Gowes libur weekend: joining #raceplorer2
Gegara Ranz nyidam
mendapatkan tas selempang yang bakal didapatkan jika mendaftar menjadi
partisipan di event #raceplorer2 yang diselenggarakan oleh Dagadu Jogja.
jadilah kita gowes bareng (lagi) tanggal 21 – 23 Juni 2013.
Jumat 21 Juni 2013 (Semarang –
Solo)
Aku meninggalkan
Semarang sekitar pukul 07.00 dari Sukun dengan menaiki bus; Austin – sepeda
lipat 20” downtube nova – terlipat rapi duduk di bagasi. Sekitar pukul 09.00
aku turun di Klero, sekitar 10 kilometer (kata Ranz nih) dari Terminal Tingkir
Salatiga. Ranz mengajak janjian bertemu di minimarket Al*****t, tapi aku
menunggunya di In********. LOL. Setelah bertemu, kita gowes bareng ke Candi
Klero. (Sudah lupa darimana kita tahu bahwa di kawasan itu ada candi, sedangkan
ketika aku bertanya pada pegawai mini market yang kudatangi tidak pernah dengar
bahwa di daerah situ ada sebuah peninggalan cagar budaya berupa candi.) Karena
Ranz sudah pernah gowes ke Candi Klero (pulang pergi Solo – Klero – Solo), maka
perjalanan hari itu pun lancar, tidak perlu acara tanya-tanya orang sana sini,
maksudku.
dari luar Candi Klero - Tengaran |
Kita tidak bertemu
dengan Bapak si penjaga candi mungkin karena itu hari Jumat, sehingga beliau
perlu bersiap-siap untuk pergi shalat Jumat. Suasana candi sangat sepi, menyenangkan
untuk bermeditasi harusnya ya? Jadi aku tidak tahu apa-apa tentang sejarah
Candi Klero, kecuali bahwa jika ditilik dari bentuknya nampaknya ini adalah
candi Hindu. Bersihnya kawasan di sekitar candi menunjukkan bahwa perhatian
yang diberikan ke candi ini lumayan bagus.
Setelah berkunjung
ke Candi Ngawen bulan Mei lalu, kulihat bentuk Candi Klero jauh lebih sederhana
karena tidak banyak dekorasi disana sini. Di ‘pintu masuk’ candi, juga tidak
terlihat dekorasi, misal patung binatang tertentu. We didn’t spend much time
disini, mungkin kurang dari 20 menit.
Dari Candi Klero,
kita langsung gowes ke arah Boyolali, untuk having brunch di salah satu rumah
makan kesukaanku – Soto Seger Mbok Giyem. Mungkin sudah lebih dari satu tahun
aku tidak mampir makan di RM yang di Solo terletak di Jalan Bhayangkara. (kalau
tidak salah ingat. LOL.) Maka, bisa dibayangkan betapa rasanya begitu lezat
sekali aku menyerutup kuah sotonya, sangat segar! J
Dari Boyolali, kita
terus gowes ke Solo. Trek yang kita lewati sangat menyenangkan karena full
turunan meski halus. J (Bagiku
pribadi, ini adalah ‘pembalasdendaman’ karena setahun yang lalu aku melewatinya
dengan rute kebalik, Solo – Semarang.)
22 Juni 2013 (Solo – Jogja)
Kita meninggalkan
rumah Ranz di kawasan Laweyan sekitar pukul 06.30. Pertama kali mampir ke
sebuah mini market untuk membeli air mineral sebagai bekal. Ranz mampir di
sebuah penjual jajanan di pinggir jalan untuk membeli capcay (a la Solo) tapi
ternyata tidak ada. Ya sudah, kita langsung berangkat.
Seperti biasa kita
lewat jalur perkampungan dan pedesaan sampai daerah Pakis, dimana kita mulai
gowes di jalan raya. Meski tanpa ngemil apa pun, ternyata Ranz tahan juga gowes
sampai kita tiba di RM Djatayu, tempat kita mampir makan bulan Maret 2013 lalu
dalam perjalanan ke Purworejo. Kita menempuh jarak dengan waktu lebih cepat
satu jam (dibandingkan Maret lalu), karena Ranz terus memacu Pockie dan kita
berdua kebetulan tidak kebelet sesuatu dan mampir ke pom bensin. LOL.
