Setelah
gagal ikut acara launching Dekseli a.k.a (paguyuban) Demak Sepeda Lipat tahun
2018 karena pelaksanaannya bersamaan dengan satu acara penting di kantor,
akhirnya tahun ini saya bisa turut bersukaria bersepeda di Demak dalam rangka merayakan ulang tahun Dekseli
yang pertama. Karena saya bisa ikut, jelas Ranz pun ikut.
Sabtu 24 Agustus 2019
Saya dan
Ranz janjian bertemu di Kaligawe Sabtu sore. Semula Ranz mengabari akan sampai
di Kaligawe sekitar pukul 15.00. Namun karena ada satu peristiwa yang kurang
mengenakkan (baca tulisan di postingan sebelum ini, Ranz dipalak!) Ranz
memundurkan jam, pukul 16.00.
Saya sampai
di traffic light di depan kampus Unissula pukul 15.45. Sementara itu Ranz
ngabari busnya tertahan macet di pintu keluar jalan tol. Memang waktu saya
lewat situ, jalan dipenuhi kendaraan sehingga harus jalan pelan-pelan banget.
Ranz butuh
waktu agak lama untuk 'unfolding' Shaun (biasa!) sepeda lipat yang dia bawa
kali ini. Kita mulai mengayuh pedal bersama sekitar pukul 16.20. dan … saya
baru ngeh kalau saya lupa menyalakan strava, setelah tadii menghentikannya
waktu jajan rujak di Jalan Suyudono. Hadeeeh. Kira-kira sudah berapa kilometer
jarak yang saya tempuh ya?
Kondisi
traffic di kitaran situ padat seperti biasa, tapi ga sampai macet. 7 kilometer
kemudian Ranz mengajak berhenti di satu angkringan untuk jajan, dia belum
sarapan dan makan siang waktu meninggalkan Solo. Kita berhenti disini sekitar
20 menit. Saya minum 2 gelas es teh, dan ngemil 2 gorengan, sedangkan Ranz
makan 1 nasi bungkus, 2 gorengan, dan 1 gelas es teh.
Menjelang
sampai alun-alun, saya baru sadar sudah bertahun-tahun kita berdua tidak
bersepeda ke Demak hanya berdua. :) tahun 2018 kita gowes ke Jepara (dalam
rangka Komselis Anineversary) ramai-ramai; tahun 2016 kita gowes dalam rangka
memperingati Hari Kartini (juga ke Jepara) ramai-ramai juga. Kita sampai di
alun-alun sebelum pukul 17.30, langit masih terang, belum terdengar suara adzan
maghrib. Waktu akan memotret Austin dan Shaun dengan latar belakang tulisan
"Simpang Enam Demak" kita melihat para pedagang berbondong-bondong
mendorong gerobag masing-masing memasuki area alun-alun, siap memulai mengais
rezeki.
Setelah kita
rasa cukup mendokumentasikan sepeda dengan berlatar belakang langit senja yang
berwarna jingga, kita ke arah "Pondok Penginapan Pak Budi" yang
terletak di ujung, samping kanan (jika dilihat dari arah alun-alun) masjid
Demak. Waktu itu sekitar pukul 17.50. Namun suasana rumah sepi, dan pintu
tertutup. Kita bingung tidak tahu bagaimana mau masuk. Berpikiran bahwa si
pemilik rumah mungkin sedang shalat Maghrib -- entah di dalam rumah atau di
masjid -- kita kembali ke alun-alun, duduk-duduk disana. Banyak orang yang
melakukan hal yang sama dengan kami berdua, duduk-duduk disana, entah mereka
menunggu apa.
Pukul 18.20
kita sudah masuk ke penginapan. Kamar kita berukuran sekitar 2,5 m x 2,7 m,
dengan fasilitas bed, kipas angin, dan meja kecil untuk menaruh barang. Untuk
kamar ini kita membayar Rp. 100.000,00 harga yang masuk akal. Kamar mandi ada
di dekat ruang makan rumah induk.
Setelah
mandi, kita beranjak ke tempat kita mengambil 'race pack', Jl. Pemuda nomor 74,
yang terletak sekitar 2 kilometer dari penginapan kita. Disana kita bertemu
dengan beberapa kawan Komselis, Avitt, Tyas, dan pasangan suami istri Daniel
dan Riyani. Dari sana kita kembali ke alun-alun, untuk memulai NR alias night
ride. Kebetulan Om Tunggal -- yang pernah didapuk menjadi ketua Komselis sejak
awal berdiri tahun 2009 sampai tahun 2013 -- datang ke tempat kita berkumpul,
setelah diberi kabar, "kawan-kawan Komselis berkumpul di depan masjid
untuk NR."
Setelah
foto-foto di depan masjid, kita mulai gowes bareng, mengikuti panitia yang
bertugas mendampingi para peserta yang ingin gowes malam.
Malam itu
kita bersepeda kurang lebih sejauh 8 kilometer, diakhiri di satu rumah makan
yang makanan utamanya bebek, meski di menu juga tersedia jenis makanan yang
lain. Saya pesan ayam bakar, sedangkan Ranz pesan bebek lada hitam; beberapa
kawan lain pesan bebek goreng kremes, dll. Om Tunggal dengan super baik hati
menraktir makan malam kita semua. Alhamdulillaaah. Semoga rezekimu terus
mengalir lancar yaaa :)
Dari sana,
kita sempat kembali ke tempat kita mengambil race pack, mengikuti acara dua
kawan pesepeda dari Tangerang yang sharing pengalaman mereka bersepeda ke
mancanegara. Kita sempat beramah tamah dengan beberapa pesepeda lain yang baru
datang dari kota-kota lain.
