya! Yuhuuuu. Kuncinya: aku juga punya satu keinginan yang sempat kuucapkan dalam hati sebelum mulai melangkah setelah mataku ditutup. J

Berikutnya Hesti yang mencoba. Hmm ... seperti Tami dan Dwi, kali ini Hesti kurang beruntung. Kita yang “beruntung” karena tertawa-tawa melihatnya. LOL. Ranz – sang fotografer dan videografer – enggan ikut mencobanya. J
Merasa cukup terhibur, dengan aksi kita sendiri, LOL, maupun menonton aksi orang-orang lain yang melakukan hal yang sama, kita pun kembali mengayuh pedal sepeda lipat masing-masing, kembali ke penginapan. Dwi yang telah “mengenolkan” cyclometer di selinya, menunjukkan bahwa hari ini kita telah bersepeda sejauh “hanya” 17,5 kilometer saja. LOL.

Sesampai penginapan, kita kembali nyambangin angkringan yang terletak disamping penginapan, untuk minum es teh sambil ngobrol. Saat itu, Raditya muncul, menawarkan diri akan menjadi guide kita di keesokan hari.

Pulang dari angkringan, sebagian dari kita beristirahat, sebagian lain heboh menonton foto-foto di laptop mungil yang dibawa Ranz. Aku sudah teler sejak pukul 21.30 hingga aku tidak tahu ketika Ranz dan Avit keluar mencari makan malam (tambahan). LOL.

To be continued.


LG 20/07/2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.