jelang berangkat, di mini market dekat Laweyan |
perbatasan masuk kota Klaten |
di Klaten |
RM Jatayu, (telah) tiga kali kita mampir makan disini |
Having brunch and
rest di RM Djatayu selama kurang lebih 30 menit. Kemudian kita langsung
melanjutkan perjalanan. Sebenarnya aku ingin mampir ke Candi Sambisari waktu
kulihat petunjuk ke Candi Hindu ini, namun Ranz yang sudah ‘kebelet’ istirahat
menolak keinginanku. Ya sudah. Kita langsung gowes menuju Malioboro. Kita
berencana menginap di sebuah hotel di kawasan Dagen yang di bulan Mei kemarin
kita tunjukkan ke Stephan (meski dia tidak jadi menginap di situ).
masuk Jalan Solo Jogja |
dengan kolam Tamansari sebagai latar belakang |
kolam yang konon dulu menjadi tempat mandi selir raja, dan Sang Sultan mengintai dari kamar yang ada di ujung itu |
dekorasi di gerbang bagian atas Tamansari |
Di kunjungan pertama
– ada sekitar 13 pesepeda dari Semarang – suasana cukup sepi (kita sampai di
Tamansari pagi hari, sekitar pukul 09.00) dan kita didampingi tour guide yang
mengantar menyusuri lahan yang cukup luas itu. Kali kedua hanya berdua dengan
Ranz, sampai sana sekitar pukul 12.00 dan suasana sangatlah ramai. Mungkin
karena bertepatan dengan libur sekolah di Indonesia dan libur summer season
bagi para wisatawan manca negara sehingga banyak sekali kulihat turis-turis
bule yang berkeliaran. Kali ini aku berdua Ranz mencoba peruntungan dengan
masuk Tamansari tanpa menyewa guide. Dan ... ternyata ingatanku sangat buruk
sehingga tidak bisa mengingat dengan baik lokasi yang akan membawa kita ke
lorong bawah tanah dimana kita bisa melihat bekas masjid yang terletak di bawah
tanah. Meskipun begitu, Ranz cukup puas dengan pemandangan kolam yang konon di
zaman dulu dipakai mandi para selir raja.
di pintu masuk/keluar Tamansari |
Sekitar satu
setengah jam kemudian kita meninggalkan Tamansari. Ranz mengajak ke
Yogyatourium dimana terletak kantor pusat Dagadu (yang baru) untuk mengambil
pernak-pernik event #raceplorer2. Yogyatourium yang terletak di Jalan Gedong
Kuning ini berjarak kurang lebih 3-4 kilometer dari Malioboro. Ketika gowes di
sepanjang jalan dari Malioboro ke Gedong Kuning inilah Ranz baru sadar bahwa
permukaan jalan-jalan di Jogja lebih bervariasi naik turun dibandingkan dengan
Solo yang memang cenderung flat kemana pun kita gowes.
Ada sedikit
kesulitan menemukan gedung Yogyatourium di Jalan Gedong Kuning gara-gara
penulisan nomor di jalan itu yang sedikit membingungkan, LOL, akhirnya kita
temukan juga kantor pusat Dagadu itu. Thomas sang ketua panitia event dengan
ramah menjelaskan peraturan yang harus kita ikuti selama event karena kita berdua
tidak hadir di acara technical meeting satu hari sebelumnya. Usai urusan, kita
langsung gowes balik lagi ke hotel tempat kita menginap di Malioboro untuk
beristirahat.
Selepas Maghrib kita
keluar lagi untuk ‘menikmati’ kemacetan Malioboro yang semakin gila di musim
liburan. Kita makan malam lesehan di salah satu ‘kafe tenda’ yang tersedia di
jalan yang paling terkenal di seantero Indonesia ini. Kemudian kita menikmati
rembulan yang hampir purnama dengan nongkrong di pojok jalan Malioboro. Wuahhh,
pengunjung yang lalu lalang bak air bah! Ramai sekali!
Sekitar pukul
setengah sepuluh malam Mas Totok, salah satu anggota JFB (Jogja Folding Bike)
nyamperin kita berdua untuk kemudian nraktir. Aseeekkk. J Kita pulang ke hotel sekitar pukul 23.30.
23 Juni 2013 – gowes sekitar Jogja
+ event #raceplorer2 plus pulang Solo
Semalam Mas Totok
nawarin untuk mengantar kita gowes keliling Jogja sambil mampir UGM, tapi kita
berdua lebih memilih untuk molor saja. LOL. Meskipun begitu, ternyata sekitar
pukul 07.00 kita ninggalin hotel sejenak untuk mencari sarapan di ... ... ...
