Setelah
berbincang-bincang tentang bikepacking bareng beberapa bulan lalu, akhirnya
kita berlima (aku, Ranz, Tami, Dwi, dan Avitt) plus satu lagi Hesti mbolang
bareng dengan tujuan Jogja dan sekitarnya. Perkenalkan : WE ARE SEMARANG VELO
GIRLS alias pesepeda perempuan dari Semarang. J
Kisah bermula ketika
kita dolan ke Sangiran. Waktu itu Ranz menawari Tami dan Dwi untuk dolan ke
Jogja dengan berkereta, murah meriah. Obrolan pun berlanjut dengan rencana-rencana
saat kita mbakso bareng di Taman Gajahmungkur pada satu hari Sabtu. J Mendekati hari H, kita menawari Hesti untuk
bergabung yang ternyata menyambut rencana ini dengan antusias.
Day 1 13 Juli 2016 JOGJA, WE ARE COMING!
Kita berlima – Tami,
Avitt, Hesti, Dwi, dan aku – berkumpul di stasiun Poncol pukul 08.00. setelah
melipat sepeda masing-masing (Hesti dapat pinjaman seli milik Asrul) kita pun
mengantri untuk masuk peron. Eh, setelah mencetak ‘boarding pass’ baru kita
antri. (Ada yang baru di kebijakan KAI, yakni para penumpang masuk person
menggunakan ‘boarding pass’.)
dalam gerbong 3, KA Kalijaga |
KA Kalijaga memasuki
peron stasiun Poncol pukul 08.30, terlambat 15 menit dari prakiraan semula. Bisa
dibayangkan riuh rendahnya para penumpang yang hendak turun dan penumpang yang
hendak naik gerbong masing-masing. Tak terkecuali kita berlima yang menggendong
seli dan tas pannier. :D Buat Hesti dan Avitt, ini adalah pengalaman pertama
mereka membawa seli ketika naik KA. J Lumayan bikin ngos-ngosan laaah. :D
KA Kalijaga
meninggalkan stasiun Poncol tepat waktu, yakni pukul 08.45. Dan kita pun sampai
stasiun Purwosari tepat waktu, pukul 11.45. sebenarnya ada KA Prameks
keberangkatan pukul 12.18. Namun berhubung Ranz mengantisipasi in case ada keterlambatan KA yang kita
tumpangi dari Semarang, dan kita juga butuh waktu untuk makan siang, Ranz
membelikan kita tiket KA Prameks keberangkatan pukul 13.07. Untuk maksi, Ranz
telah membelikan kita sebungkus nasi pecel, lumayan untuk mengisi perut.
Sayangnya KA Prameks
yang kita naiki mengalami keterlambatan karena jadualnya “crash” dengan dua KA
lain. Kita baru meninggalkan stasiun Purwosari pukul 13.27. Oleh Ranz, kita
berenam dibagi menjadi 3 kelompok untuk naik di gerbong yang berbeda agar seli
kita tidak terlihat mencolok memenuhi ruang gerbong.
di stasiun Lempuyangan |
Kita turun di
stasiun Lempuyangan sekitar pukul 14.30. Dari sana, usai memasang sepeda dan
tas pannier di rak boncengan, kita bersepeda menuju Hotel Limaran 2 yang
terletak di Sagan, belakang RS Panti Rapih. Raditya, kawan sepeda kita yang
tinggal tak jauh dari hotel, telah memesankan sebuah kamar untuk kita berenam. Satu
kamar berukuran cukup besar untuk kita berenam dengan biaya sewa Rp.
290.000,00. Ada dua buah bed yang cukup lebar untuk tiga orang ukuran langsing,
LOL, misal, Tami, Dwi, dan Ranz bisa cukup ditampung di satu bed. Karena kita
berenam, Ranz meminta tambahan satu extra bed dengan biaya tambahan Rp.
