Seperti tahun-tahun
sebelumnya, J150K selalu diselenggarakan di hari Sabtu -- instead of Sunday,
seperti biasanya event ulang tahun komunitas sepeda lipat -- karena tentu
bersepeda sejauh 150 kilometer membutuhkan waktu tidak hanya sekedar 4 - 5 jam,
kecuali bagi mereka yang pro ya. Peserta J150K tidak semua pembalap, ada juga
yang penggembira, termasuk orang-orang seperti aku yang hanya seorang
bike-to-worker, yang butuh waktu sekitar 10 jam untuk 'melahap' jarak 150
kilometer :)
Itulah sebabnya, aku
pun berangkat ke Jogja di hari Jumat 3 Maret 2023. jika di tahun 2017 dan 2019,
aku berangkat naik KA Kalijaga menuju Solo, kemudian dari Solo menuju Jogja
naik KA Prameks bersama Ranz, tahun ini aku naik travel Citi*****. Selain karena
KA Kalijaga sudah tidak lagi beroperasi, semenjak pandemi tahun 2020, aku sudah
biasa pergi ke Solo maupun Jogja naik travel.
Dari pool Citi*****,
mobil yang aku tumpangi berangkat pukul 09.00. mobil masuk jalan tol, keluar di
pintu gerbang tol Colomadu, menuju Kartasura, kemudian belok ke arah Klaten,
lanjut ke Jogja. Mobil sampai di pool Jogja pukul 11.35. sementara itu, Ranz
naik KRL yang berangkat dari stasiun Purwosari pukul 11.26, dia turun di
stasiun Lempuyangan. Aku mengayuh pedal Austin menuju almamater tercinta,
Universitas Gadjahmada, untuk memotret Austin dengan latar belakang tulisan
UNIVERSITAS GADJAHMADA dan FAKULTAS ILMU BUDAYA, sembari menunggu Ranz datang.
Sekitar pukul 12.45
Ranz sudah menyusulku di 'bunderan' UGM, kemudian kami bersama bersepeda menuju
Jalan Kaliurang. Ranz mengajak mampir di satu kedai roti beraroma kopi, dan …
aku tergoda dengan bau kopinya yang wangi. Maka, ketika Ranz menawariku mau minum
apa, aku memilih iced cappuccino. Well, terakhir aku bikin iced cappuccino
sendiri sekian minggu sebelumnya, lambungku langsung sakit sampai aku tak
berdaya untuk ngapa-ngapain. Nah, kali itu kok aku ngeyel yak tetap memilih
minum iced cappuccino? Well, at least, ingredients-nya beda kan ya dibandingkan
yang aku buat sendiri: cappuccino sachetan yang biasa aku beli di supermarket
dekat rumah. Sluman slumun slamet.
Setelah menghabiskan
satu biji roti dan minum iced cappuccino (Ranz minum es coklat), kami
melanjutkan perjalanan menuju hotel tempat kami menginap, hotel RedDoorz yang
terletak 500 m di sebelah Timur Monumen Jogja Kembali.
Sore itu, Ranz
mengajak ke pendopo Ambarrukmo dengan naik taksi online, untuk mengambil 'ride
pack' J150K, karena jarak tempuh bisa sampai 20 kilometer pp. well, I don't
mind riding Austin there, tapi karena Ranz ogah, ya wis lah, malah enak kan
tinggal duduk manis di taksi? Lol. Malamnya kami keluar lagi untuk makan malam,
sempat menyusuri Jl. Palagan sekitar 500 meter, ada satu warung nasgor/migor,
tapi penuh, maka aku mengajak Ranz ke arah Selatan, Jl. Nyi Tjondrolukito.
Untunglah kami menemukan satu warung sejeni. Aku memesan nasgor, Ranz memesan
migor.
