Cari Blog Ini

Minggu, 26 Maret 2023

Ke Srambang (lagi!)

 

Sejak bersepeda ke Ngawi dan berkunjung ke Srambang di akhir tahun 2019, Ranz berulang kali mengatakan ingin dolan ke Srambang lagi. Pandemi telah membuat kami harus terus menunda-nunda dolan kami ke Ngawi.

Hingga akhirnya kesempatan itu datang! 

19 February 2023 aku dan Ranz ke Srambang lagi. Kali ini kami tidak hanya berdua, namun berenam, bersama Deven, mas Martin dan mbak Niken, plus Rama. Karena naik mobil, kami bisa langsung berangkat dari Solo, lewat jalan tol agar perjalanan cepat, dan langsung balik lagi ke Solo. 

Dari Srambang, kami mampir ke Benteng Van den Bosch. To our surprise, penampakan Benteng peninggalan pemerintah kolonial Belanda ini tak lagi nampak vintage seperti waktu kami kunjungi di bulan Desember 2019 karena sudah direnovasi.




















P.S.:

aku baru kepikiran menulis pengalaman ini beberapa bulan setelah perjalanan ini, so I don't remember a lot of things. hahaha ... yang penting aku tulis lah ya, untuk arsip.

Selasa, 14 Maret 2023

J150K 2023 THE NEXT LEVEL ENDURANCE

 


Seperti tahun-tahun sebelumnya, J150K selalu diselenggarakan di hari Sabtu -- instead of Sunday, seperti biasanya event ulang tahun komunitas sepeda lipat -- karena tentu bersepeda sejauh 150 kilometer membutuhkan waktu tidak hanya sekedar 4 - 5 jam, kecuali bagi mereka yang pro ya. Peserta J150K tidak semua pembalap, ada juga yang penggembira, termasuk orang-orang seperti aku yang hanya seorang bike-to-worker, yang butuh waktu sekitar 10 jam untuk 'melahap' jarak 150 kilometer :)

 

Itulah sebabnya, aku pun berangkat ke Jogja di hari Jumat 3 Maret 2023. jika di tahun 2017 dan 2019, aku berangkat naik KA Kalijaga menuju Solo, kemudian dari Solo menuju Jogja naik KA Prameks bersama Ranz, tahun ini aku naik travel Citi*****. Selain karena KA Kalijaga sudah tidak lagi beroperasi, semenjak pandemi tahun 2020, aku sudah biasa pergi ke Solo maupun Jogja naik travel.

 

Dari pool Citi*****, mobil yang aku tumpangi berangkat pukul 09.00. mobil masuk jalan tol, keluar di pintu gerbang tol Colomadu, menuju Kartasura, kemudian belok ke arah Klaten, lanjut ke Jogja. Mobil sampai di pool Jogja pukul 11.35. sementara itu, Ranz naik KRL yang berangkat dari stasiun Purwosari pukul 11.26, dia turun di stasiun Lempuyangan. Aku mengayuh pedal Austin menuju almamater tercinta, Universitas Gadjahmada, untuk memotret Austin dengan latar belakang tulisan UNIVERSITAS GADJAHMADA dan FAKULTAS ILMU BUDAYA, sembari menunggu Ranz datang.

 

Sekitar pukul 12.45 Ranz sudah menyusulku di 'bunderan' UGM, kemudian kami bersama bersepeda menuju Jalan Kaliurang. Ranz mengajak mampir di satu kedai roti beraroma kopi, dan … aku tergoda dengan bau kopinya yang wangi. Maka, ketika Ranz menawariku mau minum apa, aku memilih iced cappuccino. Well, terakhir aku bikin iced cappuccino sendiri sekian minggu sebelumnya, lambungku langsung sakit sampai aku tak berdaya untuk ngapa-ngapain. Nah, kali itu kok aku ngeyel yak tetap memilih minum iced cappuccino? Well, at least, ingredients-nya beda kan ya dibandingkan yang aku buat sendiri: cappuccino sachetan yang biasa aku beli di supermarket dekat rumah. Sluman slumun slamet.

 

Setelah menghabiskan satu biji roti dan minum iced cappuccino (Ranz minum es coklat), kami melanjutkan perjalanan menuju hotel tempat kami menginap, hotel RedDoorz yang terletak 500 m di sebelah Timur Monumen Jogja Kembali.

 

Sore itu, Ranz mengajak ke pendopo Ambarrukmo dengan naik taksi online, untuk mengambil 'ride pack' J150K, karena jarak tempuh bisa sampai 20 kilometer pp. well, I don't mind riding Austin there, tapi karena Ranz ogah, ya wis lah, malah enak kan tinggal duduk manis di taksi? Lol. Malamnya kami keluar lagi untuk makan malam, sempat menyusuri Jl. Palagan sekitar 500 meter, ada satu warung nasgor/migor, tapi penuh, maka aku mengajak Ranz ke arah Selatan, Jl. Nyi Tjondrolukito. Untunglah kami menemukan satu warung sejeni. Aku memesan nasgor, Ranz memesan migor.