UGM. hahahaha ...
aku di depan Masjid Syuhada' Kotabaru Jogja |
Di hari Minggu pagi,
di sepanjang jalan yang dekat lembah UGM hingga Jalan Olah Raga yang menuju
Selokan Mataram penuh dengan warung ‘tiban’. Meskipun begitu sebenarnya tujuan
kita adalah sarapan di warung langgananku makan zaman masih kuliah dulu. Rumah
Makan ayam bakar Pak To ini terletak di pinggir Selokan Mataram. Sayangnya
sesampai sana, ternyata rumah makan ini sudah tak ada lagi. Hikss ... entah
tutup entah pindah kemana tidak jelas. Akhirnya ya kita sarapan di salah satu
warung yang terletak di tengah-tengah ‘Pasar Minggu Pagi’ UGM.
Sekitar pukul 09.00
kita sudah balik ke hotel untuk (final) packing.
Sekitar pukul 10.00
kita meninggalkan hotel menuju Yogyatourium Gedong Kuning. Sesampai disana,
sudah ada beberapa sepeda yang sedang dicek kelayakannya oleh panitia untuk
mengikuti #raceplorer2. Aku dan Ranz pun langsung ikut antri. Para panitia dan
beberapa peserta lain sempat terheran-heran melihat kita berdua naik sepeda lipat
(seliers yang lain belum datang), mana di rak belakang Pockie sepeda Ranz ada
tas pannier yang nampak penuh terisi pula.
Austin sedang dicek layak tidak mengikuti event :) |
berdua Ranz di 'wall of fame' #raceplorer2 |
Usai ‘bike check’,
kita foto-foto di ‘wall of fame’, dimana beberapa panitia terlihat antusias
ikut memotret kita (yang sedang saling memotret LOL). bahkan memvideo kita
berdua. Tahukah engkau mengapa mereka begitu ‘terhipnotis’ kepada kita? Uhukkk
... Tas pannier yang nangkring di rak boncengan Pockie pastinya. J
ki-ka: Ranz, Motik, Bunga, aku, Pak Eko, Dhany, dan Hagi duduk di depan |
Kita sempat keluar
sebentar untuk makan siang di rumah makan Padang di seberang jalan, tak jauh
dari Yogyatourium. Ketika kita kembali ke lokasi, wah, suasana sudah semakin
ramai! Beberapa teman Komselis yang namanya tercantum sebagai peserta (Uncle
Duck, Pak Eko, Dhany Sus, dan si kecil Hagi) sudah datang, juga Bunga dan Motik
dari Solo.
tampilan worksheep raceplorer2 |
Peserta yang (hampir)
mencapai 300 orang – terbagi dalam 100 grup dimana satu grup terdiri dari 3
pesepeda – dibagi lagi menjadi 10 kelompok. Aku + Ranz (kita hanya berdua,
tidak bertiga) masuk kelompok 10 dengan nama Mantrijero. Selidik punya selidik,
di kelompok terakhir ini semuanya merupakan peserta yang berasal dari luar
kota. Hanya aku dan Ranz yang naik seli, yang lain naik fixie atau mtb.
bersama beberapa rekan federal Jogja dan JFB |
Kelompok pertama
diberangkatkan pukul 13.00 sedangkan kelompok Mantrijero sekitar pukul 13.30.
Tujuan pertama adalah Balaikota dimana disana telah menunggu panitia yang
membagikan ‘worksheet’. Di worksheet tersebut disediakan lima ‘soal’ yang
berupa narasi, menjelaskan gedung ini digunakan untuk bla bla bla ... atau
gedung ini dulunya dibangun untuk bla bla bla ... Peserta diminta memecahkan
masalah ini untuk mencaritahu gedung apakah itu dan kemudian menuju ke lokasi
gedung tersebut. Di gedung itu telah menunggu panitia event yang akan memberi
kita tugas selanjutnya. Oh well, aku dulu memang pernah tercatat sebagai
penduduk (sementara) Jogja ketika menimba ilmu di Kampus Biru Bulaksumur, namun
aku adalah mahasiswa yang amat kuper sehingga tidak tahu banyak tempat. Wew. (ngeles
gapapa yak? LOL.) Sedangkan Ranz hanyalah pengunjung Jogja once in a while.
