Selasa 24
Desember 2019
Ranz memulai
'ritual' paginya jam 05.00 sementara aku masih mlunger di tempat tidur yang
lumayan nyaman. :D Setelah aku siap, dan kita berdua menikmati sarapan yang
kita dapatkan dari hotel, ditambah lauk yang kita beli semalam, kita berangkat
ke destinasi wisata yang kita tuju pukul 06.30.
Dari hotel
kita belok kiri ke arah perempatan Kartonyono, kemudian belok kanan ke jalan
utama kota Ngawi. Di satu pertigaan kita belok kiri, jalan ini menuju stasiun
Paron, nama lawasnya, nama barunya stasiun Ngawi. Stasiun ini terletak kurleb 8
kilometer dari penginapan. Ranz sempat memotretku sebentar disini sebelum kita
melanjutkan perjalanan. Trek masih datar.
Setelah
melewati flyover yang membentang di atas jalan tol Surabaya - Solo, trek masih
terasa datar. Di kilometer 12, aku mulai terganggu rasa kantuk, lol. Payah.
Lol. Ranz langsung menawari mampir ke satu warung kopi, aku setuju. Di warung
kopi itu aku memesan kopi hitam sedangkan Ranz memesan es the. Jalanan belum
terasa ramai.
Selesai
ngopi kita melanjutkan perjalanan lagi. Tak jauh dari warkop aku merasakan trek mulai nanjak tipis. Ibu
penjaga warkop memberi petunjuk bahwa kita tinggal mengikuti jalan beraspal,
lurus saja. Dari situ kita akan sampai di perempatan Jogorogo. Jarak yang harus
kita tempuh dari warkop sampai perempatan Jogorogo adalah 15 kilometer. Okeee.
Di perempatan Jogorogo, kita diminta memilih jalan yang terus lurus, bukan ke
kiri atau ke kanan.
Mendekati
Jogorogo tanjakan mulai terasa curam, aku sudah harus memindah gear belakang
sampai ke gear 1, sementara gear depan masih di gear 2.
Sesampai
Jogorogo, aku berpikir Ranz akan mengajak berhenti untuk berfoto, seperti kita
dulu waktu sampai Sukapura otw Cemara Lawang. Eh, ternyata tidak. Lol. Perutku
mulai keroncongan, lol. Sarapan nasgor yang kita dapatkan dari hotel sudah
menguap dalam bentuk kayuhan sepeda menuju Jogorogo. Lol.
Aku belok ke
satu rumah makan yang menawarkan mie ayam, bakso dan ayam bakar. Ranz berpikir
aku hanya butuh minum yang segar, misal es the. Tapi setelah petugas rumah
makan datang, aku memesan ayam bakar dan es the dua gelas (untuk kita berdua),
Ranz sempat nampak bengong. Mimik mukanya seolah bertanya kepadaku, "Apa?
Kamu sudah lapar?" lol. Waktu ayam bakar datang, dan aku mencicipinya, aku
benar-benar tidak menyesal: ayam bakarnya lezat dan sambalnya uenaaak sekali.
Lol. Ranz pun terprovokasi mencicipi; dan … dia membenarkannya. Hohoho …
Setelah
selesai sarapan kedua, kita melanjutkan perjalanan. Perutku kenyang, mataku
terang, lol. Mariiii, kita lanjut nanjak! Lol. 500 meter dari situ ada
pertigaan. Tepat di pertigaan itu ada petunjuk, belok kanan kita akan menuju
Sine, jika lurus menuju SRAMBANG PARK, tujuan kita gowes hari ini. Jarak yang
masih harus kita tempuh 6 kilometer.
6 kilometer
itu tentu dekatlah. Tapi jika trek yang harus kita tempuh itu tanjakan curam,
plus badan jalan yang cukup sempit, tentu langsung terasa jauuuuuuuuuh. Iya,
setelah pertigaan, jalan menuju Srambang Park menyempit. Itulah sebabnya bus
berbadan besar tidak disarankan dinaiki sampai Srambang Park. Dari pertigaan
ini aku mulai memperhatikan traffic mulai padat, kebanyakan mobil-mobil
pribadi. Isi mobil itu rata-rata keluarga besar.
6 kilometer
ini rasanya setara dengan 30 kilometer dari Tugumuda menuju Bandungan, lol. Ga
sampai-sampai! Lol. Tatkala melewati tanjakan yang kian curam, aku Cuma bisa
menaiki Austin sejauh 100 meter, kemudian harus berhenti untuk menstabilkan
nafas yang terengah-engah. Lol. Kemudian ambil ancang-ancang untuk mengayuh
pedal Austin kembali. Lol.
Namun trek
tidak melulu nanjak lho. Ada juga yang rolling. Di satu turunan yang terasa
curam, Ranz sudah berpesan untuk hati-hati karena setelah turunan dia melihat
jalan menanjak di depan. Aku sempat heran waktu
melihat ada sekitar 3 orang di depan yang memberi aba-aba; membolehkan
mobil/motor lewat, atau menahannya karena mobil/motor dari arah yang berlawanan
akan lewat terlebih dahulu. Setelah menuruni turunan tajam itu pelan-pelan, aku
bersiap-siap belok kiri di tikungan yang tajam itu; ternyata aku langsung
disambut tanjakan yang curam sekali. Ada 3 orang lokal lain lagi yang berjaga
di depan, mereka (nampaknya) bengong melihat yang lewat naik sepeda, mana
emak-emak pula. Lol.
