GOWES
SUSUR CANDI Day 3
Minggu
29 Desember 2013
Usai sarapan di hotel dengan menu nasi goreng +
mihun goreng + bubur ayam + roti lapis selai (kenyang poll!) dan packing, kita
check out pukul 08.45. Candi Plaosan Lor kembali menjadi tujuan pertama kita.
Alasannya: hari Jumat sebelumnya Ranz ogah masuk ke dalam kawasan candi. Kali
ini aku memaksanya masuk. :D
Oh ya, hari ini kita mengenakan T-shirt brand new, pemberian Om Aryo
Wikantomo Jogja. :)
|
Ranz in action di lantai dua Hotel Galuh, di depan kamar kita |
|
di depan Hotel Galuh yang berhiaskan miniatur Prambanan |
|
berdua mejeng di plang nama Candi Plaosan Lor |
|
dari kejauhan mengintai Candi Kembar :) |
|
Ranz in action di atas Candi (utama) Plaosan Lor yang 'perempuan', menghadap Candi yang laki-laki :) |
|
Aku duduk di lokasi yang sama dengan Ranz di foto di atas |
|
mejeng berdua |
|
salah satu stupa yang utuh |
Pukul 10.00 kita meninggalkan Candi Plaosan Lor.
Tujuan berikutnya adalah Candi Sumberwatu. Mengikuti petunjuk Tika – teman
Tiwuk yang rumahnya sangat dekat dari Candi Plaosan – kita belok ke arah
Selatan di jalan yang terletak setelah gapura pembatas Prambanan – Jogja. Jalan
ini juga yang kita lewati ketika gowes Jogja Attack 2 Mei 2012 dan J150K. Namun
di pertigaan kita belok ke arah kiri, bukan kanan. Disini jalan mulai menanjak.
Karena aku kepayahan gowes Austin dengan tas pannier di rak boncengan, tas
pannier pun kemudian dipindah ke rak boncengan Shaun. Don’t you ever doubt
Ranz’ powerful knees. :)
|
latar belakang bukit dimana SWH terletak |
|
judul : pamer kaos NGEPIT SAK MODARE |
|
ada spion raksasa! :) |
|
tas pannier pindah! :) |
Candi Sumberwatu menjadi salah satu tujuan
karena dari spot ini kita bisa memandang Candi Prambanan dari atas, seperti
dari gardu pandang Punthuk Setumbu kita bisa memandang Candi Borobudur. Candi
Sumberwatu yang ternyata ‘hanya’ berupa stupa ini terletak di dalam Sumberwatu
Heritage yang mencakup villa, spa, dan restaurant.
|
Prambanan dari Sumberwatu Heritage |
|
Prambanan dari Sumberwatu Heritage 2 |
|
kiri : Prambanan, kanan : Sojiwan |
Untunglah ketika kita kesana cuaca sangat cerah
– alias panas – sehingga kita bisa memandang dengan jelas gunung Merapi, Candi
Prambanan dan Candi Sojiwan.
Karena harga makanan di restaurant Abhayagiri (ini nama restoran yang ada
di dalam Sumberwatu Heritage) yang ‘ajiiib’ (LOL), kita hanya pesan dua porsi
es krim, satu cangkir caramel coffee, satu iced local java tea, dan satu porsi
chicken wings. Dan ... untuk itu kita harus merogoh kocek Rp. 188.000,00.
Superb! LOL.
Pukul 12.15 kita meninggalkan SWH untuk menuju
Candi Barong. Dari SWH kita lanjut nanjak. 10 menit kemudian kita telah sampai
di Candi Barong.
Candi Barong kecil, seperti candi perwara, ada
dua buah candi di pelataran yang cukup luas itu. Dari sini kita bisa melihat
Candi Banyunibo.
|
Candi Barong! |
Atas saran Satpam, kita tidak ke Banyunibo namun
menuju Candi Ijo dulu, agar kita tidak perlu turun, kemudian nanjak lagi. Kita
diberi petunjuk untuk mengikuti jalan
setapak yang ada. Sesampai di bendungan kita belok kanan. Dari sana kita terus
jalan sampai pertigaan, kita belok kanan lagi. Teruusss hingga kita bertemu
pertigaan lagi, kita memilih jalan yang nanjak, alias belok kiri. Tak jauh dari
situ kita akan bertemu jalan aspal (catat! Jalan aspal! Yang berarti jalan yang
kita lewati dari Candi Barong bukan merupakan jalan aspal!), kita belok kiri
alias nanjak lagi.
|
bendungan yang kita temukan dalam perjalanan dari Candi Barong |
|
jembatan yang kita lewati dari Candi Barong - Ijo |
|
jalan rusak 1 |
|
jalan rusak 2 |
Sungguh di luar perkiraan kita kalau ternyata
jalan yang harus kita lewati adalah jalan makadam yang telah rusak, naik turun.