Maka ... ya begitu deh, kita tidak dengan mudah memecahkan masalah.
di check point yang terletak di Museum Sasono Budoyo |
Singkat cerita,
akhirnya aku menarik kesimpulan bahwa empat gedung yang harus kita datangi
adalah Taman Pintar, Benteng Vredeburg (yang ternyata tidak termasuk ...
hahaha), Museum Sasono Budoyo dan Museum (rumah peninggalan) Ki Hajar
Dewantara. Yang satu kita blank. Yang pertama kita datangi adalah Taman Pintar.
Namun karena Jogja memang sedang sangat penuh turis – Taman Pintar juga – kita tak
melihat panitia #raceplorer2 dari luar, maka kita langsung menuju Museum Sasono
Budoyo. Nah, disini justru terlihat menumpuknya peserta – hundreds of them –
sedang nongkrong entah mengapa. Ternyata mereka sedang antri ‘dikerjain’
panitia. Saat itu waktu telah menunjukkan pukul 15.00. Padahal panitia memberi
waktu (untuk kelompok satu) hanya sampai pukul 16.00 untuk sudah kembali ke
Yogyatourium. Kelompok 10 diharap telah tiba pukul 16.30.
aku dan Tugu dari arah Jalan Mangkubumi |
Aku dan Ranz
menunggu – dengan nelangsa LOL – bersama ratusan peserta lain. Peserta ‘dikerjain’
panitia per grup, dimana katanya satu grup butuh waktu sekitar 5 menit. Padahal
ada 100 grup, bukankah untuk menyelesaikan ‘ngerjain’ semua peserta butuh waktu
500 menit? Panitianya ga beres nih. L
Setelah menunggu
selama kurang lebih 45 menit, aku dan Ranz memutuskan untuk quit ajah dari
permainan ini. Toh, sejak semula yang diincar Ranz bukan sebagai juara event,
melainkan hanya tas selempang, plus kaos dan bandana.
Tugu Jogja yang bukan merupakan titik 0 Jogja :D |
Dari Museum Sasono Budoyo
kita langsung menuju Stasiun Tugu untuk membeli tiket kereta Pramex. Honestly,
baru sekali aku sempat naik kereta api dengan membawa seli (Januari 2011, dari
Semarang ke Jogja) dan kereta Banyubiru itu tak lagi beroperasi, maka aku
sangat excited membayangkan naik kereta bersama Austin. (lebay yak? LOL.) Namun
ternyata harapanku pupus melihat antrian calon penumpang yang begitu panjang! Karena
khawatir setelah ngantri lama kehabisan tiket, atau mungkin bisa beli tiket
namun bakal diusir karena membawa seli, akhirnya kita memutuskan gowes balik
ajah ke Solo. Oh well ... Rada bosen sih dengan trek Solo – Jogja – Solo (maklum,
baru juga kita tempuh di bulan Maret yang lalu plus sehari sebelumnya) but, apa
boleh buat?
Alhamdulillah
perjalanan lancar. (Kita gowes ditemani supermoon di langit!) Ranz yang sering
komplain capek dalam perjalanan ini (karena hari Kamis dia baru ngikut ‘piknik’
ke Pacitan yang diadakan tempat dia bekerja, kemudian hari Jumat menjemputku ke
Tengaran untuk ke Candi Klero) amazingly masih menyimpan tenaga ekstra dengan
sesekali mendorongku agar gowes lebih cepat. Heheheheh ... Sekitar pukul 20.00
kita sampai di Kartasura dimana kita melewati rumah makan yang berjualan sate
kambing yang baunya menggoda selera. Kita mampir untuk makan malam dan
istirahat sejenak. Kita sampai rumah Ranz di kawasan Laweyan sekitar pukul
21.15.
tempat mampir makan malam dan istirahat |
Aku pulang ke
Semarang hari Senin pagi. Dari Kerten bus yang kutumpangi sudah sangat penuh
hingga aku harus berdiri, pukul 04.45. Aku terus berdiri hingga turun di Sukun
Semarang. Perfecto! Aku sampai sekolah tempat aku bekerja pukul 07.10.
Sampai jumpa di
kisah Nana dan Ranz yang berikutnya!
PT56 17.07 300613
terimakasih sudah berkunjung ke blog saya, cerita di blog Mbak juga sangat menarik,, senang sekali ya bisa keliling kota dengan gowes,
BalasHapusSemoga dua tahun lagi ada raceplorer3 dan aku bisa ikut lagii :)
Salam Gowes :)
salam gowes balik :)
HapusLumayan jauh juga rutenya Mrs
BalasHapus