Cari Blog Ini

Rabu, 30 September 2020

Sepeda lipat resmi boleh masuk BRT

Konsultasi Publik III

Urban Mobility Plan

Rencana Aksi dan Implementasi

 

 Hari Senin 29 September 2020 saya dan Arif Daeng menghadiri acara yang bertajuk "Konsultasi Publik III Urban Mobility Plan Rencana Aksi dan Implementasi" yang diselenggarakan di Hotel Novotel pukul 12.00 - 16.30. Kami berdua mewakili komunitas sepeda kota Semarang.

  

Berdasarkan visi misi kota Semarang, yakni "Kota Semarang Kota Perdagangan dan Jasa yang Hebat Menuju Masyarakat Semakin Sejahtera", Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang tahun 2011 - 2031 meliputi

  

1.     Mewujudkan kehidupan masyarakat yang berbudaya dan berkualitas

2.     Mewujudkan pemerintahan yang semakin handal dalam meningkatkan layanan publik

3.     Mewujudkan kota metropolitan yang dinamis dan berwawasan lingkungan

4.     Memperkuat ekonomi kerakyatan berbasis keunggulan lokal dan membangun iklim usaha yang kondusif

 

Hasil skenario komitmen kebijakan transportasi berkelanjutan bisa dibaca di bawah ini:

 

1.     Perbaikan layanan angkutan umum ke simpul-simpul utama transportasi

2.     Pembangunan infrastruktur dan simpul angkutan barang dengan kapasitas yang memadai untuk menjamin ketahanan warga kota

3.     Perbaikan kinerja dan kualitas jalan arteri primer dan sekunder

4.     Pengembangan jalan lingkar luar, tengah, dan dalam

5.     Pembangunan fasilitas dan kawasan transportasi tidak bermotor

6.     Pembangunan Intelligent Transport System

7.     Pembatasan penggunaan kendaraan pribadi

8.     Meningkatkan pangsa penggunaan angkutan umum menjadi 20% pada tahun 2030

9.     Penurunan polusi transportasi melalui pembangunan sistem transportasi rendah karbon

10.      Peningkatan keselamatan jalan

  

Dari pembahasan sekian strategi dan target Urban Mobility Plan, saya akan melaporkan yang paling penting diketahui oleh kawan-kawan pesepeda.

  

Rencana aksi fisik untuk strategi kendaraan tidak bermotor yaitu

 

1.     Peningkatan fasilitas trotoar dan penyeberangan di jalan arteri dan kolektor dalam kota

2.     Perbaikan akses pejalan kaki dan pesepeda pada simpul-simpul angkutan massal

3.     Pengembangan satu kawasan Transportasi Tidak Bermotor baru (selain seperti 'rahasia umum' yakni area Kota Lama)

4.     Pengembangan jaringan fasilitas pesepeda di koridor angkutan massal

 


UMP merencanakan akan dibangun jalur khusus sejauh 12,8 kilometer untuk BRT dari Simpang Ngaliyan sampai Simpang Sukarno Hatta. Jalur sepeda direncanakan juga disediakan berdampingan dengan jalur khusus untuk BRT ini. Seperti kita tahu area Krapyak memiliki badan jalan yang sangat lebar sehingga bisa dibagi untuk jalur khusus BRT dan jalur sepeda.

 

 Berita menggembirakan dari pihak Trans Semarang yakni mereka akan mengeluarkan peraturan yang jelas bahwa sepeda lipat boleh dibawa naik bus Trans Semarang, terutama jika bus dalam kondisi tidak penuh penumpang. Seperti yang kita tahu selama ini, ada kawan-kawan pesepeda yang 'beruntung' bisa naik BRT dengan membawa sepeda lipat, sedangkan ada juga kawan-kawan yang ditolak. Pihak Trans Semarang berdalih bahwa belum semua petugas di lapangan tahu peraturan baru bahwa SEKARANG sepeda lipat boleh dibawa naik BRT.

