LIVE!
Bikepacking Sidoarjo –
Semarang Day 4
Jumat 7 Juli 2017
Bersepeda Rembang – Semarang 122 kilometer
Kita siap-siap
mulai jam 05.30, mandi, ganti baju, packing yang terakhir kali, dan siap-siap.
Pukul setengah tujuh kita turun (kamar kita di lantai 2), mengeluarkan sepeda,
memasang pannier di sepeda masing-masing, kemudian menuntun sepeda ke dekat
tempat makan (dining room) yang terletak di belakang lobby hotel.
Pukul tujuh pagi
kita masuk ke dining room. Di dalam sudah penuh para tamu lain yang sedang
makan, maupun antri ambil makan. Menu yang disediakan biasa saja, nasi putih,
bakmi goreng, seafood soup, sosis, dan kerupuk. Juga ada roti dan selai di
samping pemanggang. Untuk minuman, disediakan jus jambu (plus es batu, bagi
yang ingin dingin), teh, kopi, dan air mineral. Semangka berwarna merah dan
kuning disediakan buat yang ingin sarapan buah. Rencana mau meninggalkan hotel
pukul tujuh pagi molor dah. LOL.
Usai makan, kita
check out di resepsionis.
Jelang pukul
delapan pagi kita keluar hotel. Angin kencang langsung menyapa kita. Waduh,
angin pantura yang kencang ini bakal memperlambat laju sepeda nih. L Ranz yang langsung terkesan ingin
buru-buru meninggalkan lokasi – menolak keinginanku memotret diri di depan
hotel dengan Cleopatra dalam kondisi siap melanjutkan perjalanan – langsung
memperburuk mood-ku. Fine. Angin kencang, Ranz yang maunya buru-buru. Good
start, eh? L
Benar saja, aku
tak bisa menggeber Cleopatra secepat sehari sebelumnya. Jika dalam perjalanan
WBL – Rembang aku bisa melaju dengan kecepatan sekitar 25 – 28 kilometer per
jam (kucek di cyclometer di handle bar Cleopatra), hari ini mentok hanya di 22
kilometer per jam, itu pun lebih sering hanya di kecepatan 18 – 20 kilometer
per jam. Jika aku terus dipaksa untuk mencapai kecepatan 22 kilometer per jam,
aku bakal tumbang di jalan. L
Bagi Ranz angin
yang berhembus kencang itu sama sekali tidak dia rasakan. Makanya dia heran
ketika aku tak mengayuh pedal Cleopatra secepat sehari sebelumnya. Beberapa
kali dia nanya, “Kamu kenapa?”
“Emang kenapa?”
tanyaku balik akhirnya, bete. LOL.
“Kok lajumu ga
secepat kemarin?” tanyanya, lugu, namun nyebelin. LOL.
“Ya ampuuun. Mosok
kamu ga ngerasain angin ini berhembus kencang sekali? Ga kayak kemarin??” aku
nyolot. LOL.
“Aku ga mau
kemalaman di jalan,” katanya lagi. Hadeeeh ... kalo pun kemalaman kan kita
bakal sudah sampai Semarang kan ya?
Akhirnya aku pun
mengancamnya, LOL, “Kalo kamu paksa aku cepat, tenagaku akan cepat habis, aku
ga bakal bisa sampai Semarang lho! Entar kamu sendiri yang repot!”
“Lihat di cyclo!
Kecepatan kita sekarang berapa?” tanyanya.
“Sembilan belas,”
jawabku, setelah melirik ke cyclo.
“Owh ... lumayan
juga ya? Tapi kok rasanya pelan sekali?” tanyanya heran.
“Ya iyalah ... lha
wong kita dihadang angin? Meski kecepatan kita lumayan, rasanya ya lelet!”
jawabku.
Akhirnya Ranz
ngalah. Mengimbangi kecepatanku mengayuh pedal Cleopatra. Namun ya gitu deh,
dalam perjalanan kita sama sekali tidak berhenti. Kita baru berhenti setelah
menempuh jarak 25 kilometer, kita mampir di satu mini market, posisi kita sudah
sampai di pusat keramaian Juwana. Aku beli teh botol di dalam kotak yang
dingin. LOL. Ranz beli susu kotak. Ga pake lama, setelah habis, kita langsung
melanjutkan perjalanan lagi.
Entah mengapa,
setelah mampir mini market ini, mood Ranz melunak. Dia tak lagi terlihat maunya
buru-buru. Di gapura selamat datang Pati, dia menawari untuk berfoto. (Sejak
meninggalkan hotel Kencana, ini kali pertama kita foto) J Kemudian setelah kita menambah jarak 10
kilometer dari minimarket, dia bertanya apakah aku tidak ingin ngopi. HWAAAAH!
Dia baik sekali!!! LOL. Aku langsung terus terang aku mengantuk, dan butuh
ngopi! LOL. Waktu sarapan di hotel Kencana, aku ga ngopi karena ingin minum jus
jambu.
You know why Ranz
melunak? Dia pun ternyata mulai diserang kantuk. LOL.
