Day 4:
22 Maret 2013 Gowes nanjak ke Baturaden
Setelah bingung apakah pada hari keempat ini
kita akan pulang ke kota masing-masing atau stay, akhirnya kita putuskan untuk
tinggal satu hari lagi, untuk gowes ke Baturaden. Kita meninggalkan hotel
sekitar pukul 08.30. Dari hotel kita mendapatkan sarapan dua tangkup roti
selai, dan satu gelas teh + satu gelas kopi.
di depan hotel Mulia |
Dalam perjalanan, kita mampir ke sebuah warung
bubur kacang hijau dan ketan hitam untuk sarapan tambahan. :) Aku memesan
semangkok burjo sedangkan Ranz memesan satu porsi mie instan goreng. Untuk
minum kita memesan satu gelas es teh.Kita meninggalkan warung burjo sekitar
pukul 09.30
Trek diawali dengan tanjakan halus. Hal ini
mengingatkanku pada trek menuju Kaliurang. Hingga di kilometer berapa yah,
tanjakan mulai terasa curam. Hatiku cukup merasa terhibur ketika melihat
ekspresi wajah beberapa orang yang memandang kita berdua, dengan sorot mata
yang tidak percaya bahwa kita nanjak menuju Baturaden dengan naik sepeda lipat
ban 20”. ha ha ha ...
mulai nanjak |
dari gapura ini, Baturraden masih jauh lho :) |
Perjalanan yang semula lancar sedikit terhadang
dengan hujan yang tiba-tiba turun dengan deras. Kita memilih berteduh, sambil
ngobrol dan menikmati bekal. Sekian puluh menit berlalu. Namun, ternyata hujan
bukannya mereda namun semakin menderas. Akhirnya kita memutuskan untuk memakai
mantel sebelum melanjutkan perjalanan, kamera pun masuk tas pannier.
beristirahat karena hujan |
meski sudah menyelubungi dengan cover bag, kita tetap menyelimuti tas dengan tas kresek yang lebih ampuh menahan air :) |
Semakin mendekati lokasi wisata. tanjakan
semakin curam (meski tak securam 2 kilometer terakhir jelang Candi Cetho.
hihihihi ...) Sampai kita di pertigaan dan bingung mau belok ke arah mana.
Akhirnya kita belok ke arah kanan yang ternyata membawa kita ke Wana Wisata
milik Perhutani dimana jika kita masuk ke dalam, kita akan menjumpai Pancuran
Pitu dan tempat wisata yang lain. Sayangnya lokasi Pancuran Pitu ini lumayan
jauh, sekitar 5 kilometer dengan trek yang rusak, hingga tidak seliable. Oleh
si penjaga tiket, kita disarankan untuk kembali ke pertigaan dimana kita sempat
bingung semula dan memilih belok ke arah kanan. Kita seharusnya lurus saja
hingga kita akan sampai ke LOKAWISATA BATURRADEN dimana ada taman dan lain
sebagainya.
di pertigaan yang membuat kita bingung :D |
Aku sempat tergoda untuk gowes ke arah Telaga
Sunyi yang terletak kurang lebih 1,5 kilometer dari gapura Wana Wisata itu, Namun
trek yang tidak mudah dilalui, plus hari telah sangat siang (jelang sore)
akhirnya aku mengalah, kita balik ke arah pertigaan dan menuju Lokawisata
Baturraden. Pukul 13.30 kita sampai di lokasi. Syukurlah hujan telah reda
sehingga kita bisa berjalan-jalan di lokasi tanpa perlu mengenakan mantel,
karena kita tidak membawa payung.
Jelang pukul 15.20 – dengan janji satu saat
balik lagi untuk eksplore lebih jauh lagi – kita meninggalkan lokasi karena
titik-titik hujan mulai turun lagi.
keindahan hasil karya manusia |
sate ayam dan sate kelinci, our brunch |
Kurang dari pukul empat sore kita telah kembali
ke hotel Mulia. :)
Klenteng Hok Tek Bio dibangun pada tahun 1879, direnovasi tahun 1987 |
Malamnya kita gowes ke Klenteng Hok Tek Bio,
kemudian gowes ke arah alun-alun, in case ada warung tempat kita bisa makan
malam. Namun ternyata warung yang ada tak terlalu membangkitkan selera sehingga
kita kembali ke warung makan kita makan satu malam sebelumnya. Kali ini aku
pesan satu porsi kwetiau goreng, Ranz nasi setengah porsi, daging sapi lada
hitam dan cah kangkung untuk kita terdua.
masjid agung Baitussalam, di dekat alun-alun Purwokerto |
menu dinner kita di malam kedua, cah kangkung, daging sapi lada hitam, kwetiau goreng, nasi setengah porsi |
Day 5 :
23 Maret 2013 PULANG!
Setelah sarapan roti setangkup, minum segelas
kopi, dan foto-fiti di hotel, kita meninggalkan tempat kita menginap dua malam
sekitar pukul setengah sembilan pagi. Semula akan mampir lagi ke Kelenteng Hok
Tek Bio, namun kemudian aku membatalkannya. Kunjungan semalam sudah cukup lah. Agenda
pagi ini adalah mencari oleh-oleh pesanan saudara sepupu Ranz, beserta
keponakannya.
Usai mendapatkan oleh-oleh, kita gowes ke arah
terminal. Dalam perjalanan kita mampir ke sebuah warung dimana aku makan soto
Purwokerto dengan irisan ketupat di dalamnya. Bedanya dengan soto Sokaraja
adalah soto Purwokerto tidak menggunakan sambal kacang untuk tambahan rasanya.
Kita sampai terminal sekitar pukul 11.30, dan
langsung beli dua tiket bus patas Nu******a menuju Semarang. Ranz setuju untuk
ikut ke Semarang agar di malam harinya bisa ikut menghadiri Nite Ride dalam
rangka memperingati Earth Hour. Bus meninggalkan terminal yang jauh lebih
tertata rapi keitmbang terminal di kota Semarang ini tak jauh dari jam yang
tertera di tiket, pukul 13.00.
Alhamdulillah perjalanan lancar. Kita sempat
istirahat di sebuah rumah makan yang terletak di Kledung Pass sekitar pukul
15.00. Aku menemani Ranz makan yang kelaparan, sedangkan aku cukup meminta dua
tiga sendok nasi. :)
Sayangnya malam itu kita masuk Semarang sangat
terlambat dikarenakan macet di daerah Ambarawa/Bawen. Kita turun di Banyumanik
untuk kemudian gowes menuju Tugumuda. Kita sampai di Tugumuda pukul setengah
sembilan malam. Waktu itu, Tugumuda dipenuhi para pemerhati komunitas Earth
Hour. Tak lama kemudian teman-teman yang NR pun sampai di tempat. Aku dan Ranz
– meski tidak sempat NR – sempat ikut merasakan listrik dimatikan dan foto-fiti
bersama teman-teman lain.
Lawangsewu di Sabtu malam 23 Maret 2013 |
dalam kegelapan, tetap narsis abis :D |
Aku mengantar Ranz pulang ke kosnya jelang pukul
sebelas malam. Tak lama kemudian aku pun pulang ke rumah.
Sampai jumpa di petualangan gowes Nana dan Ranz
berikutnya!
P.S.:
Always millions of thanks for my loved Ranz.
GL7 15.57 280313