Malam itu, aku
ternyata tidak bisa tidur! Es cappuccino yang rasa pahitnya terasa sekali itu
membuatku tidak bisa tertidur! Apalagi hotel yang kami inapi terletak di
pinggir jalan ringroad (Eh, namanya Jl. Pajajaran yak? Baru tahuuu saat naik
taksi online, sang supir menggunakan google map yang menunjukkan direction
dengan suara yang lumaya keras), jelas suara deru mesin kendaraan yang lewat
bisa aku dengar dengan jelas. Payah ini. Keesokan hari aku akan bersepeda
sejauh 150 kilometer, dan aku belum bisa tertidur hingga lewat tengah malam!
Sabtu 4 Maret 2023
Semalam Ranz
berpesan jika aku sudah bangun terlebih dahulu, dia memintaku untuk memulai
'ritual pagi' terlebih dahulu, tanpa menunggu dia bangun, mandi dll. Tapi
karena aku belum juga berhasil terlelap sampai jam 2 dini hari, aku tetap
melanjutkan leyeh-leyeh di tempat tidur ketika aku mendengar suara adzan subuh
sekitar pukul 04.20. apalagi di luar hujan. Duh, males banget baru mau
berangkat menuju tikum event kok sudah hujan ya? Andai saat itu, Ranz mendadak
enggan berangkat gegara hujan, aku pasti tidak keberatan, lol.
Namun ternyata jam
05.30 Ranz sudah mengajakku turun dari lantai 2 (kamar kami menginap terletak
di lantai 2). Di lobby hotel, aku melihat 2 orang lain lagi yang sedang
bersiap-siap berangkat menuju Monjali. Mereka mengenakan mantel. Tanpa babibu,
Ranz langsung mengeluarkan sepeda. Jelas di luar masih gelap gulita. Waktu aku
mengikuti Ranz keluar, ternyata sudah tidak hujan! Ahh, syukurlah. Kami berdua
pun langsung mengayuh pedal menuju Monjali.
Panitia menyatakan
bahwa 'pasukan' peserta J150K yang mencapai sekitar 1100 orang akan
diberangkatkan pukul 06.00. aku dan Ranz lumayan berada di dekat balon
start/finish. Sementara menunggu jam keberangkatan, MC mulai menyapa peserta
dan mengobarkan semangat, eh, gerimis turun lagi. (hari ini aku sengaja membawa
2 mantel dalam tas.) aku lihat banyak peserta di sekitarku yang kemudian
mengenakan mantel. Aku bertanya pada Ranz apakah dia akan mengenakan mantel,
dia jawab tidak. Dan … aku ikutan. (hoho, padahal aku bawa 2 mantel loh!)
Setelah sambutan
dari Bupati Sleman, Ibu Kustini Sri Purnomo dan Kepala Dinas Pariwisata DIY,
Bapak Singgih Raharjo, pasukan peserta J150K dilepas pukul 06.10. paling depan
sebagai voijrider adalah ada kepolisian DIY, dilanjut oleh marshall yang naik
sepeda motor, dan road captain yang naik sepeda. Ke luar dari Monjali, peserta
diajak menyusuri jalur utama ring road menuju Timur, ke arah Kalasan. Jika
semula hanya gerimis saat kami meninggalkan titik start, di tengah jalan,
gerimis menderas. Basah kuyub jelas, terkena air hujan, kena cipratan genangan
dari bawah sepeda, plus cipratan genangan air yang dilalui kendaraan-kendaraan
besar yang menyalip kami, lol.
Kami kehujanan
nyaris sejauh 25 kilometer. Kurang 500
meter menuju Water Station 1 (waktu itu kami belum 'ngeh' bahwa WS sudah dekat)
hujan sudah berhenti, Ranz mengajak mampir di satu pom bensin untuk pipis. Di
sini aku lihat beberapa peserta yang juga mampir untuk pipis sekaligus melepas
mantel. Ada yang melipat mantel dan menyimpannya di tas pannier yang nangkring
di boncengan sepeda, namun ada juga yang membuang mantel yang baru mereka pakai
di tong sampah. (niatku semula ya seperti ini, itu sebabnya aku membawa 2
mantel.)
