JLFR DESEMBER TAHUN 2013
Demi memenuhi ajakan Om Poetoet untuk meramaikan
JLFR (alias Jogja Last Friday Ride), aku dan Ranz berangkat ke Jogja pada hari Jumat 27 Desember 2013.
Aku meninggalkan Sukun - Semarang sekitar pukul 06.30
menuju Solo. Alhamdulillah perjalanan lancar (tidak kena macet di daerah
Pudakpayung yang sedang diperbaiki), aku sampai di Kerten Solo sekitar pukul
09.30. Dari Kerten aku ke Stasiun Purwosari, untuk kemudian bersama Ranz naik
kereta Sriwedari menuju Klaten. (Demi menghemat waktu kali ini kita tidak gowes
dari Solo). Setelah turun di Stasiun kereta Klaten, kita mulai mengayuh pedal
sepeda lipat masing-masing sekitar kurang lebih 15 kilometer.
Tujuan pertama adalah having brunch di RM Djatayu, tempat kita biasa mampir untuk brunch di tiap gowes Solo – Jogja (ini
kali keempat). Siang itu sangat terik ketika kita meninggalkan RM Djatayu. Kita
janjian dengan Tiwuk, seorang sobat yang pertama berkenalan lewat FB untuk
bertemu di Candi Plaosan.
|
Gunung Merapi dari Plaosan Lor |
|
salah satu candi utama Plaosan Lor |
|
deretan candi perwara (pendamping) |
|
deretan patung yang tak lagi utuh |
Dari RM Djatayu yang terletak kurang lebih 2
kilometer dari Prambanan, kita terus
melaju ke arah Barat. Di perempatan pertama, ada petunjuk ‘Candi Plaosan’ ke
arah kanan (Utara), kita menyeberang dan belok ke kanan. Gowes sejauh kurang
lebih 1,5 kilometer, ada petunjuk lagi ‘Candi Plaosan’: kita belok kanan. Dari
situ, kita gowes kurang lebih 200 meter. Candi Plaosan Lor terletak di sisi
kiri jalan. Sekitar pukul 12.50 kita sampai.
|
salah satu stupa yang telah selesai direnovasi |
|
gerobag sapi dan turis manca :) |
|
Candi kembar :) |
|
Candi kembar dan 3 sepeda :) |
Butuh waktu kurang lebih satu setengah jam Tiwuk
menemaniku menjelajah Candi Plaosan Lor yang indah ini. Jika kita beruntung
kita bisa memandang Gunung Merapi yang berdiri gagah dari kejauhan. Sayangnya
siang itu, puncak gunung diselimuti awan, meski tetap tidak mengurangi
keindahan panoramanya.
|
Tiwuk otw |
|
Candi Plaosan Kidul 1 |
|
Candi Plaosan Kidul 2 |
|
aku dan Tiwuk otw ke Candi Sojiwan |
|
Candi Sojiwan (jepretanku) |
|
Candi Sojiwan (jepretan Ranz, bagus yaaa? :) ) |
|
Candi Sojiwan dan aku :P |
Semula aku dan Ranz berencana untuk melanjutkan
perjalanan gowes ke Candi Sambisari. Namun oleh Tiwuk kita diantar ke Candi
Sojiwan, yang terletak di sebelah Selatan jalan raya yang menghubungkan Solo –
Jogja. Sebelum ke Candi Sojiwan, kita mampir dulu ke Candi Plaosan Kidul. Jika
di Plaosan Lor ada dua buah candi utama yang dikelilingi oleh candi-candi
perwara (pendamping) serta stupa, di Plaosan Kidul kita hanya menemukan
candi-candi perwara, dan tumpukan-tumpukan batu. Mungkin proses eksvakasi disini
masih jauh dari kata selesai, meski di Candi Plaosan Lor pun masih banyak yang
harus dibenahi. Andai saja semua candi perwara yang mengitari dua candi utama,
dan semua stupa yang mengitari candi-candi perwara itu usai direnovasi, ahhh
... Candi Plaosan akan nampak sangat amat menarik.
|
aku dan Tiwuk yang motret Candi Sojiwan dipotret Ranz :D |
|
Candi Sojiwan dari kejauhan |
Di situs Candi Sojiwan kita hanya mendapati
sebuah candi utama, satu buah stupa, tanpa candi perwara. Yang istimewa dari
Candi Sojiwan adalah relief-relief yang menghiasi dinding luar candi.
Relief-relief itu berkisah tentang episode-episode yang terpisah dimana di tiap
relief mengisahkan cerita yang memiliki pesan moral agar manusia tetap
memelihara jiwa nan bersih.
Pukul 15.15 kita berpisah dengan Tiwuk. Aku dan
Ranz terus melaju ke arah kota Jogja, terutama di Jalan Malioboro untuk mencari
penginapan. Untunglah kita tidak kesulitan mencari penginapan. Sesampai di
jalan Sosrowijayan, kita diberi petunjuk ke hotel Harum yang masih ada satu
kamar kosong. Kita masuk hotel kurang lebih pukul 16.30, untuk kemudian mandi,
ganti baju dan istirahat sejenak.
