Cari Blog Ini

Rabu, 22 Januari 2014

Gomingpai perdana di tahun 2014

5 Januari 2014 aku, Ranz, dan Andra bersama teman-teman Komselis gowes bareng. Kita berkumpul di depan sebuah gerai mini market di Jalan Pandanaran sekitar pukul 06.30. Pukul 07.00 kita mulai bergerak meninggalkan tikum menuju Jalan Dr. Sutomo. Di pertigaan kita belok kanan menuju tanjakan Gajahmungkur, namun kita tidak nanjak Gajahmungkur. Dhany Sus sang road captain belok ke arah Ngaglik. Aha ... this is a new route for me! :) Keluar dari Jalan Ngaglik, kita tembus ke Jalan Rinjani. Di Jalan Rinjani kita unjuk narsis di sebuah lokomotif yang rencananya akan dijadikan satu cafe.

Dari Jalan Rinjani kita belok kiri -- sebelum sampai Jalan S. Parman -- dimana ketika keluar dari jalan yang kita lewati, kita akan sampai di Taman S. Parman. Kita lanjut ke arah Jalan Kawi. Nah, saatnya kita menikmati turunan! Yay!

Sesampai Jalan Sriwijaya, kita belok kanan, kemudian belok kiri ke arah Jalan Mataram. Di perempatan Bangkong, kita belok kanan, Jalan Majapahit. Sebelum jembatan Banjirkanal Timur, kita belok kiri, menyusuri Jalan Barito.

Kita mampir sarapan di Soto Neon.

Usai sarapan, kita lanjutkan gowes lagi ke arah kawasan Kota Lama untuk melanjutkan bernarsis ria. :)

Setelah tanggal 5 Januari, ternyata hari-hari Minggu berikutnya hujan terus mengguyur kota Semarang. Jadi yaaa ... ga ada kisah gomingpai selanjutnya deh. :) Semoga di bulan Februari nanti cuaca lebih bersahabat untuk gowes.

Semangatttt! :)

IB 180 16.55 22/01/2014

di tanjakan Rinjani

background lokomotif, di jalan Rinjani

di jalan apa ya? lupa :P

di kawasan warung Soto Neon

di Soto Neon

di kawasan Kota Lama 1

Ranz is in action :)

Andra is in action

me in action :P


Andra's hubby in action :)

Andra!

Ranz is always creative :D

Jumat, 17 Januari 2014

Pengalaman B2W awal tahun 2014 tak terlupakan

Awal tahun 2014.

Aku mengukir sejarah bersepeda ke tempat kerja pertama kali di tahun 2014 pada tanggal 2 Januari 2014, hari pertama masuk kerja. Everything ran well. Aku naik Austin, sepeda lipat downtube nova 20". Sedikit catatan. Agak nyesek ketika aku gagal nanjak di Gombel Lama, sehingga terpaksa ttb beberapa meter, dikarenakan ban kenda 1,5x20 yang terpasang sejak November 2013. Well, mungkin karena semenjak kantor pindah ke Gombel Golf aku membiasakan diri naik Orenj mtb wimcycle roadchamp 26" sehingga Austin terasa (lebih) berat.

Kali kedua aku bersepeda ke tempat kerja hari Senin 6 Januari 2014, aku naik Orenj. Kisah berangkat ke Gombel Golf di pagi hari baik-baik saja. Sore hari ketika ngonthel Orenj dari Gombel Golf menuju Jalan Imam Bonjol (tempat aku bekerja di sore hingga malam hari) selepas bunderan Tugumuda aku memilih belok ke Jalan Pemuda (dan tidak langsung menuju Jalan Imam Bonjol) untuk sekedar gowes lebih lama sedikit. Di sebrang Paragon, aku belok kiri menuju Jalan Pierre Tendean. Mendadak di depan kantor Dinas Kesehatan, sebuah kendaraan bermotor (sepeda motor bebek) memepetku, si pengendara memukul kepalaku keras sekali sehingga aku kehilangan keseimbangan, hampir jatuh menyerempet sebuah mobil yang sedang diparkir di sebelah kiri, untuk kemudian jatuh terbanting ke arah kanan. Kepalaku membentur aspal sangat keras. Untunglah aku mengenakan helm sehingga kepalaku masih terlindungi. Ketika kuraba, di kepala atas sebelah kiri ada benjolan sebesar telur ayam. Seluruh bagian tubuhku yang lain (nampaknya) baik-baik saja, kecuali sedikit lecet di dekat siku sebelah kiri. Untunglah jalan sedang sepi, tak banyak kendaraan yang melintas.

