Pagi ketiga kita
agak malas bangun pagi. J Banyak yang
harus dibenahi sebelum kita bisa meninggalkan Jogja menuju Solo. Pertama, karena
Dwi tidak yakin kita bisa cepat nyampe Solo dengan gowes, padahal Dwi dan Tami
harus segera balik ke Semarang karena keesokan harinya mereka akan harus
menghadapi ujian di kampus sehingga mereka butuh istirahat cukup, dan Dwi
kurang pede dengan dirinya sendiri bisa menempuh jarak 60 kilometer dengan
bersepeda, kita rembugan terlebih dahulu enaknya bagaimana. Kedua, ban Pockie
harus dibenahi. Ketiga, packing. J (Satu hal yang kurang kunikmati, untungnya Ranz sangat
menikmatinya. Heheheh ...)
Radit datang
menjemput kita sekitar pukul 09.00. Kita tidak langsung menuju Selokan Mataram
(rute pilihan pagi ini adalah susur Selokan Mataram menuju arah Timur), kita ke
arah Malioboro dulu semata-mata untuk kepentingan dokumentasi, alias ngeksis
narsis. LOL. Untunglah Radit dengan suka cita mengantar dan menemani kita.
Usai bernarsis ria
di kawasan Malioboro (juga di “ruang tunggu sepeda”), Radit langsung membawa
kita ke arah Babarsari untuk memulai gowes susur selokan. Kita sempat mampir ke
Candi Sambisari untuk ngeksis di ... papan nama candi. (Kita ga masuk ke dalam,
demi mengirit waktu.) Mengirit waktu? Oh no ... ternyata kawan-kawan lebih
memilih ngangkring mengisi perut ketimbang menjelajah candi. Ups ... Dari arah
Candi Sambisari, Radit terus membawa kita ke arah Timur. Candi Sari adalah
tempat kita ngeksis berikutnya. Setelah meninggalkan Candi Sari, baru kita
ngebut gowes ke arah Klaten. Sitsit, kawan sepeda kita yang tinggal di Klaten
telah menunggu kedatangan kita dengan mobil pickup yang akan kita sewa, yang
mengantar kita sampai Kartasura (demi mengirit waktu.) Disini rombongan terbagi menjadi 2, Denny
mengiringi Ranz, Tami, Dwi, dan Om Micky ke Solo; sedangkan Arwin menemani Om
Djoko yang langsung belok gowes ke arah Semarang.
Dalam perjalanan
yang diberkahi hujan lebat itu, Om Micky harus merasakan kehujanan karena duduk
di bak belakang pickup, sementara Ranz, Tami dan Dwi terlindung dari hujan
karena duduk di samping pak sopir yang sedang bekerja. J
Mobil pickup
mengantar sampai Kartasura. Disana kita dijemput ayah Ranz yang datang dengan
mobilnya untuk membawa tiga sepeda lipat. Om Micky memilih gowes ke arah
Kerten. Dwi dan Tami menunggu bus ke Semarang di Kerten dengan ditemani Denny
dan ... Om Micky yang ternyata lumayan ngebut gowesnya. Sementara itu Ranz
langsung balik ke rumah karena tidak enak jika ayahnya harus menunggu lama di
Kerten.
Begitulah. Semenarik,
semenyenangkan, semelelahkan apa pun sebuah perjalanan, akhirnya harus usai. Namun
ikatan persahabatan yang terjalin akan tetap menyatukan kita. Semoga.
Sampai jumpa di
kisah bikepacking kita (KITA? ... mungkiiiiin) selanjutnya. Ciao!
Wah keren. Tapi capeknya itu lho gak nahan, hehe...
BalasHapuscapek bakal gampang terlupa kalo sedang nyepeda rame-rame gini kok :)
Hapus