 

 (FYI, sekitar 3/4 tahun lalu saya dan Tami menghadiri Forum Group Discussion yang membahas hal ini juga, pihak dishub propinsi membolehkan sepeda lipat dibawa masuk BRT, namun dishub kota melarang, dengan alasan BRT yang menjadi angkutan massal primadona sering penuh dengan penumpang jadi sudah menyediakan ruang untuk mereka yang membawa sepeda lipat.)

 

Untuk sementara ini, masih sepeda lipat yang bisa dibawa naik BRT, sepeda jenis lain belum bisa.

  

Ketika membahas jalur sepeda, UMP sudah merencanakan seperti yang saya tulis di paragraf atas, yakni dibangun bersamaan dengan jalur khusus untuk BRT. Saya mencoba menyatakan bahwa jalur sepeda yang benar-benar aman dan nyaman untuk pesepeda kebanyakan (bukan pembalap ya) misal para bike-to-worker adalah seperti yang di beberapa dekade lalu kita kenal sebagai 'slow lane' alias jalur lambat, yang terpisah dari fast lane alias jalur cepat. Jika ada target di tahun 2030 penggunaan angkutan massal akan mencapai 20% dari total perjalanan orang, dan cakupan layanan angkutan umum mencapai 80% dari luas wilayah kota, pemerintah bisa mengeluarkan peraturan agar kian banyak warga beralih ke angkutan massal, maka jalan raya tidak akan dipenuhi kendaraan pribadi sehingga mengurangi kepenuhan jalan raya atas kendaraan pribadi yang mungkin bahan bakarnya tidak ramah lingkungan.

 

Perwakilan dari Kasatlantas menyatakan bahwa pihak Satlantas telah melakukan kajian menyediakan jalur sepeda di sekitar Simpanglima, Jalan Gajahmada, Jl. Depok, Jalan Pemuda (dari Paragon sampai Tugumuda), Tugumuda, Jalan Pandanaran.


Demikianlah point-point yang bisa saya laporkan. Terima kasih.

 

Nana Podungge

Ketua B2W Semarang

 

PT56 21.58 30 September 2020

 

Jumat, 25 September 2020

Pitnik, ngeloop, atau gowes kluwer?

Seingatku, di awal-awal sepedaan, sekitar tahun 2008 - 2009, beberapa kawan sepeda mengajak 'pitnik' alias bersepeda untuk 'piknik' atau untuk 'berdarmawisata': jadi mengunjungi satu destinasi wisata, kemudian bersepeda balik. Ini selain ngikut funbike lho ya. Sebagai contoh: di hari Minggu pagi bersepeda ke Pantai Maron (yang waktu itu masih ada area berpasir secara alami), atau yang cukup esktrim, ke stasiun Kedungjati. Ini di bulan November 2008 kalau tidak salah. Waktu aku dan beberapa kawan bersepeda di Jogja, tujuan sepedaan kita ke Tamansari, dari rumah mertuanya Om Dar a.k.a Boil Lebon di Jakal km 8.

 


November 2008, di benteng Vredeburg


Januari 2015, pitnik rame2


 

Maka, tahun-tahun berikutnya, aku pun 'istiqomah', lol, alias mengikuti kebiasaan ini. Pertama gowes keluar kota 'duet' berdua dengan Ranz, kita bersepeda dari Solo ke Jogja. Semula tujuanku adalah Ganjuran, Bantul, namun akhirnya kita malah nanjak ke Kaliurang. Hihihi … Gowes dalam kota di hari Minggu pagi pun, kita juga 'pitnik', misal ke Pantai Cahaya, Weleri, ke Nglimut, area hutan mangrove di Tapak dan Mangkang, Sekatul, dll.