Seorang laki-laki mendirikan Orenj yang tergeletak di tengah jalan dan menuntunnya di pinggir. Setelah aku berhasil berdiri dan mencoba memahami apa yang sedang terjadi, mendadak laki-laki yang 'kukira' menolongku' menuduhku naik sepeda dengan tidak becus sehingga menyerempet mobilnya dan menyebabkan mobilnya tergores. DIA MEMINTAKU BERTANGGUNGJAWAB UNTUK ITU.

GOSH!

Aku sempat terbengong mendengarnya sampai akhirnya aku membela diri, "Lha wong saya ini korban kok malah anda suruh bertanggungjawab? Saya tiba-tiba dipukul orang yang tidak saya kenal hingga hilang keseimbangan dan jatuh terjerembab. Lihat nih, kepala saya benjol! Apa anda tidak lihat seseorang memukul kepala saya?" tanyaku bersungut-sungut.

"Saya tidak lihat," kata laki-laki itu, seolah menuduhku bercerita yang bukan-bukan.

"Coba raba kepala saya, ini benjol!" kataku.

"Lha yang akan bertanggungjawab atas tergoresnya mobil saya siapa?" orang itu masih ingin menuntutku dan tidak peduli dengan kondisiku.

"Saya tidak tahu," jawabku kesal, sambil mengusap-usap benjol di kepala sebelah kiri.

Ada dua orang yang sedang duduk di seberang jalan yang memandangi kita berdua. Sayangnya dua orang itu mengaku tidak melihat kejadian seseorang menyalipku dan memukul kepalaku. Memang peristiwa itu terjadi dengan cepat; orang yang tidak memperhatikan tidak akan 'ngeh' atas apa yang terjadi.

Aku marah pada orang yang memukulku tiba-tiba. Aku juga kesal pada orang yang menuntutku bertanggungjawab atas tergoresnya mobilnya. What d hell ...

Aku meninggalkan lokasi naas itu beberapa menit kemudian ketika akhirnya laki-laki itu pasrah membiarkanku pergi. Rantai Orenj lepas sehingga aku menuntunnya menuju kantor. Untunglah kantorku terletak tak jauh dari situ.

Sesampai kantor beberapa teman mengompres benjol kepalaku dengan air panas dan dingin, dan mengolesinya dengan trombopop.

What an experience! Fiuuuhhhh ... :(

GG 12.22 17/01/2014

Kamis, 02 Januari 2014

GOWES SUSUR CANDI Day 3



GOWES SUSUR CANDI Day 3

Minggu 29 Desember 2013

Usai sarapan di hotel dengan menu nasi goreng + mihun goreng + bubur ayam + roti lapis selai (kenyang poll!) dan packing, kita check out pukul 08.45. Candi Plaosan Lor kembali menjadi tujuan pertama kita. Alasannya: hari Jumat sebelumnya Ranz ogah masuk ke dalam kawasan candi. Kali ini aku memaksanya masuk. :D

Oh ya, hari ini kita mengenakan T-shirt brand new, pemberian Om Aryo Wikantomo Jogja. :)


Ranz in action di lantai dua Hotel Galuh, di depan kamar kita

di depan Hotel Galuh yang berhiaskan miniatur Prambanan

berdua mejeng di plang nama Candi Plaosan Lor

dari kejauhan mengintai Candi Kembar :)

Ranz in action di atas Candi (utama) Plaosan Lor yang 'perempuan', menghadap Candi yang laki-laki :)

Aku duduk di lokasi yang sama dengan Ranz di foto di atas
mejeng berdua

salah satu stupa yang utuh

Pukul 10.00 kita meninggalkan Candi Plaosan Lor. Tujuan berikutnya adalah Candi Sumberwatu. Mengikuti petunjuk Tika – teman Tiwuk yang rumahnya sangat dekat dari Candi Plaosan – kita belok ke arah Selatan di jalan yang terletak setelah gapura pembatas Prambanan – Jogja. Jalan ini juga yang kita lewati ketika gowes Jogja Attack 2 Mei 2012 dan J150K. Namun di pertigaan kita belok ke arah kiri, bukan kanan. Disini jalan mulai menanjak. Karena aku kepayahan gowes Austin dengan tas pannier di rak boncengan, tas pannier pun kemudian dipindah ke rak boncengan Shaun. Don’t you ever doubt Ranz’ powerful knees. :)

latar belakang bukit dimana SWH terletak

judul : pamer kaos NGEPIT SAK MODARE

ada spion raksasa! :)

tas pannier pindah! :)
 