Kita pun
memperlambat laju sepeda, berharap menemukan satu warung kopi atau apa kek
dimana kita bisa mampir ngopi. Ketika kita melaju dengan lambat sambil ngobrol
itu, tiba-tiba seseorang menyapa, bertanya kita sedang dalam perjalanan dari
mana mau kemana. Dia naik motor dengan memboncengkan seseorang. Mungkin karena
dia melihat tulisan di kaos yang kita pakai “Bike 2
Work Semarang”, dia pun bercerita mengenal satu punggawa B2W Pusat,
Jakarta, Om Poetoet. Waaaa ... dia kenal Om Poetoet!
Kita sedikit
ngobrol sambil tetap melaju di jalan, aku dan Ranz naik sepeda, dia naik motor.
Saat itu kita sudah masuk pusat keramaian kota Pati. Seseorang yang kemudian
memperkenalkan diri sebagai Onthelis dari Pemalang, bernama Abu Amar itu mengajak kita mampir di
satu tempat untuk ngobrol-ngobrol sejenak. Wah, mumpung aku memang sedang butuh
ngopi nih.
Kita pun mampir di
satu warung makan. Jam menunjukkan pukul 10.30. Om Abu cerita dia dan istrinya
sedang dalam perjalanan dari Tuban menuju Pemalang. Mereka memang biasa
menempuh rute Tuban – Pemalang, maupun sebaliknya, naik motor. Jika om Abu
sendirian, dia akan naik sepeda onthelnya. Hwahhh ... LOL. Itu sebabnya dia
langsung tertarik menyapa aku dan Ranz ya? Hobinya sama. J
Pukul 11.00 kita
berpisah. Om Abu dan istrinya melaju terlebih dahulu. Aku yang habis minum
segelas es kopi – sedangkan Ranz minum 2 gelas es teh – langsung merasa jauh
lebih bergairah, tak lagi mengantuk. Apalagi, angin tak lagi terasa sekencang
di pagi hari. Horeee.
Menjelang masuk
Kudus, Ranz menawari untuk berhenti untuk berfoto di gapura selamat datang. Pukul
11.29. Namun waktu melewati alun-alun Kudus, Ranz tidak mengajak berhenti,
katanya toh aku sudah punya foto Cleopatra di Simpang 7 Kudus itu. LOL.
Jelang pukul 12.30
kita berhenti di hypermart, seseorang telah menunggu kehadiran kita, Riu.!
Yeay! Riu
yang di tahun 2010 dulu membuatku iri dengan perjalanan-perjalanannya naik
sepeda, LOL, yang sekarang ditempatkan kerja di Kudus, menunggu kita untuk
menraktir kita makan siang. Alhamdulillahhh. Jika sudah rejeki, ga akan lari
kemana yak? LOL. Tidak tanggung-tanggung, Riu menraktir kita di *stana *ie dan
Es.
Kita makan sambil
ngobrol sampai pukul 13.30. Untunglah kantor Riu terletak tak jauh dari hypermart,
dia cukup jalan kaki dari kantornya untuk menemui kita. Selama makan siang,
kita menitipkan sepeda pada satpam, di belakang pos satpam. J
Usai makan siang,
kita melanjutkan perjalanan. Ada seorang kawan lagi yang ingin menyambut kita
lewat, om Joko, punggawa OOT singkatan “Onto Onto Thok” alias pasukan sepeda
onthel Kudus. Rumahnya terletak sekitar 1 kilometer setelah melewati perbatasan
Kudus – Demak (jika kita dari arah Kudus).
Siang itu cuaca
panas sekali. Dan, bahwa rumah om Joko ada di sebelah kanan, dari arah Kudus,
plus ada “pulau jalan” yang memisahkan jalur kiri dan kanan, hingga kita tidak
begitu mudah menyeberang membuat Ranz enggan kuajak mampir. Akhirnya, kita
hanya berhenti di seberang rumah om Joko, dan memintanya menemui kita
menyeberang. J Kita
sempat ngobrol sejenak dan berfoto bersama. Setelah itu, kita melanjutkan
perjalanan.
Tak jauh setelah
kita mengayuh pedal kembali, aku sudah merasakan kehausan yang amat sangat,
disebabkan cuaca panas. Akhirnya kita mampir satu minimarket untuk membeli
minum.
Rute Kudus –
Semarang kita tempuh tanpa banyak berhenti untuk foto. Eh, malah kita sama
sekali tidak berhenti untuk foto, bahkan ketika melewati alun-alun Demak, Ranz
pun enggan kuajak mendokumentasikan keberadaan kita di depan tulisan SIMPANG 6
DEMAK. Alasannya sama : malas menyeberang. LOL.
Mendekati arah
Semarang, jalanan penuh kendaraan, traffic padat merayap. Namun masih untung
kita bisa terus melaju, meski tak sekencang yang kita inginkan.
Jelang pukul lima
sore kita telah sampai Balaikota Semarang. Yeayyy! We are back home!
Sampai bertemu di
kisah bikepacking kita berikutnya yaaa!
IB 10.00
22/07/2017