 

 


Entah mulai kapan istilah 'ngeloop' mulai populer. Mungkin saat sekelompok pesepeda di Jakarta ngeloop lapangan Monas ya, sekian tahun yang lalu. Aku yang 'buta' daerah geografi Jakarta, tidak tahu seberapa jauh sekali bersepeda memutari lapangan Monas. Satu kali, aku iseng mencoba 'ngeloop' jalan sekitar sungai Banjirkanal Barat, karena kulihat banyak pesepeda naik road bike di pagi hari 'latihan' ngebut di jalan Basudewo - Bojongsalaman ini. Ternyata, aku bosan sekali, kawans! Sekali memutari jalan Basudewo - Bojongsalaman ini kuhitung jaraknya sekitar 2,4 kilometer. Dua kali memutar, aku bisa dapat jarak 4,8 kilometer, tapi, oh mai god, jenuh sekali hanya memandang jalan yang sama, pemandangan yang sama. Rasanya nyaris ingin muntah-muntah. Lol. Kayaknya aku memang cocok masuk tipe gowes piknik. Hahahah … Well, meski pernah juga satu kali aku mencoba berbicara pada diri sendiri untuk mencoba ngeloop BKB, minimal 8 kali laah, agar bisa mencapai jarak hampir 20 kilometer, tanpa perlu pergi jauh-jauh. Ternyata, sore itu, aku sanggup ngeloop hingga 12 kali, dengan tambahan sekali bersepeda ke arah Tugumuda untuk beli semangka di tukang 'hik' dekat pasar Bulu. Aku bisa 'menghipnotis' diri tanpa merasa perlu muntah-muntah, lol. Aku menempuh jarak 30 kilometer. Wow. Aku meng-WOW-i diri sendiri. Kekekekekeke …

 

ini bukan 'gowes kluwer' melainkan turing AKAP :D


Beberapa bulan terakhir ini aku mengamati kawan-kawan pesepeda di dunia maya, mulai menggunakan istilah 'kluwer'. Aku menerjemahkannya sebagai bersepeda ke kota yang dituju (misal "Kendal Kluwer"), yaitu Semarang - Kendal, begitu sampai sana, langsung balik lagi ke Semarang, tanpa berkunjung kemana-mana. Kalau pun mampir ke satu tempat, ya mungkin itu rumah makan untuk mampir sarapan dan minum. Kalau ini, berarti aku juga pernah melakukannya; saat 'latihan' gowes jauh, aku dan Ranz dulu kadang bersepeda Semarang - Demak - Semarang, berhenti hanya untuk (1) mampir pom bensin buat nunut ke toilet (2) motret di depan masjid agung Demak. :D Atau di tahun 2017 dulu, aku dan para gadis pelor, bersepeda Semarang - Kudus - Semarang untuk latihan J150K.

 

pitnik ke Baluran, gratis, dibayari Ranz, hihihi


di hutan Penggaron, Maret 2015

 

Kalau kamu, mana yang paling kamu sukai? Kalau aku, paling suka bersepeda turing antar kota, dibayarin pulak. Haghaghaghag …

 

 

PT56 11.44 25 September 2020

  

Kamis, 24 September 2020

Jamselinas X

 


Sebenarnya, tanggal 10 Oktober 2020 para lipaters seluruh Nusantara -- yang telah tercatat sebagai peserta -- bakal membanjiri kota Magelang untuk saling bersilaturrahmi dalam event "jamboree sepeda lipat nasional" yang kesepuluh. Namun, ternyata segala yang telah direncanakan oleh ribuan orang ini "berkembang" ke arah yang sama sekali tidak kita harapkan. :(

 

 

 

Seperti yang kita semua sudah tahu, pandemi covid 19 telah mengubah kehidupan banyak negara di seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Event-event yang telah direncanakan sejak bulan Maret 2020 (event-event yang dipandang bakal menyebabkan kerumunan orang) terpaksa dibatalkan satu per satu.