Candi Sumberwatu menjadi salah satu tujuan karena dari spot ini kita bisa memandang Candi Prambanan dari atas, seperti dari gardu pandang Punthuk Setumbu kita bisa memandang Candi Borobudur. Candi Sumberwatu yang ternyata ‘hanya’ berupa stupa ini terletak di dalam Sumberwatu Heritage yang mencakup villa, spa, dan restaurant. 

Prambanan dari Sumberwatu Heritage

Prambanan dari Sumberwatu Heritage 2

kiri : Prambanan, kanan : Sojiwan

Untunglah ketika kita kesana cuaca sangat cerah – alias panas – sehingga kita bisa memandang dengan jelas gunung Merapi, Candi Prambanan dan Candi Sojiwan. 

Karena harga makanan di restaurant Abhayagiri (ini nama restoran yang ada di dalam Sumberwatu Heritage) yang ‘ajiiib’ (LOL), kita hanya pesan dua porsi es krim, satu cangkir caramel coffee, satu iced local java tea, dan satu porsi chicken wings. Dan ... untuk itu kita harus merogoh kocek Rp. 188.000,00. Superb! LOL. 

di dalam kawasan Abhayagiri restaurant

nun jauh di belakang sana ada Candi Prambanan :)
Candi Banyunibo dilihat dari Candi Barong

Pukul 12.15 kita meninggalkan SWH untuk menuju Candi Barong. Dari SWH kita lanjut nanjak. 10 menit kemudian kita telah sampai di Candi Barong. 

Candi Barong kecil, seperti candi perwara, ada dua buah candi di pelataran yang cukup luas itu. Dari sini kita bisa melihat Candi Banyunibo. 

Candi Barong!

Candi Barong

aku di Candi Barong

Candi Barong dari kejauhan

Atas saran Satpam, kita tidak ke Banyunibo namun menuju Candi Ijo dulu, agar kita tidak perlu turun, kemudian nanjak lagi. Kita diberi petunjuk untuk mengikuti  jalan setapak yang ada. Sesampai di bendungan kita belok kanan. Dari sana kita terus jalan sampai pertigaan, kita belok kanan lagi. Teruusss hingga kita bertemu pertigaan lagi, kita memilih jalan yang nanjak, alias belok kiri. Tak jauh dari situ kita akan bertemu jalan aspal (catat! Jalan aspal! Yang berarti jalan yang kita lewati dari Candi Barong bukan merupakan jalan aspal!), kita belok kiri alias nanjak lagi. 

bendungan yang kita temukan dalam perjalanan dari Candi Barong

jembatan yang kita lewati dari Candi Barong - Ijo

jalan rusak 1

jalan rusak 2

Sungguh di luar perkiraan kita kalau ternyata jalan yang harus kita lewati adalah jalan makadam yang telah rusak, naik turun. Sangat amat tidak disarankan jika kita melewatinya naik sepeda lipat, apalagi ditambah tas pannier. Untunglah kita tidak terganggu ban bocor atau pun gangguan lain.
Sesampai di jalan aspal dengan tanjakan yang ehem itu, Ranz mulai menunjukkan sifat malasnya untuk melanjutkan perjalanan. Rupanya dia berharap sesampai jalan aspal, Candi Ijo terletak tak jauh dari situ. Unfortunately Ranz was wrong. Maka, ‘drama’ yang mirip ketika kita gowes ke Sekatul pun terulang lagi. Dia gampang ngambeg. “Kalau pukul 14.15 kita belum sampai Candi Ijo, kita pulang saja!” Atau, “Shaun dititipin di warung sini aja ya, aku gowes Austin, kamu cari boncengan motor yang lewat.” Dll. 

You never know how close you ara to your success when you decide to quit,” kata Thomas Edison. Aku selalu mengingat kata-kata Edison ini ketika gowes. :D

Dan ... akhirnya kita pun sampai di Candi Ijo pukul 14.30. Lebih banyak pengunjung disini ketimbang di Candi Barong, bahkan juga dibandingkan Candi Plaosan. Apa karena orang suka memandang pemandangan ke arah Bandara Adi Sucipto dari ketinggian sini ya?