 

Malam itu, aku ternyata tidak bisa tidur! Es cappuccino yang rasa pahitnya terasa sekali itu membuatku tidak bisa tertidur! Apalagi hotel yang kami inapi terletak di pinggir jalan ringroad (Eh, namanya Jl. Pajajaran yak? Baru tahuuu saat naik taksi online, sang supir menggunakan google map yang menunjukkan direction dengan suara yang lumaya keras), jelas suara deru mesin kendaraan yang lewat bisa aku dengar dengan jelas. Payah ini. Keesokan hari aku akan bersepeda sejauh 150 kilometer, dan aku belum bisa tertidur hingga lewat tengah malam!

 

Sabtu 4 Maret 2023

 

Semalam Ranz berpesan jika aku sudah bangun terlebih dahulu, dia memintaku untuk memulai 'ritual pagi' terlebih dahulu, tanpa menunggu dia bangun, mandi dll. Tapi karena aku belum juga berhasil terlelap sampai jam 2 dini hari, aku tetap melanjutkan leyeh-leyeh di tempat tidur ketika aku mendengar suara adzan subuh sekitar pukul 04.20. apalagi di luar hujan. Duh, males banget baru mau berangkat menuju tikum event kok sudah hujan ya? Andai saat itu, Ranz mendadak enggan berangkat gegara hujan, aku pasti tidak keberatan, lol.

 

Namun ternyata jam 05.30 Ranz sudah mengajakku turun dari lantai 2 (kamar kami menginap terletak di lantai 2). Di lobby hotel, aku melihat 2 orang lain lagi yang sedang bersiap-siap berangkat menuju Monjali. Mereka mengenakan mantel. Tanpa babibu, Ranz langsung mengeluarkan sepeda. Jelas di luar masih gelap gulita. Waktu aku mengikuti Ranz keluar, ternyata sudah tidak hujan! Ahh, syukurlah. Kami berdua pun langsung mengayuh pedal menuju Monjali.

 

Panitia menyatakan bahwa 'pasukan' peserta J150K yang mencapai sekitar 1100 orang akan diberangkatkan pukul 06.00. aku dan Ranz lumayan berada di dekat balon start/finish. Sementara menunggu jam keberangkatan, MC mulai menyapa peserta dan mengobarkan semangat, eh, gerimis turun lagi. (hari ini aku sengaja membawa 2 mantel dalam tas.) aku lihat banyak peserta di sekitarku yang kemudian mengenakan mantel. Aku bertanya pada Ranz apakah dia akan mengenakan mantel, dia jawab tidak. Dan … aku ikutan. (hoho, padahal aku bawa 2 mantel loh!)

 

Setelah sambutan dari Bupati Sleman, Ibu Kustini Sri Purnomo dan Kepala Dinas Pariwisata DIY, Bapak Singgih Raharjo, pasukan peserta J150K dilepas pukul 06.10. paling depan sebagai voijrider adalah ada kepolisian DIY, dilanjut oleh marshall yang naik sepeda motor, dan road captain yang naik sepeda. Ke luar dari Monjali, peserta diajak menyusuri jalur utama ring road menuju Timur, ke arah Kalasan. Jika semula hanya gerimis saat kami meninggalkan titik start, di tengah jalan, gerimis menderas. Basah kuyub jelas, terkena air hujan, kena cipratan genangan dari bawah sepeda, plus cipratan genangan air yang dilalui kendaraan-kendaraan besar yang menyalip kami, lol.

 

Kami kehujanan nyaris sejauh 25 kilometer. Kurang 500 meter menuju Water Station 1 (waktu itu kami belum 'ngeh' bahwa WS sudah dekat) hujan sudah berhenti, Ranz mengajak mampir di satu pom bensin untuk pipis. Di sini aku lihat beberapa peserta yang juga mampir untuk pipis sekaligus melepas mantel. Ada yang melipat mantel dan menyimpannya di tas pannier yang nangkring di boncengan sepeda, namun ada juga yang membuang mantel yang baru mereka pakai di tong sampah. (niatku semula ya seperti ini, itu sebabnya aku membawa 2 mantel.)