Setelah keluar dari
pom bensin untuk melanjutkan perjalanan, ternyata tidak lama kemudian kami tiba
di WS 1, Jl Raya Piyungan - Prambanan. :)
di sini, panitia membagikan pisang dan air mineral. Ini sekitar jam
07.40. Setelah menghabiskan 1 pisang, dan minum beberapa teguk air, aku dan
Ranz melanjutkan perjalanana. Strava menunjukkan angka 25 kilometer. (syukurlah
meski kehujanan, tas cangklongku tidak aku selimuti plastik, 2 gadgets nampak
baik-baik saja.)
Hujan sudah
berhenti, aku pun berharap sinar matahari akan mengeringkan baju yang aku
pakai. Kami sampai di Check Point 1 pukul 09.13, strava menunjukkan angka 52 kilometer. Di CP 1 (Jl. Imogiri Siluk,
Ngatsuro) ini, panitia menyediakan arem-arem yang dibalut telur dadar, dan air
mineral. Aku makan 1 arem-arem, minum beberapa teguk air, kemudian melanjutkan
perjalanan.
Selepas CP 1 ini,
panas sinar matahari mulai terasa menusuk :D
apalagi setelah kami sampai di area Depok, Parangtritis, kecamatan
Kretek. Jalan panjang, di sisi kiri kanan sawah, membuat angin yang berhembus
kencang kian terasa mengombang-ambingkan hati, eh, emosi, eh, apa ya? Pokoknya
kayuhan kian terasa berat, lol.
Water Station 2
terletak di kilometer 74, di Jl. Pantai
Goa Cemara, setelah melewati jembatan baru. Aku dan Ranz sampai sini pukul
11.00. hampir 2 jam dari CP 1. di sini panitia membagi roti berisi pisang
maupun nanas kepada peserta, selain tentu saja air mineral. Tidak terlihat
toilet yang layak di sini. Ada, tapi ya begitu deh kondisinya. Untunglah aku
sedang tidak begitu kebelet pipis.
Meninggalkan WS 2,
sinar sang mentari kian menyengat, apalagi menjelang tengah hari. Ranz sudah
nampak ogah-ogahan di sini. Aku mulai memutar otak aku harus bagaimana untuk
membangkitkan semangatnya. Aku melihatnya mulai mengayuh pedal dengan setengah
hati. Pedal dikayuh 5 kali, kemudian kakinya berhenti mengayuh, menikmati suara
dari crank … waduh.
Kami sampai di Check
Point 2 pukul 12.30, daerah Kaliwiru, Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo.
Strava di gadget menunjukkan angka 94 kilometer,
namun panitia memajang poster CHECK POINT 2
KILOMETER 100. :) Hidangan makan siangnya nasi sop, disediakan juga teh
plus es batu bagi yang ingin minum es teh. Tentu saja aku hanya berani minum
air mineral, tidak berani yang lain. Ranz yang semula nampak ogah-ogahan,
kembali nampak semangat karena sopnya enak. :)
(Intermezzo: aku
sempat tidak pede untuk bersepeda sejauh 150 kilometer ini, mengingat (1)
cedera kakiku belum sembuh 100% (2) perut yang beberapa kali bermasalah di
beberapa bulan terakhir membuatku tidak bisa 'latihan'; perpaduan dua kasus ini
(plus hujan yang turun terus menerus di bulan Januari/Februari) membuatku tidak
bisa latihan sama sekali, padahal karena sudah jarak bersepeda jarak jauh, aku
harusnya latihan menjelang 4 Maret 2023. itu sebabnya aku sendiri beberapa kali
bilang ke Ranz untuk tidak usah ngoyo, kalau harus loading, ya loading saja,
minimal setelah kami sampai di Check Point 2.)