Sekitar
pukul 22.00 saya dan Ranz kembali ke penginapan.
Minggu 25
Agustus 2019
Menjelang
pukul 06.00 saya dan Ranz sudah sampai di tikum, halaman BRI yang terletak
kira-kira 100 meter di sebelah Selatan alun-alun. Sampai sana sudah lumayan
banyak kawan-kawan pesepeda yang telah datang.
Setelah
acara pembukaan, sambutan dari wakil bupati Demak, menyanyikan lagu INDONESIA
RAYA, dan berfoto bersama, sekitar pukul 07.00 pasukan diberangkatkan.
Sebagai
seseorang yang tidak familiar dengan jalan-jalan yang ada di Demak, tentu saya
tidak bisa menggambarkan disini jalan mana saja yang kita lewati. :) namun
seperti banyak orang yang tentu telah tahu, tidak ada tanjakan di area Demak,
tapi angin yang berhembus cukup kencang dan bisa membuat kayuhan pedal terasa
berat. Jika pun ada 'tanjakan' itu adalah jalan yang 'sedikit nanjak' untuk
menyeberang jembatan. Lumayan banyak jembatan yang harus kita lewati, mungkin
sekitar 5 - 7 jembatan.
Sebenarnya
banyak spot yang sangat instagrammable, mungkin karena musim kemarau tahun ini
lumayan panjang, banyak pohon yang terlihat meranggas, yang entah mengapa
justru nampak eksotis, terkadang kita melewati sawah-sawah yang menguning, di
saat lain kita melewati tanah lapang yang saking panasnya terasa seperti padang
tandus, lol. Di satu titik, kita harus menyeberang sungai dengan naik 'gethek',
dimana si bapak yang menyediakan jasa ini menyeberangkan 'gethek' dengan
berpegangan pada tali.
Pantai
Istambul (Istana Tambak Bulusan) terletak di satu area yang hanya bisa dicapai
dengan menyeberangi sungai dengan naik perahu motor. Pantai ini juga dikenal
dengan nama Glagah Wangi. Karena kita harus naik perahu, kita pun melipat
sepeda sebelum menaikkannya ke dalam perahu untuk menghemat 'space'. Jarak yang
kita tempuh dengan naik perahu hanya sekitar 50 meter, namun tetap area ini
konon tak bisa dicapai lewat daratan.
Pantai
Istambul menawarkan 3 hal untuk dinikmati para turis: berjalan di atas jembatan
papan di bawah pepohonan bakau, pantai berpasir putih, khas pantai utara, dan
tentu saja waktu naik perahu menuju 'dermaga' pantai Istambul.
Jarak yang
kita tempuh dari tikum sampai disini sekitar 30 kilometer, lumayan melelahkan
terutama karena angin yang berhembus cukup kencang plus sinar matahari yang
sangat terik. Padahal rombongan saya sampai disini 'baru' pukul 10.00, tapi
panasnya terasa sudah tengah hari. :)
Pepohonan
bakau yang besar-besar menguntungkan bagi kita semua karena kita bisa dengan
mudah mencari tempat yang teduh untuk menikmati sarapan yang disediakan oleh
panitia. Di panggung MC sibuk menghibur para peserta, selain menyediakan
beberapa 'permainan' seperti lomba njoged dan melipat sepeda.
Saya dan
Ranz tidak stay sampai acara selesai karena kita berencana kembali ke Semarang
dengan bersepeda. Ranz akan naik KA Joglosemarkerto yang akan meninggalkan
stasiun Tawang pukul 14.20 jadi kita harus buru-buru. Ternyata ketika
menyatakan kita berdua akan pulang, kawan-kawan lain ikutan pulang.
Setelah
menyeberang sungai (lagi) ternyata panitia menyediakan mobil pickup untuk
loading. Dengan gembira ria kawan-kawan pun loading, ga mau panas-panasan lebih
lama. Lol. Sementara itu, yang bersepeda kembali ke Semarang bareng saya dan
Ranz ada QQ a.k.a Ahok kw, Mizan, Sandro, dan Fafa.
pasukan berani panas-panasan ... hahahahahah |
Kita
berpisah dengan Fafa di ujung jalan 'Nggorawe', kemudian kita berlima kembali
ke arah Semarang. Di pertigaan Bangetayu, QQ dan Sandro belok kiri. Mizan
memisahkan diri dari kita ketika sampai di perempatan tak jauh dari rel kereta
api.
Saya dan
Ranz sempat mampir ke warung susu Karangdoro, kebetulan kita sampai sana baru
pukul 13.35, lumayan Ranz masih bisa mengisi perut dengan segelas susu coklat.
Pukul 14.05 kita meninggalkan warung susu untuk menuju stasiun Tawang. Sampai
sana, Ranz langsung melipat Shaun. Ga lama kemudian terdengar pengumuman KA
Joglosemarkerto memasuki peron. Wahhh … pas banget.
Ranz masuk
peron, saya meninggalkan stasiun. Lanjut gowes menuju Semarang Barat.
Sampai
bertemu di kisah gowes-gowes lain yaaa.
LG 14.58
02-September-2019
pasukan loading 😁 |
naik getheek yuuuuk |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.