 

 

Waktu pendaftaran jamselinas X dibuka di bulan Maret 2020 sebenarnya pandemi sudah 'say hello', tapi kita yang kurang 'ngeh' tidak menganggap pandemi ini bakal ngendon lama. Aku pikir, "Oktober masih lama, 6 bulan lagi, pasti virus corona sudah kabur dari bumi Indonesia."  Maka, ya itulah, masih ribuan orang pede mendaftar, bahkan di awal2 pembukaan pendaftaran, 'rebutan' mendaftar paling awal pun terjadi. :D

 

 

Di pertengahan bulan Maret itu, pemerintah mengeluarkan pengumuman untuk mengadakan 'karantina' mandiri di kediaman masing-masing selama 2 minggu; anak-anak sekolah pun mempraktekkan pjj, alias pelajaran jarak jauh. Namun ternyata, yang semula hanya 2 minggu, diundur hingga akhir Mei, sekitar 2 bulan. Juni awal, pemerintah kembali menghimbau terus mempraktekkan pjj untuk anak-anak sekolah, dan work from home alias bekerja dari rumah bagi sebagian (besar) ASN.

 

 

 

Awal Juli (event Tour de Pangandaran X yang rencana diselenggarakan tanggal 4 Juli akhirnya resmi dibatalkan juga) pemerintah mulai memasyarakatkan gerakan "New Normal"; alias kembali mengerjakan kegiatan sehari-hari seperti biasa namun dengan mempraktekkan protokol kesehatan dengan ketat: (1) mengenakan masker (2) jaga jarak (3) cuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer sesering mungkin.

 

 

 

Aku pribadi masih optimis, bulan Oktober masih 3 bulan lagi (dari bulan Juli). Namun menjelang akhir bulan Juli suara-suara untuk tetap menyelenggarakan jamselinas X atau 'membatalkannya' mulai kerap menghiasi grup FB Indonesia-FoldingBike a.k.a ID-FB. Aku tengarai para 'newbie' yang di awal-awal sempat ikut gontok-gontokan mendaftar duluan waktu pendaftaran dibuka di bulan Maret, mereka pula yang getol menyuarakan 'batalkan saja, kembalikan uang yang telah kita bayarkan'. Para 'pemain lama' tentu akan dengan sabar menunggu pengumuman resmi dari panitia, tanpa merasa harus ikut campur berpolemik di media sosial.

 

 

 

Duh, kebayang sedihnya para panitia kawan2 Sepedalipat Magelang menghadapi suara-suara miring seperti itu. Merek tentunya ingin Magelang tetap dibanjiri para seliers, ingin para pendonor event -- misal hotel-hotel atau Dinas Pariwisata Magelang -- tetap merasa bahagia, selain mendapatkan keuntungan secara finansial dengan kedatangan para seliers. Namun, di sisi lain, jika ribuan seliers tetap memadati kota Magelang, kemungkinan terjadi klaster baru pasien positif covid 19 sangat besar.

 

 

Mengembalikan uang pendaftaran?

 

 

You must be kidding!

 

 

Uang pendaftaran sudah masuk sejak bulan Maret. Dengan harapan besar plus kepercayaan diri bahwa di bulan Oktober Magelang akan menjadi tuan rumah perhelatan akbar lipaters seluruh Nusantara, tentu panitia telah menyiapkan segala hal: misal, merancang dan mendisain merchandise (jersey, tas slempang, cangkir, sticker, medali finisher, dll) yang akan dibagikan pada para peserta, kebutuhan administrasi ini itu itu ini, jelas ini butuh dana. Karena tentu panitia tetap berharap event 'naik hajinya para pesepeda lipat seluruh Nusantara' ini tetap terselenggara sebagaimana mestinya.

 

 

Aku ingat di bulan Agustus -- sebelum panitia mengumumkan secara resmi bahwa event akan diubah menjadi 'virtual ride' -- ada beberapa 'status' di grup ID-FB yang kembali memojokkan panitia, dan ternyata yang menulis bukan 'newbie' jamselinas. :( :( :( sebagai 'mantan' (salah satu) panitia 7amselinas, aku bersyukur KomseliS tidak mengalami hal seperti ini. Lelah fisik dan psikis selama beberapa bulan menjelang penyelenggaraan 7amselinas satt itu terasa terbayarkan setelah event akbar itu usai, meski tentu tetap ada suara-suara sumbang di antara ribuan peserta. Tapi, menurutku pribadi, itu jauh lebih mending ketimbang beban psikis panitia jamselinas X ini.