Setelah makan siang,
kami melanjutkan perjalanan. Alhamdulillah kondisiku -- baik kaki maupun perut
-- baik-baik saja. Emosiku juga terkontrol dengan baik. Ranz yang kadang nampak
emosi melihat banyak peserta yang dikawal mobil-mobil untuk mereka loading,
begitu mencolok mata! Lol. Dia ngomel-ngomel ngalor ngidul. Awal mula
meninggalkan CP 2, Ranz masih baik-baik saja. Namun setelah sekitar 10
kilometer terlampaui, dia kian terlihat ogah-ogahan. Dia kembali ngomel tiap
kali ada peserta yang nampak turun dari mobil tempat mereka loading, kemudian
mengayuh pedal sepeda dan menyalip kami, lol.
Aku berusaha
menenangkannya dengan mengatakan fokuslah pada dirimu sendiri. Aku ingat di
J150K pertama kami, tahun 2013, aku sering merasa grusa grusu begitu ada yang
nyalip kami, aku langsung mempercepat kayuhan, yang membuat nafasku
terengah-engah, dan aku jadi cepat lelah. Ranz mengingatkanku untuk fokus ke
speed-ku sendiri saja. Kali ini gantian aku yang bilang ke dia, "motivasi
tiap peserta di event ini beda-beda tentu saja. Motivasiku adalah untuk ngetes
diriku sendiri: masih mampu ga bersepeda sejauh 150 kilometer, setelah lama
sehari-hari hanya bike-to-work. Kalau motivasi mereka yang lodang loding ya
embuh lah ya. Tentunya motivasimu sama
kan dengan motivasiku?" Ranz menjawab dengan ketus, "tidak!"
lol. Wis pol nyebeline bocah siji iki, lol.
"Aku kesal
ketika mereka menyalipku dengan riang gembira. Ya tentu saja tenaga mereka
masih full orang habis loading!" wkwkwkwk … aku ngekek ingat aku sendiri
di tahun 2013 dulu itu, tapi ya tetap saja Ranz emosi. Karena akhirnya aku ga
tahan harus terus menerus menahan diri di belakang Ranz, dan dia sendiri
bilang, "Sana kalau kamu mau duluan," aku ya akhirnya memilih melaju
di depan Ranz. Setelah aku tidak melihat penampakannya di belakangku, aku
berhenti, menunggunya menyusulku. Begitu terus sampai di Water Station
bayangan, mungkin sekitar kilometer 110. aku tidak sempat memotret Austin di
sini, jadi tidak bisa ngecek jam berapa nyampai di sini.
Siti Solikah --
kawan sepeda -- yang menjaga di WS bayangan ini heran saat melihatku sendirian,
aku bilang Ranz berada di belakangku. Tak lama kemudian Ranz pun muncul. Di
sini panitia menyediakan tambahan air mineral. Siti bilang rute selanjutnya
dikenal sebagai "jalur Luna Maya" menuju ke arah Nanggulan. Dan
katanya Water Station 3 masih jauuuuuh, lol. Satu hal yang aku syukuri adalah,
sang mentari telah bersembunyi di balik awan, tak lama setelah kami
meninggalkan CP 2!
Menjelang tanjakan
di area Nanggulan, Ranz kembali memelan, aku sudah tidak mampu menahan emosiku
kali ini. :( aku bilang, "Kalau kamu pelan-pelan gini ngayuhnya, aku malah
capek!" eh, malah dia njawab, "aku tuh ga capek. Aku males! Sana kalau
kamu mau duluan, duluan saja!" dan … aku dengan segera mengayuh pedal
Austin dengan cepat. Tidak peduli dengan pemandangan sekitar yang sebenarnya
cantik sekali untuk foto-foto. Tujuanku hanya satu: jika di tahun 2019 aku bisa
sampai di titik finish sebelum cut off time, kali ini aku harus bisa! Aku terus
mengayuh pedal Austin, sudah tidak lagi berhenti untuk menoleh ke belakang
untuk ngecek apakah Ranz masih terlihat.
