sebagian pasukan KomseliS yang menginap di homestay Tentrem, siap2 berangkat |
Seperti yang saya
tulis di artikel ini, komunitas Sepeda Lipat Sego Gandul alias SESEG Pati
di-launching pada hari Minggu 13 Oktober 2019, ikut meramaikan komunitas
pecinta sepeda lipat di seluruh Nusantara. Para 'founding fathers' SESEG baru
sempat melakukan launching di bulan Oktober 2019 meski katanya telah dibentuk
di bulan Mei 2019.
Meski awalnya nampak
kurang menarik perhatian beberapa kawan KomseliS ketika link pendaftaran
dirilis di awal bulan September, ternyata on the D day, lumayan banyak juga
kawan-kawan KomseliS yang hadir: ada sekitar 25 orang hadir.
Sabtu 12 Oktober
2019
Saya dan Ranz
ternyata sampai di penginapan nomor satu dibandingkan kawan-kawan KomseliS
lain. Untunglah kita masih bisa mendapatkan satu kamar di homestay ini, meski
kita belum pesan sebelumnya. Nte Ria yang memberitahu bahwa kawan2 menginap di
homestay TENTREM 2 ini.
Setelah check in di
kamar nomor 117 (lantai 1) kita keluar untuk makan siang. Usai makan siang,
kita bersepeda ga jauh-jauh dari alun-alun Pati. Sayangnya alun-alun sedang
dipagari seng karena masih dalam proses renovasi. Ketika kita akan kembali ke
penginapan, di jalan tak jauh dari penginapan kita bertemu dengan papih Fatih
yang katanya akan mengambil racepack peserta di Omah Koeno 1868, maka kita pun
balik bersepeda lagi.
Di Omah Koeno sudah
lumayan juga kawan-kawan pesepeda lipat yang datang dari luar kota. Om Haryanto
Rangga yang kita kenal sebagai seseorang yang berkecimpung di B2W Pati (dan
salah satu mantan ketua JFB) pun ada di lokasi, ternyata beliau adalah ketua panitia
launching SESEG ini.
Untuk mendaftar
sebagai peserta launching SESEG, kita memiliki 2 pilihan, paket A dengan harga
Rp. 75.000,00 peserta mendapatkan 'tas' unik yang bisa dipasang di setang atau
di bawah seatpost yang bisa dipakai untuk 'tempat' menaruh bidon dan
pernak-pernik lain. Paket B dengan harga Rp. 120.000,00 peserta mendapatkan
kaos event. Untuk 'mengurangi' kian menumpuk koleksi kaos event di rumah, lol,
saya dan Ranz memilih paket A.
Usai mengambil
racepack, kita berdua kembali ke penginapan. Penginapan sudah mulai ramai
dengan kawan-kawan peserta launching SESEG terutama kawan-kawan KomseliS.
Malam itu sebagian
dari kita NR untuk mencari makan malam; karena khawatir kelelahan, kita tidak
ikut event NR yang disediakan oleh panitia. :) tempat yang kita kunjungi
pertama setelah meninggalkan penginapan adalah Omah Koeno, yang telah berubah
fungsi menjadi café. Kata Tatak, café ini menawarkan kopi terbaik di kota Pati
karena barristanya yang sudah terkenal dan
baik hati mengajari orang-orang di Pati yang ingin belajar membuat kopi.
Seorang kawan yang asli Pati memberitahu kita informasi untuk makan malam 'soto
kemiri' jika ingin mencicipi satu masakan khas Pati. Setelah berfoto bersama
untuk kenang-kenangan, kita pun meluncur ke rumah makan yang disebutkan.
Soto Kemiri ini
berkuah santan, seperti soto Kudus, beda dengan soto Semarang maupun Solo yang
berkuah bening. Perut saya tidak bermasalah makan makanan bersantan, tapi Ranz
biasanya bakal mengeluh jika harus memakan masakan bersantan. Untunglah, malam
ini Ranz bersedia makan dengan menu yang sama.
Usai makan, kita
gowes kembali ke penginapan. Beberapa dari kita mampir ke satu minimarket untuk
membeli beberapa barang yang kita butuhkan. Saya dan Ranz menyempatkan diri
gowes memutari alun-alun, demi mengurangi lemak yang menempel di perut maupun
pinggang sebelum kembali ke penginapan.