 

Setelah keluar dari pom bensin untuk melanjutkan perjalanan, ternyata tidak lama kemudian kami tiba di WS 1, Jl Raya Piyungan - Prambanan. :)  di sini, panitia membagikan pisang dan air mineral. Ini sekitar jam 07.40. Setelah menghabiskan 1 pisang, dan minum beberapa teguk air, aku dan Ranz melanjutkan perjalanana. Strava menunjukkan angka 25 kilometer. (syukurlah meski kehujanan, tas cangklongku tidak aku selimuti plastik, 2 gadgets nampak baik-baik saja.)

 

Hujan sudah berhenti, aku pun berharap sinar matahari akan mengeringkan baju yang aku pakai. Kami sampai di Check Point 1 pukul 09.13, strava menunjukkan angka 52 kilometer. Di CP 1 (Jl. Imogiri Siluk, Ngatsuro) ini, panitia menyediakan arem-arem yang dibalut telur dadar, dan air mineral. Aku makan 1 arem-arem, minum beberapa teguk air, kemudian melanjutkan perjalanan.

 

Selepas CP 1 ini, panas sinar matahari mulai terasa menusuk :D  apalagi setelah kami sampai di area Depok, Parangtritis, kecamatan Kretek. Jalan panjang, di sisi kiri kanan sawah, membuat angin yang berhembus kencang kian terasa mengombang-ambingkan hati, eh, emosi, eh, apa ya? Pokoknya kayuhan kian terasa berat, lol.

 

Water Station 2 terletak di kilometer 74, di Jl. Pantai Goa Cemara, setelah melewati jembatan baru. Aku dan Ranz sampai sini pukul 11.00. hampir 2 jam dari CP 1. di sini panitia membagi roti berisi pisang maupun nanas kepada peserta, selain tentu saja air mineral. Tidak terlihat toilet yang layak di sini. Ada, tapi ya begitu deh kondisinya. Untunglah aku sedang tidak begitu kebelet pipis.

 

Meninggalkan WS 2, sinar sang mentari kian menyengat, apalagi menjelang tengah hari. Ranz sudah nampak ogah-ogahan di sini. Aku mulai memutar otak aku harus bagaimana untuk membangkitkan semangatnya. Aku melihatnya mulai mengayuh pedal dengan setengah hati. Pedal dikayuh 5 kali, kemudian kakinya berhenti mengayuh, menikmati suara dari crank … waduh.

 

Kami sampai di Check Point 2 pukul 12.30, daerah Kaliwiru, Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo. Strava di gadget menunjukkan angka 94 kilometer, namun panitia memajang poster CHECK POINT 2 KILOMETER 100. :) Hidangan makan siangnya nasi sop, disediakan juga teh plus es batu bagi yang ingin minum es teh. Tentu saja aku hanya berani minum air mineral, tidak berani yang lain. Ranz yang semula nampak ogah-ogahan, kembali nampak semangat karena sopnya enak. :)

 

(Intermezzo: aku sempat tidak pede untuk bersepeda sejauh 150 kilometer ini, mengingat (1) cedera kakiku belum sembuh 100% (2) perut yang beberapa kali bermasalah di beberapa bulan terakhir membuatku tidak bisa 'latihan'; perpaduan dua kasus ini (plus hujan yang turun terus menerus di bulan Januari/Februari) membuatku tidak bisa latihan sama sekali, padahal karena sudah jarak bersepeda jarak jauh, aku harusnya latihan menjelang 4 Maret 2023. itu sebabnya aku sendiri beberapa kali bilang ke Ranz untuk tidak usah ngoyo, kalau harus loading, ya loading saja, minimal setelah kami sampai di Check Point 2.)

 

Setelah makan siang, kami melanjutkan perjalanan. Alhamdulillah kondisiku -- baik kaki maupun perut -- baik-baik saja. Emosiku juga terkontrol dengan baik. Ranz yang kadang nampak emosi melihat banyak peserta yang dikawal mobil-mobil untuk mereka loading, begitu mencolok mata! Lol. Dia ngomel-ngomel ngalor ngidul. Awal mula meninggalkan CP 2, Ranz masih baik-baik saja. Namun setelah sekitar 10 kilometer terlampaui, dia kian terlihat ogah-ogahan. Dia kembali ngomel tiap kali ada peserta yang nampak turun dari mobil tempat mereka loading, kemudian mengayuh pedal sepeda dan menyalip kami, lol.

 

Aku berusaha menenangkannya dengan mengatakan fokuslah pada dirimu sendiri. Aku ingat di J150K pertama kami, tahun 2013, aku sering merasa grusa grusu begitu ada yang nyalip kami, aku langsung mempercepat kayuhan, yang membuat nafasku terengah-engah, dan aku jadi cepat lelah. Ranz mengingatkanku untuk fokus ke speed-ku sendiri saja. Kali ini gantian aku yang bilang ke dia, "motivasi tiap peserta di event ini beda-beda tentu saja. Motivasiku adalah untuk ngetes diriku sendiri: masih mampu ga bersepeda sejauh 150 kilometer, setelah lama sehari-hari hanya bike-to-work. Kalau motivasi mereka yang lodang loding ya embuh lah ya.  Tentunya motivasimu sama kan dengan motivasiku?" Ranz menjawab dengan ketus, "tidak!" lol. Wis pol nyebeline bocah siji iki, lol.