Setelah
berhasil menapaki tanjakan yang ngagetin itu, aku berteriak lega!
Hwaaaaaaaaaaaahhh. Kok gini amat yak treknya! Hohohoho …
Ada 2 trek
yang ngagetin seperti ini. Turunan tajam, diikuti tikungan tajam juga kemudian
langsung dilanjutkan tanjakan curam. Aku berhasil dengan mulus di dua trek
ngangetin ini. Meskipun begitu, di 1 kilometer terakhir, aku memilih menuntun
Austin ketika bertemu dengan tanjakan curam. Aku harus mengeman-eman dengkul
dan jantung lah. Lol.
Menjelang
pukul 12.30 akhirnya kita tiba di satu tempat dimana banyak petunjuk 'TEMPAT
PARKIR". Alhamdulillaaah .. Akhirnya sampai lah kitaaa. Dari situ, untuk
menuju pintu masuk Srambang Park, kita harus menuruni turunan tajam sejauh
kurang lebih 1 kilometer. Hadeeeeh. Pulangnya kudu nanjaaak. Di situ kulihat
banyak tukang ojek yang menawarkan tumpangan ke para wisatawan yang baru turun
dari bus atau mobil.
Setelah
menuruni turunan yang curam itu, kita sampai ke pintu masuk destinasi wisata
yang sedang naik daun ini. Tentu saja kita berdua tidak lupa memotret Austin
dan Pockie di tulisan SRAMBANG PARK, kemudian memarkir kedua sepeda ini di
tempat yang kita rasa cukup aman.
Tiket masuk
Rp. 20.000,00. tanggal 24 Desember tentu masuk momen libur hari raya ya, entah
apakah tiket seharga Rp. 20.000,00 juga berlaku di hari-hari lain, atau hanya
khusus di momen libur panjang.
SRAMBANG PARK
Bagi yang
belum familiar dengan destinasi wisata ini bisa googling; atau search saja di
instagram atau youtube. Bagi orang-orang yang familiar dengan wana wisata air
terjun Semirang yang terletak di Ungaran, mungkin bisa membayangkan bahwa wana
wisata Srambang Park ini sejenis Semirang. Jika Semirang masih sangat natural,
Srambang Park sudah ditata sedemikian rupa sehingga wisatawan nyaman (baca:
mudah) menapakkan kaki menuju air terjun. Selain trek yang mudah ditapaki,
pemerintah lokal juga menyediakan banyak sekali instagrammable spots, gazebo
untuk istirahat pengunjung, juga warung-warung yang jauh lebih layak (ketimbang
yang ada di Semirang). Yang paling istimewa disini adalah kebersihannya.
Petugas kebersihan tersebar di segala penjuru sehingga begitu ada pengunjung
yang 'meleng' membuang sampah sembarangan, sampah itu akan langsung
disingkirkan.
Jarak
berjalan (melewati tapak yang kebetulan kupilih) dari pintu masuk sampai air
terjun kurang lebih 2 kilometer. Bagi yang tidak bisa menikmati berjalan kaki
sedemikian 'jauh' jangan khawatir, pepohonan tinggi yang masih rimbun cukup
menaungi kita sehingga berjalan sejauh 4 kilometer (pp) tidak akan begitu
terasa; apalagi jika kita sambil berhenti di spot-spot tertentu untuk
foto-foto. Di tengah area juga disediakan kolam renang untuk bermain air; bukan
untuk berenang yang sesungguhnya seperti di kolam renang yang dibangun khusus
untuk olahraga lho ya; namun cukup untuk bermain-main air.
Sekitar
pukul 15.00 kita keluar. Karena malas membayangkan harus mengayuh pedal nanjak
curam sejauh kurleb 1 kilometer menuju tempat parkir bus/mobil dari loket
jualan tiket, aku bertanya kepada salah satu tukang ojek yang sedang mengantri
mengambil penumpang apakah mereka bersedia membawa penumpang plus sepeda lipat;
ternyata mereka bersedia. Alhamdulillaaah. :D aku dan Ranz buru-buru melipat
Austin dan Pockie.
Voilaaa …
kurang dari 5 menit kita telah sampai 'di atas'. Kita cukup membayar Rp.
10.000,00 untuk dua motor yang masing-masing membawa satu penumpang dan satu
seli. Dari sana, kita kembali menaiki sepeda, sambil tak lupa menurunkan sadel
untuk jaga-jaga karena turunan yang cukup curam yang akan kita lewati.
Traffic
praktis lebih sepi ketimbang saat kita nanjak. Di dua lokasi yang kusebut di
atas (turunan tajam, kelokan tajam dilanjut dengan tanjakan curam) ternyata
lebih nyaman jika dilewati dari arah yang berlawanan. :D Ga pakai lama pun
mendadak kita sudah sampai di perempatan Jogorogo. Hohoho …
Alhamdulillah
perjalanan pulang lancar, tak kurang suatu apa. Hujan juga tidak turun. Sebelum
adzan maghrib kita telah sampai hotel. Setelah mandi, kita baru keluar untuk
mencari makan malam.
Jarak yang
kita tempuh kali ini hanya sekitar 68,3 kilometer dengan elevasi gain
1,033 mdpl. Waduwww … kirain bisa sampai 1500 mdpl. Xixixixixixi …
To be continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.