To Ranz’s disappointment, ga ada satu warung (angkringan) pun di kawasan Candi Ijo. Apalagi terlihat ada orang yang sibuk dengan senapan angin, entah menembak apa. Hal ini memperburuk mood Ranz untuk menjelajah kawasan Candi Ijo. Bagaimana jika orang itu salah tembak? :(

melaju ke Candi Ijo, setelah sampai di jalan aspal

Beberapa orang yang asik nongkrong di pintu masuk salah satu candi perwara juga menghapus mood-ku untuk memasuki semua candi yang ada, meski mungkin di dalamnya tidak ada bangunan apa-apa. Aku hanya memasuki candi perwara di sebelah kanan (dari arah candi utama), di dalamnya ada lubang yang entah dulu digunakan untuk apa. Di dalam candi utama, ada bangunan lingga dan yoni yang ukurannya jauh lebih besar dibandingkan lingga dan yoni di dalam Candi Sambisari.

pemandangan dari atas teras 11 Candi Ijo

aku mejeng di Candi Ijo

Candi utama dengan 3 candi perwara

tangga menuju teras 11 Candi Ijo

Mood menjelajahku pun surut ketika tiba-tiba aku sakit perut. Untunglah ada toilet yang terletak dekat kantor satpam tempat para pengunjung diminta menulis data diri di buku tamu dan membayar seikhlasnya. Setelah selesai melaksanakan hajat, kulihat Ranz sudah siap untuk meninggalkan lokasi. Ya sudah, aku tidak kembali naik ke Candi Ijo. Kita langsung meluncur turun. (Kita tidak menemukan petunjuk menuju Candi Banyunibo sehingga kita tidak mampir.)

Untunglah cuaca sangat mendukung untuk ngebut. Kita sampai di kota Klaten sekitar pukul 17.00 dimana kita putuskan untuk mampir ke sebuah warung penyet untuk makan malam. Sambalnya pedeeeesssss. :P
 
Kita sampai di rumah Ranz di kawasan Laweyan Solo pukul 19.30. Dan rasanya aku masih sakau gowes. Haduw. 

Senin pagi kita ga kemana-mana. (Museum Sangiran libur hari Senin.) Kita keluar hanya untuk brunch di RM Selat Mbak Lies. Sehari sebelumnya Ranz sempat nawarin untuk menemani gowes balik ke Semarang, namun kondisi lipatan Austin sedikit bermasalah, sehingga kuputuskan untuk nyantai saja hari itu, sebelum aku pulang ke Semarang dengan naik bus. 

Kapan bikepacking lagi yaaa? :D

PT56 20.51 01/01/2014

GOWES SUSUR SELOKAN MATARAM + CANDI-CANDI Day 2



GOWES SUSUR SELOKAN MATARAM + CANDI-CANDI Day 2

Sabtu 28 Desember 2013

Aku terbangun seperti biasa, sekitar jam 04.00, sesuai dengan kebiasaan. Tapi aku baru meninggalkan tempat tidur sekitar pukul 05.00 dan langsung mandi. Sekitar pukul 06.00 aku keluar, mencari sarapan di kitaran hotel sementara Ranz masih molor. Namun ternyata kondisi Jalan Sosrowijayan berbeda dengan Jalan Dagen; tak ada satu penjual sarapan pun terlihat! Aku pun berjalan ke arah Malioboro. Di sebrang Jalan Sosrowijayan ada beberapa kios jualan makanan yang telah buka. Aku beli sebungkus nasi gudeg + telur dan satu bungkus nasi + ayam goreng + lalapan.
Sesampai di hotel, Ranz masih molor, aku langsung sarapan sendiri. J Baru sekitar pukul 07.15 Ranz bangun kemudian mandi. Kita meninggalkan hotel sekitar pukul 07.50 menuju bunderan UGM : Om Poetoet ngajakin bertemu disana. 
Ranz yang motret :)

Om Poetoet dan Thomas (Jogja)

di depanku Om Kartono (jersey kuning), yang satu siapa ya namanya? :)

Sekitar pukul 08.45 berkumpullah sekitar 13 orang: aku, Ranz, Thomas, Om Poetoet, Om Kartono, Om Ti Yo, Bunda Upik, Nte Ria, Om Agung Botol, dll. Ngobrol sejenak di lokasi tikum, kita melanjutkan obrolan di RM Gudeg Bu Hj Ahmad di pinggir Selokan Mataram. Dan ... aku sarapan kedua dengan menu yang sama : Nasi gudeg + telor tapi kali ini ditambah suwiran ayam. LOL. 