 

"Aku kesal ketika mereka menyalipku dengan riang gembira. Ya tentu saja tenaga mereka masih full orang habis loading!" wkwkwkwk … aku ngekek ingat aku sendiri di tahun 2013 dulu itu, tapi ya tetap saja Ranz emosi. Karena akhirnya aku ga tahan harus terus menerus menahan diri di belakang Ranz, dan dia sendiri bilang, "Sana kalau kamu mau duluan," aku ya akhirnya memilih melaju di depan Ranz. Setelah aku tidak melihat penampakannya di belakangku, aku berhenti, menunggunya menyusulku. Begitu terus sampai di Water Station bayangan, mungkin sekitar kilometer 110. aku tidak sempat memotret Austin di sini, jadi tidak bisa ngecek jam berapa nyampai di sini.

 

Siti Solikah -- kawan sepeda -- yang menjaga di WS bayangan ini heran saat melihatku sendirian, aku bilang Ranz berada di belakangku. Tak lama kemudian Ranz pun muncul. Di sini panitia menyediakan tambahan air mineral. Siti bilang rute selanjutnya dikenal sebagai "jalur Luna Maya" menuju ke arah Nanggulan. Dan katanya Water Station 3 masih jauuuuuh, lol. Satu hal yang aku syukuri adalah, sang mentari telah bersembunyi di balik awan, tak lama setelah kami meninggalkan CP 2!

 

Menjelang tanjakan di area Nanggulan, Ranz kembali memelan, aku sudah tidak mampu menahan emosiku kali ini. :( aku bilang, "Kalau kamu pelan-pelan gini ngayuhnya, aku malah capek!" eh, malah dia njawab, "aku tuh ga capek. Aku males! Sana kalau kamu mau duluan, duluan saja!" dan … aku dengan segera mengayuh pedal Austin dengan cepat. Tidak peduli dengan pemandangan sekitar yang sebenarnya cantik sekali untuk foto-foto. Tujuanku hanya satu: jika di tahun 2019 aku bisa sampai di titik finish sebelum cut off time, kali ini aku harus bisa! Aku terus mengayuh pedal Austin, sudah tidak lagi berhenti untuk menoleh ke belakang untuk ngecek apakah Ranz masih terlihat.

 

Spot pemberhentian setelahnya adalah spot pembagian gelang berwarna hijau. Sampai sini, aku bertemu mas Totok -- eks ketua JFB -- dan om Aryo alias Karjok -- dari dia dulu Ranz biasa memesan t-shirt saat B2W Semarang jualan kaos. Plus satu lagi kru panitia yang aku belum kenal. Mas Totok heran melihatku sendirian, "Balamu ndi mbak?" aku pun langsung nyerocos curhat, lol. Bla bla bla … "pokoke engko nek Ranz tekan kene dorongo mas, aku ora tahan ngenteni!" kataku. Lol.

 

Setelah menerima gelang, dan diberitahu bahwa Water Station 3 masih jauh, aku langsung ngacir lagi. Trek rolling di depan mata sempat menciutkan hati. Piye jal ini panitia! Wis tekan kilometer 120-an kok ya isih dilewatke tanjakan sing lumayan curam meski pendek, ya tetap saja kian menguras tenaga. Hiksss …

 

Dan … akhirnya aku pun sampai di WS 3, di kilometer 130 sekitar jam 15.40. ini di Jl. Kebon Agung, Dukuhan, Trihanggo, Gamping Sleman. Akhirnya gelang yang aku pakai dapat centang semua! Plus dapat 1 gelang! Horeeee. Lol. Ini tiket untuk mendapatkan door prize utama, jika beruntung. Di sini panitia kembali membagi pisang dan air mineral.

 

Tak lama kemudian mas Totok muncul, dia bilang dia mendorong Ranz pas di tanjakan. Dia memintaku untuk menunggu Ranz sebelum melanjutkan perjalanan. Dan betul juga, ga berapa lama kemudian, Ranz muncul dengan roman wajah yang nampak mutung, lol. To my 'expectation' (tapi mungkin to mas Totok's surprise, lol) Ranz bilang ke dia kalau dia mau evak saja. Begitu mendengar Ranz bilang begitu, aku langsung pamit ke dia untuk melanjutkan perjalanan.

