Day 2 :
20 Maret 2013 Gowes Melintasi desa waktu KKN (Wates – Gombong)
Rencana semula yakni hari kedua kita harus sudah
sampai Gombong tetap kita ikuti. Setelah sarapan (menu yang disediakan oleh
hotel: nasi goreng dan teh panas), kita meninggalkan hotel sekitar pukul tujuh
pagi. Sayangnya, kita tidak bisa langsung gowes karena ban belakang Pockie
bocor. Untunglah, tak jauh dari hotel ada tambal ban, hingga tak perlu
mendorong Pockie jauh-jauh untuk mencari tambal ban. meski si Bapak tukang tambal
ban bekerja dengan lamban, and Ranz kept complaining. LOL.
Sekitar jam 9 kita mulai gowes meninggalkan
‘pusat’ kota Wates. Mengikuti rute yang diambil oleh Ranz dan rombongan
Srikandi #2 tahun lalu, hingga yakin bahwa trek-nya ‘friendly’, perjalanan
cukup lancar hingga masuk kota Purworejo. Aku pribadi sempat terserang
kejenuhan (ternyata! astaga!) apalagi ditambah kabar dari Angie bahwa harddisk
laptopnya rusak total membuat mood-ku sangat buruk. (tambah diperparah aku
terserang PMS. LOL.) Tak lama kemudian, aku melihat tulisan ‘BAYAN’, wahhh ... tak
terasa ternyata kita sudah masuk kecamatan tempat aku KKN sekian puluh tahun
lalu! Kejenuhan pun sedikit berkurang. Desa Bandung Kidul tempat aku KKN dulu
terletak tepat di sebelah sungai yang menjadi pembatas antara Purworejo dan
Kutoarjo.
Karena telah berlalu kian puluh tahun, bisa
dimaklumi jika aku ga ingat apa-apa tentang kecamatan ini. Namun untunglah aku
masih ingat lokasi Desa Bandung Kidul. :)
Setelah melewati desa satu ini, kita akan melewati sebuah jembatan yang nampak
jauh lebih kokoh dibanding dulu. Masuk kawasan kota Kutoarjo, aku melihat
lapangan tempat aku dan teman-teman KKN dulu jogging di pagi hari. Wahhh ... :)
Pockie dan fully-loaded pannier di jembatan sungai Bogowonto |
aku jelang melewati jembatan yang memisahkan Purworejo dan Kutoarjo |
Sebenarnya perutku sudah mulai melilit kerna
lapar sejak gowes di pusat kota Purworejo, namun aku belum menemukan warung
makan yang membuatku ingin mampir. Ranz setuju jika kita mencari warung makan
di daerah Kutoarjo. Namun terjadi sedikit salah paham antara kita disini. Aku
menunggu Ranz memberiku kode mampir dimana, sementara Ranz juga menungguku
memberi kode mampir dimana. Walhasil, kita malah meninggalkan ‘kota’ Kutoarjo
dan belum juga mampir makan. LOL. Akhirnya karena kelaparan, di antara banyak
warung yang berjualan dawet ireng, Ranz langsung mampir tanpa meminta
persetujuanku, sekitar pukul 12.30. LOL. Aku sih oke-oke saja.
Usai menghabiskan satu mangkuk dawet ireng, dan
sebungkus kecil kacang goreng, kita lanjut gowes. Setelah memasuki kabupaten
Kebumen, kita mampir ke sebuah warung makan yang menyediakan ayam/bebek
goreng/bakar untuk makan siang, sekitar pukul 14.30. Kita berdua memilih menu
yang sama: ayam bakar + es teh manis. (Semalam di Wates, kita makan bebek
goreng.)
Setelah masuk kota Kebumen – dan sempat narsis
di ujung sebuah pertigaan, kata Ranz tahun lalu dia dan rombongan Srikandi #2
juga foto-fiti di situ – kita pun berhenti untuk narsis. Ada polisi yang
‘menyapa’ kita dengan sempritan dari pos polisi di seberang jalan. Kirain dia
ga boleh kita berhenti disitu untuk foto-foto, eh, ternyata setelah kita
menoleh, si Bapak polisi malah mengacungkan jari ke arah kita.
Sekitar jam empat sore, kita mampir lagi di
sebuah angkringan yang terletak di alun-alun kota Kebumen untuk bertanya kepada
si penjual arah menuju Gombong sekaligus mengisi kerongkongan yang mudah kering
karena cuaca yang sangat panas. Disini baru kita sadar ternyata kita memilih
jalur memutar. Pengalaman di hari pertama terulang. Namun untunglah kita tidak
terlalu jauh memutar. Setelah mendapatkan arah yang pasti menuju Gombong, kita
melanjutkan perjalanan.
Sekitar pukul lima sore kita melewati gapura
selamat datang di kota Gombong. Di pusat kota, kita menemukan petunjuk sebuah
hotel tempat kita bisa menginap di malam kedua ini: Hotel Dunia.
Malamnya kita sempat keluar untuk makan malam:
Ranz memesan nasi goreng kambing, aku Cuma ‘membantu’ dua tiga sendok. :)
Catatan: nasi goreng kambingnya lumayan lezat tapi pedesssss buatku yang orang
Semarang dan Ranz yang orang Solo, padahal dia dilarang makan masakan pedas
dikarenakan penyakit asam lambungnya yang parah di bulan Februari. Sebelum balik ke hotel, kita mampir ke warnet
(yang sekaligus berfungsi sebagai wartel) untuk ngecek elevasi rute Gombong –
Purwokerto di keesokan hari. (Wartel masih laku yak di daerah sini? :) )
Jarak yang kita tempuh kurang lebih sama dengan
yang di hari pertama, sekitar 100 km.
To be continued.
ada yang ngamuuk aku mau di cekik .. heeek
BalasHapuswakakakaakkakaka ... :D
Hapus