Minggu 13 Oktober
2019
Menjelang pukul lima
tigapuluh pagi pelataran parkir penginapan sudah riuh rendah dengan suara
kawan-kawan KomseliS yang mempersiapkan diri untuk berangkat ke kantor Bupati
Pati, tikum peserta launching SESEG Pati. Setelah foto bersama untuk
dokumentasi, kita beriringan mengayuh pedal sepeda lipat masing-masing menuju
tikum, yang terletak kurang dari satu kilometer dari penginapan. Sampai sana,
ternyata suasana masih cukup lengang. Namun begitu kedatangan rombongan dari
Semarang, suasana pun langsung ramai. 😝
Bapak Bupati Pati
sendiri yang memberangkatkan pasukan gowes launching SESEG sekitar pukul 06.25.
jumlah peserta kurang lebih ada 200 orang. Tatak bilang bahwa trek menuju
Bendungan Gunung Rowo didominasi tanjakan, tidak jauh berbeda dengan area
Gunung Pati, Semarang. Untungnya tidak ada trek tanjakan securam trek menuju
kampus Unnes di Sekaran, selepas kreteg Wesi tak jauh dari jalan Dewi Sartika
itu. Lol. Namun di awal-awal tentu trek masih datar, meski trek yang dipilih
kadang berupa jalanan aspal yang sudah rusak, namun masih lumayan aman lah buat
sepeda lipat.
Pemandangan di
sepanjang jalan didominasi dengan pohon-pohon kering kerontang yang eksotis dan
magis. Tentu ini disebabkan musim kemarau yang cukup lama tahun ini.
Kita sampai di
bendungan Gunung Rowo setelah menempuh jarak kurang lebih 19,5 kilometer dari
penginapan, berarti sekitar 18,5 kilometer dari tikum. Disana panitia
menyediakan air mineral dan buah semangka yang segar sekali. Kebetulan tidak
jauh dari tempat kita berfoto-foto ada sepasang suami istri yang berjualan
jajanan khas anak-anak Pati, misal sempolan, dan mereka pun menjadi tumpuan
jajan kawan-kawan KomseliS yang ternyata doyan jajan makanan khas anak-anak
SD/SMP ini. 😉
Setelah puas jajan
dan foto-foto, kita kembali melanjutkan kayuhan pedal kembali ke kota. Acara
puncak berupa makan siang, pemotongan tumpeng, pembagian door prize serta
lelang frame sepeda lipat dilaksanakan di RM Dua Ikan, Pati.
Keseluruhan acara
usai pukul 12.35. Kita kembali ke penginapan, packing dan check out.
Sekitar pukul 13.15
saya dan Ranz sudah dalam bus yang meninggalkan terminal Pati. Tiket bus
ekonomi ber-AC ini Rp. 30.000,00, dan alhamdulillah free bagasi. Kita turun di
jalan ujung menuju terminal Terboyo, sekitar pukul 15.15. untunglah jalan
menuju Demak belum sampai momen ketika macet. :) Ranz mengajak mampir ke warung
susu Karangdoro untuk minum es teh (aku) dan es susu coklat (Ranz).
Dari sana, kita
gowes ke kos Ranz, dia janjian dengan Tami untuk meminjam kompor yang biasa
dipakai untuk camping. Di kos, Ranz sempat mandi dan ganti baju. Pukul 17.00
kita telah sampai di travel Xtrans yang terletak di Jalan Menteri Supeno,
untung masih ada tempat duduk buat Ranz untuk keberangkatan travel pukul 18.00.
setelah membeli tiket, kita sempat jajan di Mbah Jo, Ranz kelaparan karena
ketika di RM Dua Ikan dia ga bisa makan dua jenis masakan yang disediakan.,
soto berkuah santan dan sego gandul. Pukul 18.00 travel yang dia naiki mulai
meninggalkan pool, dan saya kembali mengayuh pedal Austin kembali ke rumah.
Sampai bertemu di
kisah sepedaan kita berikutnya ya.
LG 14.36
14-October-2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.