 

Aku tidak perlu khawatir tersesat, karena marshall benar-benar ada di hampir tiap perempatan/pertigaan, atau jika tidak ada, ada petunjuk yang dipasang di titik-titik tertentu oleh panitia. Mas Totok bilang jalan yang kulalui akan menuju Jombor. Nah, kalau sudah sampai Jombor, tinggal masuk ring road kan ya, terus sampai lah di Monjali.

 

Dari kilometer 130 menuju kilometer 150 nan dramatis. Tenaga tinggal sisa-sisa, semangat juga, lol, plus emosi yang naik turun, lol. Dari WS 3, rute yang dilewati sudah merupakan jalan raya yang banyak dilewati orang, jadi jalanan ramai, harus hati-hati. Ada banyak perempatan yang sewaktu-waktu harus siap berhenti, untuk kemudian melanjutkan mengayuh pedal lagi. Hanya 'begini' tapi kok rasanya bikin gowesku kian lelet, lol. Tapi, aku tetap bersyukur saat melewati beberapa peserta -- laki-laki -- yang nampak kelelahan di pinggir jalan, bahkan ada yang sempat curhat ke peserta lain yang lewat, "kakiku kram!" aku tentulah lelah, namun ga sampai kudu berhenti di pinggir jalan, terengah-engah, apalagi yang sampai kakinya kram, nampak banget memaksa diri.

 

yeay! akhirnya nemu foto ini!

 

Satu kali waktu melewati traffic light yang baru saja berwarna merah, sehingga harus berhenti, pas ada ambulance (panitia) lewat, panitia yang duduk di dalam, melongok ke luar jendela, sambil melambaikan tangan dan berseru, "lanjut terus saja tante, lanjut terus!" owh .. Aku tentu dengan suka cita terus mengayuh pedal, tidak jadi berhenti. Saat rasanya emosiku nyaris down (kok Jombor ga segera terlihat yak? Lol), aku berhenti di pinggir jalan sebentar, minum air mineral beberapa teguk, kemudian melanjutkan perjalanan lagi.

 

Akhirnya yang membangkitkan semangat pun di depan mata: tulisan JOMBOR belok kanan! Well, meski mungkin masih harus mengayuh pedal 5 kilometer dari tulisan itu, minimal sudah hampir sampai Jombor. Jiaaan, dramatis tenan, lol. Begitu beneran sampai flyover Jombor, rasa lelah dan down langsung hilang! Semangatku kembali bergelora! Iyalah, jarak tempuhku paling pol hanya tinggal 1 kilometer lagi! Hihihi …

 

Jam 17.00 aku pun masuk gerbang Monjali, menuju titik finish! Alhamdulillah! I FINISHED IT! YEAY! Seorang gadis manis mengalungkan medali kepadaku. Sayangnya tidak ada siapa pun yang memotretnya. Ya wis, rapapa. Hihihi … saat kebingungan aku mau memotret Austin dengan medali di tangan di sebelah mana, aku cek WA, ternyata Ranz sudah sampai Monjali. Dia mencariku, mengajakku untuk segera kembali ke hotel karena dia sudah ingin segera mandi.

 

Aku sempat berfoto sejenak dengan medali dan Austin tentu saja, difoto oleh Ranz, sebelum kembali ke hotel.

 

Sekitar pukul 19.00 kami berdua kembali ke venue, menghadiri acara gala dinner sekaligus pembagian door prize. Ranz yang sorenya sempat makan bakso plus sambal di titik finish (sebelum aku sampai) ternyata mengeluh asam lambungnya kumat. Hadeh. Di acara ini, aku dapat hadiah kaos, setelah dikerjain MC. Hahahaha … door prize utama? Well, belum rezekiku. Ya wis rapapa. Nek durun rezeki meh piye meneh? Ye kaaan?

 

Minggu 5 Maret 2023

 

Pagi ini Ranz mengajakku ngepit ke Jl. Palagan km 8 demi sarapan soto Sokaraja. Namun ternyata setelah kami sampai sana, warung masih tutup gegara penjualnya masih ikut kerja bakti, lol. Otw balik ke hotel, Ranz mengajak mampir di satu warmindo, ya wis rapapa. Aku makan nasi, sayur terong, plus ayam bumbu kecap.

 

Kami check out dari hotel pukul 09.30 karena Evie Permatasari yang sedang berada di Jogja mengajak kopdar. Dia menraktir kami di café Kebon Dalem, Tugu Jogja. Kami ngobrol ngalor ngidul bertiga. Menjelang pukul 12.00 Avitt datang bergabung. Sekitar pukul 13.00 kami berpisah. Avitt janjian dengan kawan lain lagi, demikian juga Evie. Aku dan Ranz langsung menuju ke stasiun Tugu. Kami naik KRL yang jam 14.50. saat kami sampai stasiun Purwosari satu jam kemudian, ternyata daerah situ baru saja diguyur hujan lebat. Wah, ada untungnya juga kami naik kereta yang jam segitu, bukan yang jam sebelumnya.