Spot pemberhentian
setelahnya adalah spot pembagian gelang berwarna hijau. Sampai sini, aku
bertemu mas Totok -- eks ketua JFB -- dan om Aryo alias Karjok -- dari dia dulu
Ranz biasa memesan t-shirt saat B2W Semarang jualan kaos. Plus satu lagi kru
panitia yang aku belum kenal. Mas Totok heran melihatku sendirian, "Balamu
ndi mbak?" aku pun langsung nyerocos curhat, lol. Bla bla bla …
"pokoke engko nek Ranz tekan kene dorongo mas, aku ora tahan
ngenteni!" kataku. Lol.
Setelah menerima
gelang, dan diberitahu bahwa Water Station 3 masih jauh, aku langsung ngacir
lagi. Trek rolling di depan mata sempat menciutkan hati. Piye jal ini panitia!
Wis tekan kilometer 120-an kok ya isih dilewatke tanjakan sing lumayan curam
meski pendek, ya tetap saja kian menguras tenaga. Hiksss …
Dan … akhirnya aku
pun sampai di WS 3, di kilometer 130 sekitar jam 15.40. ini di Jl. Kebon Agung,
Dukuhan, Trihanggo, Gamping Sleman. Akhirnya gelang yang aku pakai dapat
centang semua! Plus dapat 1 gelang! Horeeee. Lol. Ini tiket untuk mendapatkan
door prize utama, jika beruntung. Di sini panitia kembali membagi pisang dan
air mineral.
Tak lama kemudian
mas Totok muncul, dia bilang dia mendorong Ranz pas di tanjakan. Dia memintaku
untuk menunggu Ranz sebelum melanjutkan perjalanan. Dan betul juga, ga berapa
lama kemudian, Ranz muncul dengan roman wajah yang nampak mutung, lol. To my 'expectation'
(tapi mungkin to mas Totok's surprise, lol) Ranz bilang ke dia kalau dia mau
evak saja. Begitu mendengar Ranz bilang begitu, aku langsung pamit ke dia untuk
melanjutkan perjalanan.
Aku tidak perlu
khawatir tersesat, karena marshall benar-benar ada di hampir tiap
perempatan/pertigaan, atau jika tidak ada, ada petunjuk yang dipasang di
titik-titik tertentu oleh panitia. Mas Totok bilang jalan yang kulalui akan
menuju Jombor. Nah, kalau sudah sampai Jombor, tinggal masuk ring road kan ya,
terus sampai lah di Monjali.
Dari kilometer 130
menuju kilometer 150 nan dramatis. Tenaga tinggal sisa-sisa, semangat juga,
lol, plus emosi yang naik turun, lol. Dari WS 3, rute yang dilewati sudah
merupakan jalan raya yang banyak dilewati orang, jadi jalanan ramai, harus
hati-hati. Ada banyak perempatan yang sewaktu-waktu harus siap berhenti, untuk
kemudian melanjutkan mengayuh pedal lagi. Hanya 'begini' tapi kok rasanya bikin
gowesku kian lelet, lol. Tapi, aku tetap bersyukur saat melewati beberapa
peserta -- laki-laki -- yang nampak kelelahan di pinggir jalan, bahkan ada yang
sempat curhat ke peserta lain yang lewat, "kakiku kram!" aku tentulah
lelah, namun ga sampai kudu berhenti di pinggir jalan, terengah-engah, apalagi
yang sampai kakinya kram, nampak banget memaksa diri.
|
yeay! akhirnya nemu foto ini!
|
Satu kali waktu
melewati traffic light yang baru saja berwarna merah, sehingga harus berhenti,
pas ada ambulance (panitia) lewat, panitia yang duduk di dalam, melongok ke
luar jendela, sambil melambaikan tangan dan berseru, "lanjut terus saja
tante, lanjut terus!" owh .. Aku tentu dengan suka cita terus mengayuh
pedal, tidak jadi berhenti. Saat rasanya emosiku nyaris down (kok Jombor ga
segera terlihat yak? Lol), aku berhenti di pinggir jalan sebentar, minum air
mineral beberapa teguk, kemudian melanjutkan perjalanan lagi.