di RM Gudeg di pinggir Selokan Mataram

berfoto bersama sebelum berpisah

Usai sarapan dan ngobrol ngalor ngidul, kita pun berpisah sekitar pukul 10.30 setelah foto-foto. :)
Sempat ada sedikit drama antara aku dan Ranz. LOL, Hanya berdua namun terkadang kita sulit juga menyatukan keinginan mau kemana. Aku ingin tetap mengikuti rencana semula : gowes susur candi hingga Candi Ijo (yang katanya lokasinya di ketinggian 400 m dpl) dengan resiko ga bisa pulang ke Solo hari itu dan gagal gowes ke Sangiran di hari Minggu. Sementara Ranz ingin pulang ke Solo hari itu juga dengan alasan ga punya lagi baju bersih yang bisa dipake hari Minggu. Sepele kan ya? LOL. (Namun, kemudian aku tahu dia menyembunyikan kenyataan bahwa dia telah ngedate dengan seseorang lain di Sangiran pada hari Minggu 29 Desember itu tanpa memberitahuku.) Well, aku lebih memilih gowes ke Candi Ijo karena kita toh sudah pernah gowes ke Sangiran. :)

gowes susur Selokan Mataram

gowes sepanjang sisi Selokan Mataram asik lho

wajib narsis :D

Ranz di plang nama Candi Sambisari

Siang itu kita gowes menyusuri Selokan Mataram, dari kawasan UGM ke arah Timur. Ini berarti kita napak tilas jalur gowes (awal) J150K. :) Siang yang sangat terik, sehingga kita pun mudah merasa haus sehingga perlu mampir ke angkringan untuk minum es teh.

kawasan Candi Sambisari

candi utama Sambisari

patung Agastya

tumpukan batu, yang mungkin bakal candi perwara

narsis judule :D

Candi pertama yang kita kunjungi adalah Candi Sambisari. Candi yang lokasinya di bawah permukaan tanah itu mungil namun sangat indah. Ada dua candi perwara yang menghadap Timur, sedangkan candi utama menghadap Barat. Di dalam candi utama ada lingga dan yoni. Di sekitar candi ada tanah lapang berumput. Agar candi tidak terendam air jika turun hujan deras, di seputar candi dibangun parit yang lumayan dalam. 

Sebelum meninggalkan lokasi Candi Sambisari kita masuk ke kantor dimana di dalamnya kita bisa melihat banyak foto, mulai dari penemuan hingga pemugaran Candi Sambisari.

Candi Kalasan dari arah Barat
aku di pintu masuk yang menghadap Timur

Kita kembali gowes sepanjang sisi Selokan Mataram. Candi berikutnya yang kita tuju adalah Candi Kalasan, meski sebenarnya Candi Kalasan tidak masuk list karena kita telah pernah kesini bulan Juni 2011. Setelah berkunjung ke Candi Sambisari yang mungil, Candi Kalasan nampak raksasa. (Apalagi kalau kita ke Candi Prambanan ya? :) ) Jika candi utama Candi Sambisari menghadap Barat, pintu utama Candi Kalasan menghadap Timur. Tidak ada candi perwara disini. 

mejeng di Plaosan Lor kala senja

Ranz beraksi melompati Shaun :)

kurengkuh kedua candi kembar ini :)

Candi kembar Plaosan Lor kala senja

aku berdua Tika :)

Pukul 16.30 kita meninggalkan Candi Kalasan. Kita belum mendapatkan tempat menginap di malam kedua ini. Kebetulan aku dan Ranz memiliki ide yang sama : tried our luck at Galuh Hotel located near Plaosan temple.  Setelah sampai Hotel Galuh, sempat ragu-ragu karena melihat beberapa bus pariwisata yang sedang diparkir di depan hotel. Dan ternyata ... keberuntungan ada di pihak kita. Kita mendapatkan kamar standard yang cukup nyaman: dua single bed, AC, kamar mandi dalam dengan air hangat. Setelah check in, kita kembali berkunjung ke Candi Plaosan Lor untuk hunting foto sunset! 

Pukul 19.30 kita telah kembali ke hotel untuk makan malam, mandi, dan istirahat! 

To be continued.

PT56 18.30 01/01/2014