 

Kok aku ke Solo? Ga langsung balik ke Semarang? Iya, karena aku perlu terapi kaki dan perut lagi di hari Senin, janjian dengan mbak Rina terapis jam 08.00. Aku pulang ke Semarang di hari Senin, ambil keberangkatan travel Citi***** yang jam 11.00. aku sudah sampai rumah sebelum jam 13.00. alhamdulillaaah.

 

Aku rasanya masih mau ikut J150K lagi dua tahun ke depan! Yeay!

 

PT56 16.00 14/03/2023

 

Serba-serbi J150K 2023 #3

 


Masih dari "serba serbi #J150K2023"


 

Dulu, awal aku kenal Ranz, dia suka memotret, namun tidak suka dipotret😊


di tiap event sepedaan yang kami ikuti bersama, jelas dia bawa kamera untuk memotret. Maka, aku ga pernah berburu foto yang disediakan panitia seusai event, (Mripate ngasi jereng ndaaa metani foto siji2!) karena pasti aku sudah punya foto sendiri yang dijepret oleh Ranz.

 

Selama pandemi, kami ga pernah ikut event (kecuali Jamselinas 10 yang pendaftarannya sudah dibuka sebelum pemerintah mengumumkan Indonesia darurat covid19 sehingga event diselenggarakan secara virtual.) kami berdua hanya dolan-dolan sendiri (itu pun hanya ke Jogja pp). Ranz masih suka membawa kamera di tasnya, tapi belum tentu dia keluarkan untuk memotret. 

 

(Dulu, mottonya adalah kamera itu sejenis kondom, wajib dibawa in case dibutuhkan😜ketimbang ga bawa, eh, ketemu spot cantik, sayang kan ga dipotret.)

 

Keabsenan kami ikut event selama kurang lebih 2 tahun ternyata membuat Ranz kagok motret lagi selama event. Padahal dulu itu, dia sangat lincah memotret dari atas sepeda, bahkan saat trek nanjak maupun turun. Maka, saat ikut Jamselinas 11 di Purwokerto kemarin, aku kudu berburu foto event setelah selesai😕

 


Setelah ikut #J150K the Next Level Endurance 2023 ini aku masih males berburu foto. Banyak fotografer yang bertebaran di sepanjang jalan yang berarti butuh usaha lebih 'keras' untuk menemukan foto. Most of them fotografer yang jualan. 

 

Eh, kemarin siang, aku di-DM an ex student di IG: "Miss Nanaaaa, how are you? I saw you joining a great event J150K. I found some photos of yours in one sports photographer. Here I bought some for you. Hope you like it." 

 

Waw! A real surprise! 

 

Ini satu foto yang masih ber-watermark


Thank you Michael, wherever you are now


P. S.:

Foti dijepret di atas tanjakan loh gaes #pamer

😆

 

=====================================================

 


 

(Masih dari serba-serbi #J150K2023)

 

X: "piye kabare mbak, wis suwi ora ketok (ning grup alumni)

Aku: "He-eh, aku sibuk pit-pitan, melu event ngepit 150 kilometer."

X: "Hah? Tenane? 150 kilometer?"

Aku: (aku tunjukin foto rute di strava)

X: "Edun ik, entek sate pira? 😱😱😱"

 

Aku: Sajiane:

Water station 1 : pisang + air mineral

Check point 1 : lemper + air mineral

Water station 2 : roti pisang + roti nanas + air mineral

Check point 2 : (maksi) nasi sop + teh + air mineral

Water station 3 : pisang + air mineral

Finish : bakso 

 

Gala dinner

* nasi gudeg

* buffet (ada gurame asam manis, ayam goreng, sup, sate ayam, capcay)

* kambing guling

* buah buahan + es krim

* soft drink

 

(Btw, aku ga sempet muterin semua sajian sih, so aku ga tahu semua. Itu pun aku hanya ambil yang di meja "buffet" plus buah dan es krim, sudah kenyang.)

 

Serba-serbi J150K 2023 #2

 

setelah mantengin ribuan foto, akhirnya nemu 1 foto ini 😢😥

Mbak RRM: "Jika masih nekad, kita masih memiliki semangat hidup!"

 

Yesss!

