Minggu 23 April 2017 ~ hari ketiga
Aku mengajak
anak-anak untuk berburu sunrise pagi ini. Sekitar pukul 05.00, semua memulai
aktifitas – ke toilet – dll. Sayangnya Avitt memilih untuk melanjutkan mlungker
di tempat tidur. Sekitar pukul 05.20 kita meninggalkan penginapan menuju pantai
Timur.
Kita cukup
beruntung mendapatkan sunrise, karena tak lama setelah kita sempat mengabadikan
beberapa jepretan matahari terbit, sang matahari kembali tertutup awan. Sekitar
pukul 06.30 kita menuju cagar alam Pangandaran, tak jauh dari tempat kita
berburu sunrise. Hesti sempat menelpon Avitt untuk menanyakan apakah dia ingin
bergabung. Namun karena Avitt tidak menjawat telpon, kita menyimpulkan bahwa
Avitt masih tidur, kita pun masuk cagar alam tanpa menjemputnya terlebih
dahulu.
Tiket masuk
lumayan mahal, menurutku. Per orang kita harus membayar Rp. 20.000,00.
(Bandingkan dengan Taman nasional Baluran yang begitu luas hanya Rp.
15.000,00.) tapi, well, namanya juga keinginan, tentu mahal harganya. Aku
penasaran ingin masuk ke dalamnya.
Di dalam ada
beberapa jenis binatang. Minimal yang kita temui adalah monyet dan rusa. Meski
nampak penasaran dengan kita, monyet-monyet itu tidak melakukan tindakan yang
‘anarkis’; misal mendadak mengambil kacamata yang kupakai atau apa lah. J Kita lumayan kecewa ketika kita akan
masuk ke satu goa, disana ada ‘petugas’ yang menjaga, yang dengan sigap
‘memohon’ kita – bagaimana pun cara yang mereka gunakan – untuk memasukkan uang
ke dalam kotak yang telah mereka sediakan. Di satu goa – konon namanya ‘parkat’
alias ‘keramat’, ada ‘petugas’ yang setengah memaksa kita masuk dengan
menyewakan lampu batere seharga Rp. 10.000,00, sambil akan menjadi guide kita
jalan memasuki goa yang gelap itu. Di balik goa, kita akan sampai di pantai
berpasir putih.
Anak-anak
kesal dengan ‘palakan’ dengan cara halus itu. Mereka menolak. Kita terus
berjalan ke dalam, hingga kita pun sampai di balik goa keramat tersebut, sempat
berfoto-foto di pantai berpasir putihnya. Padahal ya ga jauh-jauh amat lho.
Hadeeehhh ...
Penjelajahan
kita sampai di titik ujung, di satu ‘situs’ yang disebut ‘Rengganis’ (aku ga
begitu hafal kisah yang konon diambil untuk memberi nama ‘rengganis’) Air yang
ada disitu konon bisa membuat mereka yang mencuci wajahnya dengan air yang ada
nampak awet muda. Tak lupa, tak jauh dari situ, ada satu kotak untuk mengisi
uang.
Dari sana,
kita langsung berjalan ke arah keluar cagar alam. Setelah mengambil sepeda
lipat, kita kembali ke penginapan. Saatnya kita mandi, packing, dan siap2
meninggalkan penginapan.
Sekitar
pukul 10.30 kita meninggalkan penginapan. Yang pertama kali kita tuju adalah
titik finish. Untunglah ‘wall of certificate of completion’ masih ada. Kita
masih diberi kesempatan untuk berfoto –ria, tanpa perlu ngantri. J Yippeee ...
Kita juga
menyempatkan diri foto-foto di pinggir pantai. Kita bertemu dengan rombongan
dari Batam, plus rombongan om Aryo dari Lampung, beserta om Julius dan om Rudy
dari B2W Pusat. Kita sempat foto-foto bareng mereka.
Sekitar
pukul 12.30 meninggalkan pantai pangandaran, setelah having brunch. Kita menuju
terminal bus yang terletak di sebelah kiri dari pintu gapura keluar pantai. Untunglah
waktu itu ada satu bus menuju Tasikmalaya yang masih ngetem. Setelah sepakat
dengan biaya yang harus kita bayar – Rp.
80.000,00 untuk satu orang plus satu seli – kita dibantu oleh sang kondektur
untuk menaikkan sepeda dan tas pannier kita.
Sekitar
pukul 13.20 bus yang kita naiki meninggalkan terminal. Perjalanan yang panjang
namun lancar memakan waktu hampir empat setengah jam. Capeee. Memasuki kota
Tasikmalaya ternyata Tasik sedang diguyur hujan yang sangat deras. Wahhh ...
gagallah keinginan kita untuk berfoto-foto dulu di alun-alun dll sebelum menuju
stasiun. Untunglah, kondektur bus berbaik hati mengantar kita langsung ke stasiun,
hingga kita tidak sangat basah kuyup.
Malam itu
kita sempat makan malam nasi goreng dan bakmi rebus, membeli dari seorang
penjual yang lewat. Syukurlah perut kita cukup kenyang sebelum masuk stasiun.
Kereta kita
meninggalkan stasiun Tasikmalaya pukul 21.05, sesuai waktu yang tertera di
tiket. Gerbong yang kita naiki super penuh. Kita berenam terbagi di tiga
lokasi. Aku berdua Ranz di kursi nomor 3 A dan 3 B. Dua perempuan paruh baya
yang menempatinya telah memenuhi ‘space’ yang ada dengan barang-barang mereka. L Kelelahan secara psikologis kian
parah ini nampaknya. L L
Kereta
Kahuripan yang kita naiki sampai di stasiun Purwosari – Solo pukul 03.41. kita
harus memasang sepeda lagi, mengayuh pedal lagi ke arah stasiun Balapan
(hadeeehhh ...). kita berlima masih harus melanjutkan perjalanan, sementara
Ranz tinggal mengayuh pedal Astro kembali ke rumahnya.
KA Kalijaga
meninggalkan stasiun Balapan pukul 05.20. alhamdulillah tempat duduk kita
lumayan nyaman, ga dipenuhi barang orang lain. :D Perjalanan lancar, kita
sampai stasiun Poncol sekitar pukul 08.15.
WE NEED TO
SLEEP FOR LONG HOURS!!! LOL. Now that all dramas were over ...
LG 16.09
25/04/2017
Halo,mbak Nana bagaimana gowes ke Taman Nasional Baluran tadi? Aku mau juga gowes ke sana ....
BalasHapusbaca tulisanku disini yaaa
Hapushttp://mybikingdiary.blogspot.co.id/2015/05/bikepacking-ke-taman-nasional-baluran.html
Halo,mbak Nana bagaimana gowes ke Taman Nasional Baluran tadi? Aku mau juga gowes ke sana .... dan berbagi pengalaman.....
BalasHapusMantap touringnya .....
BalasHapusHarus selalu di Bawa Happy Aja
http://bawahappyaja.blogspot.com