Sangat amat tidak disarankan jika kita melewatinya naik sepeda lipat, apalagi
ditambah tas pannier. Untunglah kita tidak terganggu ban bocor atau pun gangguan
lain.
Sesampai di jalan aspal dengan tanjakan yang
ehem itu, Ranz mulai menunjukkan sifat malasnya untuk melanjutkan perjalanan.
Rupanya dia berharap sesampai jalan aspal, Candi Ijo terletak tak jauh dari
situ. Unfortunately Ranz was wrong. Maka, ‘drama’ yang mirip ketika kita gowes
ke Sekatul pun terulang lagi. Dia gampang ngambeg. “Kalau pukul 14.15 kita
belum sampai Candi Ijo, kita pulang saja!” Atau, “Shaun dititipin di warung
sini aja ya, aku gowes Austin, kamu cari boncengan motor yang lewat.” Dll.
“You never know how close you ara to your
success when you decide to quit,” kata Thomas Edison. Aku selalu mengingat
kata-kata Edison ini ketika gowes. :D
Dan ... akhirnya kita pun sampai di Candi Ijo
pukul 14.30. Lebih banyak pengunjung disini ketimbang di Candi Barong, bahkan
juga dibandingkan Candi Plaosan. Apa karena orang suka memandang pemandangan ke
arah Bandara Adi Sucipto dari ketinggian sini ya?
To Ranz’s disappointment, ga ada satu warung
(angkringan) pun di kawasan Candi Ijo. Apalagi terlihat ada orang yang sibuk
dengan senapan angin, entah menembak apa. Hal ini memperburuk mood Ranz untuk
menjelajah kawasan Candi Ijo. Bagaimana jika orang itu salah tembak? :(
|
melaju ke Candi Ijo, setelah sampai di jalan aspal |
Beberapa orang yang asik nongkrong di pintu
masuk salah satu candi perwara juga menghapus mood-ku untuk memasuki semua
candi yang ada, meski mungkin di dalamnya tidak ada bangunan apa-apa. Aku hanya
memasuki candi perwara di sebelah kanan (dari arah candi utama), di dalamnya
ada lubang yang entah dulu digunakan untuk apa. Di dalam candi utama, ada
bangunan lingga dan yoni yang ukurannya jauh lebih besar dibandingkan lingga
dan yoni di dalam Candi Sambisari.
|
pemandangan dari atas teras 11 Candi Ijo |
|
aku mejeng di Candi Ijo |
|
Candi utama dengan 3 candi perwara |
|
tangga menuju teras 11 Candi Ijo |
Mood menjelajahku pun surut ketika tiba-tiba aku
sakit perut. Untunglah ada toilet yang terletak dekat kantor satpam tempat para
pengunjung diminta menulis data diri di buku tamu dan membayar seikhlasnya. Setelah
selesai melaksanakan hajat, kulihat Ranz sudah siap untuk meninggalkan lokasi.
Ya sudah, aku tidak kembali naik ke Candi Ijo. Kita langsung meluncur turun.
(Kita tidak menemukan petunjuk menuju Candi Banyunibo sehingga kita tidak
mampir.)
Untunglah cuaca sangat mendukung untuk ngebut. Kita
sampai di kota Klaten sekitar pukul 17.00 dimana kita putuskan untuk mampir ke
sebuah warung penyet untuk makan malam. Sambalnya pedeeeesssss. :P
Kita sampai di rumah Ranz di kawasan Laweyan
Solo pukul 19.30. Dan rasanya aku masih sakau gowes. Haduw.
Senin pagi kita ga kemana-mana. (Museum Sangiran
libur hari Senin.) Kita keluar hanya untuk brunch
di RM Selat Mbak Lies. Sehari sebelumnya Ranz sempat nawarin untuk menemani
gowes balik ke Semarang, namun kondisi lipatan Austin sedikit bermasalah,
sehingga kuputuskan untuk nyantai saja hari itu, sebelum aku pulang ke Semarang
dengan naik bus.
Kapan bikepacking lagi yaaa? :D
PT56 20.51 01/01/2014
Haaaaa jalannya mbak masih kayak gitu. Sekarang udah mendingan, tapi pas di dekat sendang itu emang jalannya kudu nuntun hahahahah
BalasHapusiyah, kita terpaksa nuntun di kawasan situ, khawatir ban meletus :)
Hapus