 

Kemarin Sabtu 4 Maret, setelah mencapai kilometer ke-130 adalah etape paling sulit bagiku, meski trek tinggal datar. R memutuskan untuk evak saja (yang aku syukuri ketimbang dia mau ngepit tapi super duper lelet sambil ngomelin orang-orang yang 'lodang loding' hingga aku kian lelah) jadi aku tinggal bersepeda sendirian. Masih banyaaak peserta di belakangku, tapi jaraknya jauuuh. Ada peserta di depanku, tapi ya begitulah jaraknya juga jauh dariku. Tenagaku tinggal sisa-sisa, ga bisa lagi menggeber Austin secepat mungkin untuk membersamai peserta yang di depanku. Yang bisa kulakukan ya menenangkan diri sambil berkata dalam hati, "You can do this, Nana. Come on, you are the tough one!"

 

Di saat yang bersamaan, mataku mencari-cari petunjuk kira-kira Jombor kurang berapa kilometer lagi? 

 

Begitulah, 19 kilometer yang membuatku tegang, begitu merindukan Jombor!😛😜😝karena kalau telah sampai flyover Jombor, titik finish sudah terpampang di depan mata!


 

Aku nekad! Aku masih memiliki semangat hidup! Yeay! Je m'aime! I love myself!

 

Semarang 06.03.2023

 

===================================

 

Ning Tia Tia

 

Masih ingat obrolan kita selepas Tour de Pangandaran tahun 2016? Yang aku heran melihat sekelompok perempuan bersepeda di sekitar kilometer ke-90 karena mereka masih nampak kinclong? Dandanan mereka tetap cethar membahana? Gile ya, sudah bersepeda sejauh kurang lebih 90 kilometer, pipi mereka masih merah merona nggemesin, lipstick pun masih nampak menempel cantik?

 

Naaah

 

Kemarin di #J150K2023 ada yang seperti itu loh. Malah lebih mengherankan karena sepeda-sepeda mereka pun masih kinclong dan jersey yang mereka pakai masih nampak bersih padahal di 25 kilometer pertama itu peserta diberkahi hujan lebat sampai di Water Station 1. #nyinyir

 

Dan beberapa kali Ranz melihat "pasukan" naik sepeda lipat merk tertentu naik turun mobil. Mereka turun saat kira-kira water station atau check point sudah tinggal 3 - 4 kilometer di depan. Setelah melewati CP dan WS? Loading lagiiii


No wonder ya jika nganu


#julidpagi

 

Semarang 7 Maret 2023

 

Rabu, 08 Maret 2023

Serba-serbi J150K 2023 #1

 


Serba serbi 1:

 

#J150K2023: The Next Level Endurance

 

Sabtu dini hari hingga pagi 4 Maret 2023, Jogja diguyur hujan. Aku sempat gamang; duh males banget jika baru mau sepedaan (mana jarak jauh pula) kok sudah kudu kehujanan.

 

Pukul 05.30 R sudah mengajak berangkat. Aku sempat mikir mau langsung pakai mantel ga ya. Ternyata, setelah keluar dari hotel yang berjarak hanya 500 meter dari venue, sudah ga ada tetes hujan. Ok, ga usah pakai mantel.

 

Di dekat titik start, sudah lumayan banyak peserta. MC mulai menyapa peserta sekitar pukul 05.45. Dikatakan bahwa makna "the next level endurance" itu berarti peserta akan diuji ketahanan mentalnya, tidak hanya jarak yang panjang, trek yang aduhai, namun juga cuaca: hujan, panas, berangin.

 

Tak lama kemudian, gerimis turun lagi. Sebagian peserta kulihat mulai mengenakan mantel. R kutanya mau pakai mantel ga, dia jawab ogah. Dan, aku ikutan enggan

 

aku ingat saat bersepeda Ngawi - Solo Desember 2019, kami kehujanan, tanpa pakai mantel karena semula hanya gerimis, hingga sudah basah saat gerimis menderas. Oke, gapapa deh hujan-hujanan

 

Peserta diberangkatkan pukul 06.10 oleh Bupati Sleman. Gerimis sudah menderas, bahkan sempat lebat sekali. Menjelang kilometer ke-25 di Water Station 1, hujan mereda. Aku sudah ingin matahari muncul agar baju yang kupakai mengering


 


 

Selepas check point 1 di kilometer 51, sinar mentari mulai terasa membakar. Saat menuju Water Station 2 di kilometer 74, di area sekitar Pantai Depok, Pantai Samas, angin terasa mulai menghambat laju sepeda. Panas yang menyengat plus angin: cakep! Mana jalannya lurus panjaaaang di sisi kiri kanan sawah, sungguh terasa membosankan

😆

mendadak aku ingin hujan turun lagi.