Sekitar puku 17.40 kita meninggalkan hotel,
gowes ke arah Alun-alun Kidul. Om Poetoet mengajak kita berkumpul dengan
teman-teman pesepeda Jogja yang sedang mempersiapkan diri dengan menghiasi
sepeda mereka untuk bergabung ke JLFR.
|
di Nagan Tengah |
|
Om Poetoet sebelah kanan |
|
Sego Segawe :) |
|
sebagian pesepeda yang memadati Stadion Kridosono |
Jelang pukul 19.00 para pesepeda yang telah
berkumpul di Nagan Tengah no 8 Alkid mulai beriring-iringan menuju tikum JLFR:
Stadion Kridosono. Sepanjang perjalanan kita bertemu dengan banyak pesepeda
yang ternyata semuanya mengayuh pedal sepeda mereka ke arah yang sama: Stadion
Kridosono! Wah! Sesampai Stadion Kridosono, kulihat ribuan pesepeda berkumpul
disana, mulai dari anak-anak remaja,
hingga orang-orang dewasa. Mulai dari mereka yang naik sepeda gunung, sepeda
downhill, sepeda mini, onthel, lipat, lowrider, hingga sepeda yang sadelnya sangat
tinggi. Semua nampaknya tumplek bleg disana.
Sebelum mulai gowes, aku dan Ranz sempat bertemu
dengan Om Budenk (sesama founding father Komunitas B2W Semarang yang sekarang
berdomisili di Kotagede), Om Iwan dari Ambarawa (yang berangkat dari Kulon
Progo karena keluarganya sedang berlibur disana), Om Sugeng dari Jakarta (namun
berangkat bersama keluarganya dari Semarang, kota asalnya), Om Ti Yo dan
rombongan dari Bandung, Om Toto Sugito (orang nomor satu di B2W Indonesia) yang
tadi dijemput Om Poetoet waktu kita meninggalkan Nagan, Tante Ria dari Jakarta
bersama Bunda Upik sang tuan rumah (dari Jogja), dan banyak lagi yang lain.
Bisa dibayangkan jika ribuan orang berkumpul di
satu lokasi kemudian mulai gowes bareng apa yang akan terjadi: MACET! Walhasil,
di awal mulai JLFR, kita harus menuntun sepeda terlebih dahulu sejauh beberapa
kilometer. Dari Stadion Kridosono, kita menuju Jalan Abu Bakar Ali, terus ke
Malioboro. Aku dan Ranz terus menuntun sepeda hingga kita sampai di seberang
kantor pos utama, selepas Malioboro.
|
Bunda Upik (Jogja), aku, Tante Ria (Jakarta), yang laki2 sapa ya? :D |
|
bersiap-siap JLFR |
|
'bus pariwisata' :) |
|
berkerumun sebelum mulai gowes |
|
'hotel-hotel' :) |
Beberapa komunitas sengaja menghiasi sepeda
mereka dengan bentuk hotel dengan maksud menyindir pemerintah kota Jogja yang
terus menerus memberi izin para pengusaha membangun hotel namun tanpa
menyediakan lahan parkir yang cukup. Akibatnya para tamu hotel memarkir
kendaraan mereka di jalan raya hingga menimbulkan kemacetan. Ada juga yang
menghiasi sepeda dengan bentuk bus pariwisata. Bus-bus tersebut juga
menyebabkan kemacetan disana sini. Sementara itu, mana perhatian pemerintah
untuk para pesepeda?
|
JOGJA LAST FRIDAY RIDE |
|
bersama anak-anak PIT UWOH COMMUNITY |
|
Om Kartono (kiri), Om Poetoet (kanan), Om Toto (sebelah kiri Om Poetoet) |
|
mejeng bersama anak-anak PIT UWOH COMMUNITY |
|
bersama Raditya, our RC waktu gowes J150K |
Ada yang unik dari komunitas yang menamai diri
“Pit Uwoh Community” alias “Gembel Squad”. Selain bersepeda mereka juga rajin
melakukan kegiatan bersih-bersih sampah. Dari barang-barang yang telah menjadi
sampah bagi orang lain, mereka gunakan barang-barang itu menjadi barang-barang
berguna, seperti yang mereka pakai untuk menghiasi diri sendiri pada malam JLFR
tersebut.
Malam itu nampaknya Jogja benar-benar tidak
tidur. Di sepanjang jalan yang kita lewati, selalu ada para pesepeda yang
nongkrong di pinggir jalan untuk menonton kita, mengelu-elukan kita, atau ikut
bergabung gowes dengan kita. Iring-iringan JLFR berhenti di Jalan Mangkubumi.
Itu sekitar pukul 23.00.
Pukul 23.30 aku dan Ranz kembali ke penginapan.
Saatnya kita beristirahat.
To be continued.
PT56 12.16 01/01/2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.