Day 3 15
Juli 2016 Gowes Blusukan Menuju Tebing Breksi
Hari ketiga ini kita tinggal berlima. Hesti gowes balik ke arah
Jogja karena dia janjian dengan seorang temannya yang menjemputnya di daerah
Janti, sepulang dari Situs Ratu Boko, hari Kamis.
Kepalaku terasa sakit sekali, seperti dipukul-pukul palu. L Entah mengapa. Pagi hari kemarin aku juga merasakan
hal yang sama saat bangun pagi di hotel Limaran 2.
Jelang pukul 06.00 Tami dan Dwi pamit untuk berenang. Ranz masih
tidur, Avitt tiduran di atas lantai. Dia bilang hawa di kamar terlalu hangat
sehingga semalaman dia (dan Dwi) tidur di atas lantai. Aku keluar, duduk-duduk
di teras, menunggu sarapan diantar ke kamar. Tidak lama kemudian, tiga porsi
nasi goreng hangat yang nikmat plus dua porsi nasi soto datang. Kupanggil Avitt
untuk sarapan bareng.
Pukul 08.00 kita semua sudah siap melanjutkan perjalanan. Semua sudah
mandi, sudah packing. Setelah check out, kita bersepeda ke arah Utara, ke Candi
Plaosan. Candi Plaosan yang juga sering disebut “Candi Cinta” karena konon
dibangun untuk tanda cinta pasangan Raja Rakai Pikatan dan sang Permaisuri
Pramudya Wardhani merupakan salah satu candi favorit untuk kukunjungi. Auranya berbeda.
Atau mungkin hanya perasaanku saja ya? :D
Pukul 09.00 kita meninggalkan Candi Plaosan, kembali bersepeda
ke arah Selatan. Sebelum menyeberang jalan, kita mampir dulu di satu toko
khusus oleh-oleh. Dwi, Tami, dan Ranz membeli oleh-oleh untuk orang-orang
rumah.
Setelah menyeberang jalan, kita menapaki jalan yang sama dengan
yang kita lewati kemarin. Namun setelah melewati hamparan sawah di sebelah kiri
dan kanan (aku tidak tahu nama daerahnya), kita belok kiri (kemarin belok
kanan), dan mulai menapaki tanjakan yang lumayan bikin ngos-ngosan.
Jika sehari sebelum ini kita bersepeda nanjak ke Situs Ratu Boko tanpa dibebani pannier,
hari ini plus pannier karena kita telah check out. Pannier yang paling berat
jelas yang ada di boncengan Pockie. As usual, Ranz tidak hanya membawa baju
dan peralatannya sendiri, baju dan peralatanku ada di pannier yang sama. Hohohoho
... Yang kedua paling berat adalah Avitt. Poliss – demikian nama sepeda lipat yang dinaiki
Avitt – yang baru pertama kali diajak mbolang ke luar kota, telah dibebani
pannier baru berwarna merah cantik. Pannier yang baru dibeli Avitt dari Tayux,
Om Ketua Komselis, ini (eh, belum dibayar ding kayaknya LOL, masih utang, LOL)
tanpa isi saja beratnya sudah lumayan. Hohoho ... Pannier milik Tami dan Dwi
mungkin sama beratnya, meski modelnya berbeda. Oh ya, hari ini Tami menaiki Kuma,
seli milik Asrul, yang dipinjam Hesti. Dengan ban 20” diharapkan Tami akan
lebih mudah menapaki tanjakan ketimbang jika dia naik Sunkiss yang ukuran bannya 16”.
Hesti balik ke Jogja dengan menaiki Sunkiss. Dwi menaiki selinya sendiri yang
diberi nama Oddie.
Yang paling ringan bebannya tentu Austin, hanya satu pannier mungil di boncengan,
dan satu pannier lebih mungil lagi di setang. :D
Kita sampai di pintu gerbang Abhayagiri resto pukul 10.05. To our disappointment, resto yang
lumayan fancy ini belum buka. Ketika aku
bilang mau masuk untuk foto-foto, oleh satpam, kita diberitahu tarif untuk
foto-foto, “Per jam 500ribu rupiah Bu.” Hadeeeehhh ... LOL. Setelah berdiskusi
apakah kita akan nongkrong di depan pintu gerbang Abhayagiri sampai pukul 11.00
(untuk membeli es teh yang “berganti nama menjadi” iced local Java tea dengan harga Rp.
25.000,00 per gelas LOL dengan bonus foto-foto keren) atau lanjut, ternyata
anak-anak lebih memilih melanjutkan perjalanan. Baiklah ... bye bye Abhayagiri.
See ya next time ...
Kita melanjutkan gowes dengan menempuh trek lanjutan dari resto
ini. Buatku dan Ranz ini adalah rute napak tilas bersepeda ke Candi Barong danCandi Ijo, Desember 2013.
Di Candi Barong, setelah memarkirkan sepeda di tempat parkir yang disediakan, kita beli es teh. Setelah cukup puas, kita baru masuk ke kawasan Candi Barong.
