Di
hari pertama, on the way ke Borobudur, aku sempat nawarin teman-teman apakah
mereka berniat kuajak ke Punthuk Setumbu untuk menyaksikan pemandangan
sunrise di atas Borobudur nan spektakuler itu. Mereka setuju. Namun saat kita
sedang makan malam di alun-alun, kutawarkan lagi apakah mereka masih
berkeinginan bangun pagi, sekitar jam 03.30 untuk kemudian berangkat ke Punthuk
Setumbu jam 04.00, mereka kompak menolaknya. LOL. Alasannya jelas: LELAH! :)
Alhasil
di hari kedua itu kita bangun pagi dengan santai. Jam lima pagi aku sudah mulai
mendengar suara teman-teman bercakap-cakap di luar kamar. (Aku, Ranz, Tami, dan
Dwi tidur satu kamar, di satu tempat tidur yang membuat kita tak bisa leluasa
bergerak. LOL.) Selain itu, aku pun mendengar suara rerintik gerimis. Oh!
Syukurlah kita memilih "bermalas-malasan" karena kalau pun kita
bangun pagi, kemudian kehujanan waktu gowes ke Punthuk Setumbu, kita tetap tak
bisa menikmati sunrise. (Excuses buat kemalasan kita. LOL.)
Jam
setengah enam kita mulai ngantri mandi satu persatu. Saat ada dua teman yang
mandi (di dua kamar mandi yang berbeda lho LOL), yang lain menikmati kopi
Lampung yang disuguhkan tuan rumah di ruang tengah sembari ngobrol ramai-ramai.
Ternyata si Bapak Haji cukup kenal kota Semarang sehingga beliau bisa mengikuti
obrolan kita. Beliau juga kenal seluk beluk kota Jogja.
Setelah
packing, pukul setengah sembilan kita mulai berjalan kaki ke arah Taman Wisata
Candi Borobudur: saatnya berubah peran dari goweser menjadi wisatawan. Cihui.
LOL. Gerimis telah reda. reda. Meski hari masih cukup pagi, belum juga ada jam
sembilan, di pelataran Candi Borobudur telah banyak wisatawan yang bergerombol.
Untunglah kita tak perlu mengantri lama untuk membeli tiket yang harganya Rp.
30.000,00 (untuk wisatawan Nusantara).
(Ssshhtttt,
kita belum sarapan lho, jadi kita jalan-jalan di dalam Taman Wisata Candi
Borobudur dalam keadaan lapar. Hahahaha ...)
Mungkin
di antara kita berdelapan hanya Ranz yang belum pernah mendaki Candi Borobudur
hingga ke tingkat yang paling atas. LOL. Tentu aku duluuuuu sudah pernah, tapi
entah apakah aku sudah pernah berfoto disitu. Jika pun pernah, entah kemana
foto-foto itu menghilang. LOL. Jadiiii, intinya, kita ke Borobudur ini adalah
untuk memberi kesempatan Ranz memiliki kesempatan mendaki Candi Borobudur
sekaligus memotret kita. YAY! LOL.
Sekitar
pukul setengah sebelas kita semua akhirnya benar-benar kelaparan; satu hal yang
membuat kita akhirnya meninggalkan pelataran Candi Bobobudur untuk mencari
sarapan. :)
Usari sarapan, kita
balik kepenginapan untuk berpamitan kepada Pak Haji, mengambil sepeda dan
perbekalan kita. Selanjutnya kita gowes ke arah Candi Mendut. Kita tidak ke
Candi Pawon karena mengingat waktu yang sudah semakin siang. Siang itu cuaca
cukup gerah sehingga kita pun dengan mudah berkeringat.
Cuaca panas itu
ternyata dengan mudah berubah menjadi hujan yang sangat lebat saat kita akan
meninggalkan Candi Mendut. Kita pun menyibukkan diri mengenakan mantel,
membungkus sepatu (bagi yang mengenakan sneakers), memasang bag cover di tas
pannier, dll. Sementara itu aku diantar Arwin ke Terminal Bus Muntilan naik
motor untuk segera balik ke Semarang. (My Lovely Star alias Angie was not feeling well and
she begged me to go home soon.) Terpaksa aku tidak bisa mengikuti seluruh
rangkaian rencana bikepacking.
Karena mengejar
waktu agar tidak kesorean sampai Jogja, kita lewat jalan raya dan tidak mampir
kemana-mana kecuali makan siang yang (agak) kesorean. J Oh ya, selepas pertigaan Mendut – Muntilan –
Magelang hujan telah reda hingga kita tak perlu mengenakan mantel.
Syukurlah kita
sampai di Jogja sekitar pukul empat sore. Di bunderan UGM Radit – teman sepedaan
dari Federal Jogja – menjemput dan mengantar kita ke penginapan. Malamnya
kita makan malam di Jalan Mangkubumi kemudian ngopi di Kopi Joss di jalan yang
sama. Tentu jua tak ketinggalan ngantri ngeksis di Tugu (Jogja) nan legendaris itu sebelum balik ke penginapan.
To be continued.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.