😱

 

😝

 

Di sini R mulai terlihat jenuh. Biasanya kami ga pernah berhenti mengayuh pedal saat sepedaan jarak jauh, kecuali jika memang niat berhenti, R sering berhenti setelah mengayuh sekitar 5 putaran. Aku kudu rajin ngerem untuk tetap berada di belakang/sampingnya. Suwi-suwi entek iki kampas rem Austin

 

Sesampai Check Point 2, saat makan siang dengan menu sop ayam yang lezat, R nampak excited lagi. Kemarin-kemarin aku sempat bilang ke R ga usah ngoyo kali ini, toh kita sudah 3 kali ikut J150K. Aku juga bilang sama mamas ga akan ngoyo mengingat cedera kaki yang belum benar-benar pulih plus sakit perut yang saat datang aku tak bisa bebas beraktifitas.

 

Kemarin Jumat waktu mengambil ride pack di pendopo Ambarrukmo, seorang dedengkot JFB bilang, "sesuk ora usah ngoyo mbak, santai wae wong kalian wis bola bali melu."

 

seorang kawan lawas lain bilang, "kok kalian belum pensiun? Aku cedera kaki dadi wis males melu event ngepit adoh-adoh ngene iki." Hoho dia ga tahu, aku juga cedera kaki.

 

Meninggalkan Check Point 2 di kilometer 100, R kembali terlihat ceria. Aku ngabarin mamas kayaknya aku akan lanjut gowes sampai titik finish, kan tinggal 50 kilometer lagi. Semesta menghadiahi kami dengan mendung setelah ini.

 

Namun ga lama, R mulai terlihat kendor lagi. Setiap papasan dengan mobil-mobil yang dipakai peserta untuk loading (mereka didampingi support car mereka sendiri) dan mereka turun saat mendekati water station maupun check point agar nampak full gowes, dia terlihat gusar dan kesal. Dan mulai ngomel.

 

Aku bilang, "don't compare yourself with them. Motivasi peserta J150K ini pasti macam-macam. Aku sendiri ingin "challenge" diriku sendiri masih mampu ga sih setelah cedera kaki plus jarang bersepeda jauh kecuali bersepeda ke kantor. Entah mereka. Meski nanti sama-sama finish, beda lah kepuasan yang kita rasakan." Dan ... R tetap ngomel-ngomel.

 

Aku sampai di water station bayangan terlebih dahulu ketimbang R karena aku mulai males kudu ngerem-ngerem melulu untuk tetap berada di belakang R. Kunikmati saja kayuhanku. Dari sini rute menuju Nanggulan. Aku gantian ngomel ke Ranz.

 

"Kalau mengayuh pedal pelan-pelan gini, aku kudu ngerem, aku capek! Ayuklah cepetan!"

 

Dijawab R, "aku tuh ga capek, aku cuma males!" Lha piye jal, yang capek tuh kan aku jika harus mengayuh pedal pelan2 plus ngerem bola bali. Katanya lagi "Kalau kamu mau duluan, sana duluan!" Aku langsung melesat menginggalkan R di belakang.

 

Sesampai di spot pembagian gelang, mas Totok seorang eks ketua JFB heran melihatku sendirian, "Balamu ndi mbak?" Aku langsung curhat dong, bla bla bla. Ada om Karjok juga di situ. Mereka berdua ngekek mendengar aku curhat, "R kesal melihat peserta yang lodang loding jadi dia aras-arasen ngepitnya."


"Water station 3 di sebelah mana sih?"

"Isih adoh mbaaak." Dijawab mas Totok. Duh, aku harus terus menyemangati diri sendiri.

 

Sesampai di Water Station 3, di kilometer 130, aku kembali ngemil pisang yang dibagikan panitia. Tak lama kemudian mas Totok sudah sampai. (dia marshall 'berjalan' naik motor.) Dia bilang, "kae R wis cedhak. Mau tak dorong. Entenana ya." Benar juga ga lama kemudian R muncul. Tapi, dia malah bilang, "mas, aku meh evak wae." Ya sudah, aku langsung melanjutkan perjalanan, sendirian lagi.

 

19 kilometer menuju flyover Jombor rasanya jauuuuh sekali. Traffic light yang ada dan jalanan yang penuh pengguna jalan kian memperlambat lajuku. Aku sebut-sebut nama Jombor siapa tahu tiba-tiba dia muncul di depan mata


Dan ... akhirnya aku pun sampai Jombor! Alhamdulilah! Kurang sedikit lagiiii!

 

Saat sampai Monjali dan menerima kalungan medali, aku langsung mengeluarkan hp, untuk motret. Ternyata R sudah sampai dan mencariku. Dia sudah pengen balik ke hotel untuk mandi.

 

Terima kasih kawan-kawan facebook yang menyemangati. I thank you so very much


Monjali 05.03.2023