Sekitar pukul 11.30 kita melanjutkan perjalanan, dengan
siap-siap menghadapi trek naik turun dengan permukaan jalan yang tak begitu
bersahabat untuk ban sepeda lipat. Bapak Satpam di Candi Barong memberi “bocoran”,
jarak yang harus kita tempuh menuju Tebing Breksi sejauh 4 kilometer. Dari Breksi
ke Candi Ijo 1 kilometer.
trek yang baru saja kita lewati, naik sepeda lipat, wow! :D |
Trek yang kita lewati tetaplah terasa “menantang” meski tak lagi
sesulit saat aku dan Ranz melaluinya akhir Desember 2013. J dan karena kali ini kita berlima, mood Ranz jauh
lebih bagus ketimbang saat kita hanya berdua. LOL. (Shhhttt ... saat itu, aku
yang ngeyel pingin ke Candi Ijo, Ranz ogah-ogahan. Kali ini, lagi-lagi aku yang
ingin ke Tebing
Breksi, karena aku ingin di kesempatan mbolang ini, minimal ada satu
lokasi baru yang kita – aku dan Ranz – kunjungi. Syukurlah semua menganggap
keinginanku ini satu hal yang menyenangkan, satu tantangan yang asyik, meski
harus melewati hutan, kadang mlipir dengan pinggiran jurang. Tak satu pun
komplen, dalam perjalanan kita terus menerus ketawa ketiwi. Bahkan ketika tahu
bahwa kita telah memilih rute yang mengharuskan kita muter lebih jauh, kita
hanya tertawa.)
Setelah berjuang kurang lebih selama satu setengah jam, akhirnya
kita sampai di “BROWN
CANYON KW”. Kekekekeke ... well, sebenarnya Tebing Breksi ini bisa
dikatakan tidak jauh berbeda dengan Brown Canyon yang terletak di kawasan
Meteseh Semarang, area dengan bekas galian. Namun pemerintah daerah Klaten
dengan sigap mengembangkannya menjadi satu lokasi layak kunjung wisata dengan
melengkapinya, misal dengan membangun kios untuk makan dan minum, toilet yang
memadai dan mushalla. Brown Canyon tetap “seperti itu” sejak pertama kali aku
dan Ranz “menyesatkan” diri kesana, tahun 2014.
Kurang lebih kita beristirahat selama satu setengah jam. Pukul 14.30
kita meninggalkan kios untuk makan dan minum untuk bernarsis-ria di “bangunan”
bekas galian itu.
Sesuai rencana, pukul 15.00 kita meninggalkan lokasi itu (bye
bye Candi Ijo ... next time lagi aja ya jika kita ada waktu ...) dan mulai
meluncur turun. “pembalasdendaman” trek menuju Tebing Breksi nih. LOL. Pulangnya
kita tidak melewati trek waktu berangkat, kita lewat jalan utama menuju Candi
Ijo yang sudah lumayan halus diaspal.
Sesampai Prambanan, kita bersepeda menuju arah Timur, ke arah
kota Klaten. Dari Prambanan, kita masih harus bersepeda sejauh kurang lebih 13
kilometer sampai stasiun Klaten.
Dalam perjalanan kita sempat digoda hujan, namun untunglah,
rerintik hujan itu hanya sekelebat lewat. Kita berhenti di satu lokasi,
memasang “cover bag” (yang berupa tas kresek hitam, LOL) untuk melindungi
pannier masing-masing, kecuali Avitt yang memasang “cover bag” yang
sesungguhnya untuk melindungi pannier merahnya. Sebelum lanjut gowes, hujan
telah lewat. J “Gangguan” berikutnya kita
harus mampir ke satu tukang tambal ban, ban Oddie bocor. Untunglah Ranz membawa
“spare” ban sehingga kita tidak butuh waktu lama.
Aku sempat tergoda untuk menawari Ranz dan yang lain-lain gowes
sampai Solo. :D Namun, eman-eman tiket KA Prameks yang telah dibeli sejak
Lebaran. J
Sekitar pukul 16.30 kita sampai stasiun Klaten. Yang pertama
kita tuju tentu adalah angkringan, untuk mengisi kerongkongan nan kering dengan
es teh yang menyejukkan. J Jelang
pukul 18.00 kita masuk stasiun, setelah melipat sepeda masing-masing. KA
Prameks yang kita naiki akan masuk stasiun Klaten pukul 18.45. Ternyata KA baru
datang pukul 19.00. jika ketika berangkat kita terbagi dalam 3 gerbong, kali
ini hanya 2 gerbong, aku berdua Ranz di satu gerbong; Dwi, Tami, dan Avitt di
satu gerbong sebelah.
Kita sampai di stasiun Purwosari pukul 19.30 disambut gerimis. Kali
ini kita benar-benar harus mengenakan mantel, meski rumah Ranz terletak tak
jauh dari stasiun.
Untuk “merayakan” usainya bikepacking kita kali ini, kita mampir
ke Wedangan Pak Basuki untuk ngeteh. (nikmatnya teh nasgitel disini tak
tertandingi!) Aku, Tami, dan Dwi memesan teh panas, Ranz dan Avitt es teh. Saat
kita berada di dalam, hujan turun dengan amat deras, hingga kepulangan kita
tertunda sampai pukul 21.30.
Kita berempat – aku, Tami, Dwi, dan Avitt – kembali ke Semarang
hari Sabtu pagi, dengan naik KA Kalijaga, yang meninggalkan stasiun Purwosari tepat
pukul 05.15. Kita sampai di stasiun Poncol pukul 08.15.
Sampai bertemu di petualangan kita berikutnya yaa?
VIVA
VELO GIRLS FROM SEMARANG!
LG 09.20 21/07/2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.