GOWES SEMARANGAN : WISATA RELIGI
Akhirnya kesampaian
juga keinginan satu ini : gowes wisata religi di kawasan kota kelahiranku
sendiri. Belum mencakup semua lokasi wisata religi sih, but not bad lah. J
Hari Sabtu sebelum memasuki
bulan September nan ceria, tanggal 31 Agustus 2013 aku dan Ranz menyambangi
tiga tempat wisata yang tak asing lagi sebenarnya. Namun belum pernah kita
menyengajakan diri kesana untuk gowes wisata sekalian bernarsis ria. LOL.
Dari kos Ranz yang
terletak di kawasan Lemah Gempal, kita berkunjung ke Kelenteng Tay Kak Sie yang
terletak di Gang Lombok (karena kawasan itu dulu banyak terdapat tanaman
lombok) melalui Jalan Suyudono - Pasar Bulu – Tugumuda – Jalan Pemuda – Jalan
Gajahmada – Jalan Kranggan – Gang Warung – Jalan Pekojan – Gang Lombok.
1. Kelenteng Tay Kak Sie (Kuil Kesadaran)
Kelenteng
satu ini terletak di Jalan Gang Lombok no 62 Pecinan Semarang. Didirikan pada
tahun 1746 (ada yang menyebut tahun 1772), semula hanya untuk memuja Dewi Kwan
Sie Im Po Sat, Yang Mulia Dewi Welas Asih, namun kemudian berkembang menjadi
kelenteng yang juga memuja Dewa Dewi Tao lainnya.
gayaku sudah mirip Cheng Ho belum? LOL |
sumbangan para donatur acara King Hoo Ping |
Kelenteng Tay Kak Sie dari depan |
Beberapa
tahun lalu oleh pemerintah kota Semarang, di sungai yang terletak di depan
Kelenteng, ditempatkan sebuah kapal / perahu yang berukuran lumayan, yang konon
merupakan replika kapal Laksamana Cheng Ho yang mendirikan Gedung Batu Sam Po
Kong. Pemkot berpikir bahwa keberadaan kapal itu akan menambah nilai positif
Kelenteng Tay Kak Sie dari segi pariwisata. Akan tetapi kondisi sungai yang penuh
kotoran dan tidak pernah dikeruk/dibersihkan ini, justru keberadaan kapal
membuat kondisi sungai semakin kotor dan kumuh hingga nampaknya Pemkot
berencana untuk memindahkan (menyingkirkan) replika kapal tersebut.
tulisannya apa ya? |
salah satu hiasan di dinding |
narsis is my middle name :-P |
Tahun
2008 lalu, waktu kondisi kapal masih baru dan bersih + bagus, beberapa kali
dipilih sebagai lokasi untuk menyelenggarakan beberapa event. Salah satunya –
yang kuhadiri waktu itu – adalah puncak acara perayaan Hari Kebangkitan
Nasional yang keseratus di Semarang tahun 2008: KETOPRAK PUTRI CINA.
Sejak
kurang lebih satu tahun yang lalu, di depan Kelenteng, diletakkan sebuah patung
besar Laksamana Cheng Ho, yang mendirikan Gedung Batu Sam Po Kong. Mungkin
untuk ‘menemani’ replika kapal yang ada di sungai depan Kelenteng. J
replika kapal Cheng Ho, tanpa layar :) |
Ranz di atas geladak :) |
Kebetulan
pada hari Sabtu 31 Agustus aku dan Ranz kesana, di halaman Kelenteng yang luas
itu sedang ada persiapan perayaan King Hoo Ping yang akan diselenggarakan pada
hari Senin 2 September 2013.
Dari Kelenteng Tay
Kak Sie kita melanjutkan gowes ke salah satu landmark Semarang, yang berupa
peninggalan zaman pemerintah kolonial Belanda : Gereja Blenduk. Jarak kedua
lokasi ini tidak terlalu jauh, kurang dari 1 kilometer.
2. Gereja Blenduk
Gereja
Blenduk yang terletak di Jalan Jendral Suprapto, di kawasan Kota Lama Semarang dibangun
tahun 1753. Yang menarik dari gereja ini adalah bentuk kubahnya yang
menggelembung (‘mblenduk’ – Boso Jowo) dan bangunan gereja yang dibangun tanpa
pagar sehingga seolah-olah menyatu dengan jalan dan daerah di sekitarnya.
Gereja Blenduk dari arah depan |
kubah Gereja Blenduk |
seperti biasa, aku nunut nampang yak? :D |
Gereja
Blenduk – yang sesungguhnya bernama Gereja GBIP Immanuel – merupakan Gereja
Kristen tertua di Jawa Tengah dan berbentuk heksagonal.
Setelah puas
berfoto-fiti di Gereja Blenduk kita melanjutkan gowes ke arah Jalan Gajah,
dimana Masjid Agung Jawa Tengah terletak. Dari kawasan Kota Lama, aku mengajak
Ranz ke arah Jalan Agus Salim ke bundaran Bubakan, kemudian terus ke arah
Timur, Jalan Citarum dan terus ke jalan arteri atau Jalan Sukarno - Hatta. Di
traffic light pertama, kita belok kanan, Jalan Gajah.
3. Masjid Agung Jawa Tengah
Masjid
Agung Jawa Tengah – sering disingkat dengan akronim MAJT – terletak di Jalan
Gajah Raya Kelurahan Sambirejo, Kecamatan Gayamsari Semarang. Masjid yang
lumayan megah ini mulai dibangun pada tanggal 6 September 2002 dan diresmikan
oleh Presiden SBY pada tanggal 14 November 2006.
menara Al-Husna yang tingginya 99 meter |
pilar-pilar MAJT nan indah |
aku dan Ranz berdua di depan MAJT |
Untuk
menarik lebih banyak wisatawan datang ke MAJT, sebuah menara yang disebut Al-Husna
setinggi 99 meter dibangun. Al-Husna Tower ini terdiri dari 19 lantai. Lantai
19 berupa gardu pandang dimana para turis bisa melihat kota Semarang, dengan
teropong yang disediakan. (Untuk ini, sediakan uang receh Rp 1000,00, logam
baru, atau bisa tukar dengan petugas yang jaga. Untuk satu logam uang seribu
rupiah, kita bisa menggunakan teropong selama 90 detik.) Lantai 18 berupa rumah
makan yang berputar 360 derajat. (Sayangnya waktu aku dan Ranz datang, rumah
makan ini sedang tutup.) Sedangkan lantai 2 dan 3 berupa museum perkembangan
Islam di Jawa Tengah dan museum keterlibatan Islam dalam perkembangan negara
Indonesia.
Selain
masjid dan menara, di halaman masjid yang luas, juga ada beberapa toko yang
menjual pernak-pernik Islam, misal pakaian, hiasan kaligrafi, dll. Tak
ketinggalan pula beberapa warung yang menyediakan berbagai jenis minuman dan
makanan.
MAJT dari gardu pandang di atas Menara Al-Husna |
aku nampang di dalam museum :) |
aku dan miniatur Menara Kudus :) |
Keluar dari MAJT
sekitar jam 10.00, suasana sudah sangat panas, seperti sudah tengah hari. Kita
gowes ke arah Jalan Majapahit, kemudian belok kanan menuju Simpanglima. Rencana
untuk mampir ke bengkel sepeda tidak jadi karena tutup. Ranz lanjut ke kampus
sedangkan aku ke kantorku yang terletak di Jalan Imam Bonjol no. 180. J
GG 08.43 03-04
September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.