 

 

Aku menulis ini tanggal 24 September 2020. "Racepack" jamselinas X telah kuterima beberapa hari lalu, ya, panitia akhirnya memutuskan untuk tetap menyelenggarakan event, namun secara 'virtual'; artinya para peserta diharapkan tetap bersepeda di kota masing-masing, atau tetap datang ke Magelang, namun bersepeda sendiri-sendiri untuk menghindari kerumunan dengan cara mengikuti aturan main yang telah ditentukan oleh panitia.

 

 

 

Dan, akhirnya, jamboree sepeda lipat nasional kesepuluh ini menjadi jamboree pertama yang diadakan secara virtual. Akankah diikuti oleh jamselinas XI? Seandainya, tahun 2021 nanti kondisi Indonesia belum jauh berubah dari tahun ini, tetapkah ada satu kota (yang diwakili satu komunitas sepeda lipat kota itu) mem-volunteer-kan diri menjadi host?

 

 

Secara pribadi, aku tidak keberatan jamselinas X ini diselenggarakan secara 'virtual', di antara beberapa merchandise dalam 'racepack' yang paling kusukai adalah tas slempangnya! Ouww … imuuuut, kayak akyuuuh. Hahahahah … Dolan ke Magelang bisa dilakukan kapan-kapan lagi; bersilaturrahmi dengan para lipaters dari seluruh penjuru Nusantara juga bisa dilakukan secara virtual kok, lewat medsos, ye kaaan? Hohoho …

 

 

Yuuuk tetap semangat bersepeda lipat!!!

 

 

PT56 17.14 24 09 2020

 

Senin, 14 September 2020

Busana untuk bersepeda

 "Busana untuk bersepeda"

Sejak kegiatan bersepeda "naik daun" di tengah masyarakat, iklan2 "baju yang nyaman untuk bersepeda" muncul di medsos. Dan satu foto Radit yang dia beri kepsyen "saat bersepeda belum seribet sekarang" 😅😅😅 mengingatkanku pada obrolan kita sekian tahun lalu. Bagi dia, baju yang biasa kupakai waktu bersepeda (kaos/jersey lengan panjang, kalau lengan pendek aku pakai "manset" sejak berangkat dari rumah, dan celana panjang, lihat di foto bawah ini) itu sangat tidak nyaman karena satu hal: SUMUK 😅 Dia bilang kalau sepedaan ya pakailah celana pendek dan kaos/jersey lengan pendek, dijamin nyaman karena silir 😂 kaki dan tangan pun bebas bergerak.



Ranz setuju dengan pendapat Radit ini. Mereka berdua nampak ga peduli jika hasilnya warna kulit lengan dan kaki bakal belang 🤣🤣🤣 kadang Ranz pakai kaos/jersey lengan panjang, biasanya ini kaos/jersey event atau kembaran denganku, tapi seperti biasa, lengan akan dia gulung sampai sesiku 😁


Well, sebenarnya aku setuju juga. Hihihi ... kalau sepedaan sore/malam hari aku juga suka pakai kaos lengan pendek dan celana pendek, tubuh terasa lebih ringan 😛 tapiiiii, aku (masih) perempuan yang sedih jika warna kulit lengan dan kakiku blang blonteng 🤪🤪🤪 jangankan pakai kaos/celana pendek, sekian tahun lalu waktu aku rajin bersepeda setiap pagi, mengenakan jersey dryfit, setelah sebulan full punggungku belang 😝😝😝 you know bagian mana yang "membentuk garis malang" ya 🤭🤭🤭


Tapi, eh, ngomong2, kata seorang sobat sepeda (yang namanya lebih baik kusamarkan), paling enak itu saat nyepeda ga pakai cd (I am serious, don't think it nasty or what), ga ada yang nyelip2 di pantat soalnya. Kalau ga percaya, sila coba sendiri.


FYI, sejauh apa pun aku bersepeda, aku belum pernah pakai celana padding.