Beberapa
tahun yang lalu seseorang yang (kayaknya) getol menjadi seorang aktifis pejalan
kaki mengatai saya sebagai seseorang yang bodoh karena memilih bersepeda ke
tempat kerja. Alasannya karena (1) fasilitas untuk pesepeda yang kurang memadai
(terutama belum ada lajur sepeda yang layak) (2) membiarkan diri terpapar
polusi udara karena dengan naik sepeda kita akan langsung ter'exposed' pada
udara yang kita hirup (mungkin dia membandingkannya dengan dirinya yang
kemana-mana naik mobil).
Maka saya
katai dia sebagai seorang yang OMDO, omong doang. Saya ga yakin dia berjalan
kaki kemana-mana, orang di satu postingan tentang kenaikan harga BBM dia
menulis komen punya mobil 3 biji di rumah. Plus dia juga mengkritik angkutan
umum yang belum begitu layak untuk masyarakat; mana halte untuk BRT seperti
akuarium begitu, orang-orang yang duduk di bangku sembari menunggu bus datang
akan nampak seperti orang-orang yang menjajakan diri. Lol. Suwer dia bilang
begitu lo.
(Ya! Saya
seorang Leo yang ketika tersinggung karena sesuatu yang crucial akan terus menerus
mengungkitnya. Lol. Padahal ini terjadi sekitar 5 tahun yang lalu! Lol.)
===========
Tahu kan
bahwa akhir-akhir ini indeks polusi di beberapa kota besar di Indonesia sudah
mencapai titik yang mengkhawatirkan? Lalu bagaimana solusinya?
Tidak
heran lah jika 'Bike to Work Indonesia' sebagai satu wadah berkumpulnya
orang-orang yang hobi bersepeda dan memanfaatkan hobi ini sekaligus untuk
peduli lingkungan akhir-akhir ini getol mengkampanyekan sepeda sebagai moda
transportasi yang merupakan SOLUSI TANPA POLUSI. Ga peduli lah jika ada yang
ngatain para bike-to-worker ini orang bodoh. Lol. (Jika kita KUDU menunggu
pemerintah menyediakan lajur sepeda yang aman dan nyaman buat pengguna jalan
terlebih dahulu, kapan kita mulai bergerak?)
Sebagai
seorang praktisi bersepeda ke kantor, saya bersyukur bahwa Semarang tempat saya
tinggal ini bukan kota besar, sebesar Jakarta. Kawan-kawan bike-to-worker di
Jakarta benar-benar orang penggila sepeda, eh, beneran gila, lol, karena jarak
yang harus mereka tempuh untuk b2w bisa jadi sampai 20 kilometer atau lebih
dikarenakan rumah mereka mungkin terletak di pinggiran kota dan kantor terletak
di pusat kota. Om Iman Chandra yang tinggal di Bogor menurut saya salah satu
contoh bike-to-worker 'gila', beliau tinggal di Bogor dan berkantor di Jakarta.
Hitung saja sendiri jumlah kilometer yang harus dia tempuh setiap bersepeda ke
kantor.
Kebetulan
saya tinggal di daerah yang tak jauh dari pusat kota. Jika saya bersepeda
sejauh 20 kilometer ke arah Selatan, saya akan sudah sampai Ungaran. Jika saya
bersepeda sejauh 20 kilometer ke arah Barat, saya akan sudah sampai Kaliwungu,
ke Utara, Demak, ke Timur, Mranggen. Kotamadya Semarang ga begitu besar bukan?
Meski saya tidak yakin ada atau tidaknya tapi mungkin sulit mencari praktisi
b2w di kota Semarang yang harus mengayuh pedal sepedanya sejauh lebih dar 25
kilometer sekali jalan.
Beberapa
tahun yang lalu saya bersepeda ke kantor yang terletak di Gombel, sekitar 9 -
10 kilometer. Berangkat dari rumah pukul 5 pagi -- kadang langit masih gelap,
kadang sudah terang, tergantung musim/bulan apa -- saya sering bertemu dengan
para pehobi olahraga, yang sedang bersepeda ke arah Gombel. Mereka pun
menjuluki saya orang nekad, jika tidak dikatai gila, karena memilih bersepeda
ke kantor. Mereka biasanya berdua, bertiga, atau lebih, saya sendirian.
"Kamu
gila ya berangkat kerja jam segini, masih gelap, dengan naik sepeda, bawa
backpack berisi laptop dan tas pannier berisi baju ganti. Kamu ga takut
dirampok?" satu kali ada yang bertanya seperti itu. Alhamdulillah, dulu
itu semuanya baik-baik saja. (Saya bersepeda ke tempat kerja di Gombel dari
tahun 2010 sampai tahun 2015).
Sekarang
saya ngantor di satu lokasi yang jaraknya hanya kurang lebih 2,5 kilometer dari
rumah. Hanya kadang-kadang saja saya berangkat kerja di kantor yang terletak di
Tembalang, atau di Jl. Wolter Monginsidi.
Mungkin
memang dibutuhkan orang-orang gila yang mau peduli pada lingkungan dengan salah
satu caranya : bersepeda ke tempat kita beraktifitas, mengurangi penggunaan
kendaraan bermotor pribadi semaksimal mungkin.
Salute
untuk kawan-kawan pekerja bersepeda yang harus menempuh jarak puluhan kilometer
setiap hari, demi Bumi yang akan ditinggali oleh anak cucu kita di kemudian
hari.
LG 10.53
14-08-2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.