penampakan Shaun di tahun 2012 |
Ini kisah pribadi Ranz. dan tanpa seijinnya, saya menulis kisahnya. 😆
Jadi begini. Salah
satu tukang foto kesayangan kawan-kawan B2W Semarang maupun Komselis ini tinggal di Solo, namun dia sangat
sering ikut event yang ada di Semarang. Yang saya ingat, saya pertama kali bertemu dengannya di event Deklarasi B2W Salatiga bulan September 2010, dimana saat itu B2W
Semarang berkolaborasi bersama Komselis untuk bersama turut meramaikan. Berarti
sejak 9 tahun yang lalu Ranz sudah sering wira-wiri Solo - Semarang - Solo,
kadang sepedanya dinaiki, kadang loading naik bus, atau akhir-akhir ini, kereta
api.
penampakan Pockie dengan tas pannier dan oleh-oleh, waktu itu kita bebas biaya bagasi waktu naik bus Nusantara dari Purwokerto ke Semarang, tahun 2013 |
Sejak awal loading
bus dengan membawa sepeda lipat, Ranz tidak pernah dimintai uang berlebih untuk
'bagasi'. Bahkan saking seringnya, para kondektur yang baik hati malah yang
menatakan selinya di dalam bagasi. Free.
Ini juga pengalaman
saya di tahun-tahun 2011 - 2015, membawa sepeda lipat ke dalam bus, tanpa
dikenai biaya tambahan, naik bus dari Semarang ke Solo, maupun sebaliknya.
Saya lupa mulai
kapan kadang saya dimintai biaya tambahan ini, mungkin sejak 3 tahun yang lalu,
sejak semakin banyak orang yang melakukan hal yang sama, membawa sepeda lipat
ketika naik bus. Jika ongkos bus Rp. 30.000,00 saya beri tambahan sepuluh ribu
rupiah, jika sang kondektur meminta. Ranz dan saya pernah menganalisis mengapa
para kondektur mulai meminta biaya tambahan ini. Kita menyimpulkan bahwa
mungkin ada para kawan pehobi sepeda lipat yang memberikan tips kepada
kondektur, sebagai ucapan terima kasih. Bermula dari tips, hingga berkembang
menjadi 'wajib bayar'. Mungkin lo ya.
Jika saya kadang
diminta biaya tambahan ketika naik bus dengan membawa Austin, sepeda lipat saya
yang sudah dengan sangat setia menemani saya dolan kemana-mana, hingga
frame-nya penuh goresan disana-sini, lol, Ranz tetap 'sakti', ga pernah
dimintai biaya tambahan.
Namun akhirnya Ranz
pun kudu mengalami hal baru dalam hidupnya. Lebay. Lol. Hari Sabtu 24 Agustus
2019, ketika naik bus Safari LUX dari Kerten menuju Semarang, dia diminta
membayar TUJUH PULUH RIBU RUPIAH, yang berarti sama dengan biaya perjalanan
untuk 2 orang, yang satu untuk Ranz sendiri, yang satu biaya bagasi untuk
Shaun, seli yang dia bawa. Ketika Ranz tidak mau membayar sejumlah itu, dia pun
diturunkan dari bus! Ranz lebih memilih turun dari pada harus membayar sejumlah
itu. Dari Ngasem, tempat Ranz turun dari bus, dia gowes ke arah terminal
Boyolali. Dari sana, dia naik bus TARUNA, hingga turun di Kaligawe Semarang,
bebas biaya.
Jika sekarang kita
merasa lega bahwa kita bisa bebas membawa sepeda lipat naik ke dalam gerbong
kereta api, karena memang KAI sudah sangat bersahabat dengan sepeda lipat,
mungkin sudah saatnya ya ada kesamaan persepsi pada seluruh kru bus. Jika
memang harus membayar, ada kriterianya.
Note:
Untuk naik bus
Semarang - Jogja, maupun sebaliknya, selama ini saya bebas biaya tambahan.
Pernah satu kali saya akan dimintai biaya tambahan (waktu itu di terminal
Jombor), dengan roman wajah galak, saya berkata, "Tidak ada itu biaya
tambahan. Selama ini gratis. Lagian sepeda lipat ini beratnya hanya 15 kg,
bukankah peraturan biaya tambahan untuk bagasi itu jika lebih dari 20kg?"
lol.
Demikian curhat saya
siang hari ini. Barangkali ada yang akan ikut curhat?
LG 12.12 28-Aug-2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.