50.000,00.
kamar tempat kita menginap |
Usai check-in,
bersih-bersih tubuh, kita bersiap-siap untuk dolan. J Pukul 16.00 kita meninggalkan penginapan
menuju kawasan terpopuler kota Jogja รจ Malioboro. Bukan untuk berbelanja maupun cuci mata, namun
sekedar untuk ... numpang lewat! J Setelah berhasil melepaskan diri dari kemacetan di jalan yang
mungkin paling terkenal di Indonesia itu, kita lanjut bersepeda ke arah
alun-alun Utara, melipir belok kanan sampai bertemu Pasar Ngasem. Kemana kah
tujuan kita? TAMANSARI.
di gerbang masuk/keluar Tamansari |
Tamansari yang
sekarang berupa kolam yang konon dulu dipakai untuk mandi para putri keraton
kerajaan Mataram Islam, sayangnya ternyata ditutup untuk umum pukul 16.00. Sesampai
sana (pukul 16.30), kita hanya bisa berfoto-foto di pintu keluar. Oleh beberapa
‘guide’ (tak) resmi kita ditunjukkan jalan menuju belakang Tamansari untuk
foto-foto lebih lanjut.
di Alkid |
Dari Tamansari kita
bersepeda ke arah alun-alun Kidul. Ada apa disini? Ada dua pohon beringin besar
yang menarik-narik Tami untuk mencoba melewatinya dengan mata tertutup! Sebelum
itu, kita mengisi perut terlebih dahulu di satu angkringan yang terletak di
sisi Barat alun-alun.
Usai mengisi perut,
kita pun berjalan ke tengah-tengah alun-alun. Tami serius rupanya untuk mencoba
melewati dua pohon beringin besar dengan mata tertutup. Ranz dengan kamera
eksyen YI!-nya siap mengabadikan ‘keriuhan’ ini. LOL.
lokasi nan "sakral" itu, di antara 2 pohon beringin :D |
Pertama kali
mencoba, Tami gagal. Karena penasaran, dia pun mencoba lagi. Dan ... gagal
lagi. LOL. Kita yang menonton pun tertawa kegirangan, seolah mendapatkan
hiburan yang tidak tiap hari kita tonton. LOL. Selain rombongan kita, banyak
orang lain yang juga mencoba. It was really fun. LOL.
Melihat Tami gagal,
Avitt ingin mencoba. Ternyata, eh, ternyata ... Avitt berhasil melewatinya! Yuhuuuu.
Terus terang aku heran. Selama ini yang kudengar adalah semua yang mencoba
melewati pohon beringin ini dengan mata tertutup gagal. Dan ... Avitt
membuktikan dia mampu melewatinya. Bravo Avitt!
Melihat kegagalan
Tami dan keberhasilan Avitt, Dwi ingin mencobanya. Avitt memberitahu kunci
keberhasilannya pada Dwi, “Sebelum melakukannya, ucapkan (dalam hati) satu
keinginanmu!” Namun Dwi tidak menganggapnya perlu dilakukan. Can you guess? Yess,
Dwi juga gagal melewatinya. Hohoho ...
Awalnya, terus
terang, aku tidak tertarik ikutan. Namun melihat orang-orang di sekitar kita
yang lucu-lucu – dan membuat kita terhibur – aku jadi ingin nyoba, biar tambah
berkesan dolan kita ke alkid Jogja.
LOL. Dan ... tak kusangka-sangka, tak kuduga-duga, aku pun berhasil
melewatinya! Yuhuuuu. Kuncinya: aku juga punya satu keinginan yang sempat
kuucapkan dalam hati sebelum mulai melangkah setelah mataku ditutup. J
Berikutnya Hesti
yang mencoba. Hmm ... seperti Tami dan Dwi, kali ini Hesti kurang beruntung. Kita
yang “beruntung” karena tertawa-tawa melihatnya. LOL. Ranz – sang fotografer
dan videografer – enggan ikut mencobanya. J
Merasa cukup
terhibur, dengan aksi kita sendiri, LOL, maupun menonton aksi orang-orang lain
yang melakukan hal yang sama, kita pun kembali mengayuh pedal sepeda lipat
masing-masing, kembali ke penginapan. Dwi yang telah “mengenolkan” cyclometer
di selinya, menunjukkan bahwa hari ini kita telah bersepeda sejauh “hanya” 17,5
kilometer saja. LOL.
Sesampai penginapan,
kita kembali nyambangin angkringan yang terletak disamping penginapan, untuk
minum es teh sambil ngobrol. Saat itu, Raditya muncul, menawarkan diri akan
menjadi guide kita di keesokan hari.
Pulang dari
angkringan, sebagian dari kita beristirahat, sebagian lain heboh menonton
foto-foto di laptop mungil yang dibawa Ranz. Aku sudah teler sejak pukul 21.30
hingga aku tidak tahu ketika Ranz dan Avit keluar mencari makan malam
(tambahan). LOL.
To be continued.
LG 20/07/2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.