Akhirnya yang
membangkitkan semangat pun di depan mata: tulisan JOMBOR belok kanan! Well,
meski mungkin masih harus mengayuh pedal 5 kilometer dari tulisan itu, minimal
sudah hampir sampai Jombor. Jiaaan, dramatis tenan, lol. Begitu beneran sampai
flyover Jombor, rasa lelah dan down langsung hilang! Semangatku kembali
bergelora! Iyalah, jarak tempuhku paling pol hanya tinggal 1 kilometer lagi!
Hihihi …
Jam 17.00 aku pun
masuk gerbang Monjali, menuju titik finish! Alhamdulillah! I FINISHED IT! YEAY!
Seorang gadis manis mengalungkan medali kepadaku. Sayangnya tidak ada siapa pun
yang memotretnya. Ya wis, rapapa. Hihihi … saat kebingungan aku mau memotret
Austin dengan medali di tangan di sebelah mana, aku cek WA, ternyata Ranz sudah
sampai Monjali. Dia mencariku, mengajakku untuk segera kembali ke hotel karena
dia sudah ingin segera mandi.
Aku sempat berfoto
sejenak dengan medali dan Austin tentu saja, difoto oleh Ranz, sebelum kembali
ke hotel.
Sekitar pukul 19.00
kami berdua kembali ke venue, menghadiri acara gala dinner sekaligus pembagian
door prize. Ranz yang sorenya sempat makan bakso plus sambal di titik finish
(sebelum aku sampai) ternyata mengeluh asam lambungnya kumat. Hadeh. Di acara ini,
aku dapat hadiah kaos, setelah dikerjain MC. Hahahaha … door prize utama? Well,
belum rezekiku. Ya wis rapapa. Nek durun rezeki meh piye meneh? Ye kaaan?
Minggu 5 Maret 2023
Pagi ini Ranz
mengajakku ngepit ke Jl. Palagan km 8 demi sarapan soto Sokaraja. Namun
ternyata setelah kami sampai sana, warung masih tutup gegara penjualnya masih
ikut kerja bakti, lol. Otw balik ke hotel, Ranz mengajak mampir di satu
warmindo, ya wis rapapa. Aku makan nasi, sayur terong, plus ayam bumbu kecap.
Kami check out dari
hotel pukul 09.30 karena Evie Permatasari yang sedang berada di Jogja mengajak
kopdar. Dia menraktir kami di café Kebon Dalem, Tugu Jogja. Kami ngobrol ngalor
ngidul bertiga. Menjelang pukul 12.00 Avitt datang bergabung. Sekitar pukul
13.00 kami berpisah. Avitt janjian dengan kawan lain lagi, demikian juga Evie.
Aku dan Ranz langsung menuju ke stasiun Tugu. Kami naik KRL yang jam 14.50.
saat kami sampai stasiun Purwosari satu jam kemudian, ternyata daerah situ baru
saja diguyur hujan lebat. Wah, ada untungnya juga kami naik kereta yang jam
segitu, bukan yang jam sebelumnya.
Kok aku ke Solo? Ga
langsung balik ke Semarang? Iya, karena aku perlu terapi kaki dan perut lagi di
hari Senin, janjian dengan mbak Rina terapis jam 08.00. Aku pulang ke Semarang
di hari Senin, ambil keberangkatan travel Citi***** yang jam 11.00. aku sudah
sampai rumah sebelum jam 13.00. alhamdulillaaah.
Aku rasanya masih
mau ikut J150K lagi dua tahun ke depan! Yeay!
PT56 16.00
14/03/2023