LIVE!
Bikepacking Sidoarjo –
Semarang Day 2
Rabu 5 Juli 2017 Jelajah Wisata Bahari
Lamongan dan Goa Maharani
Background:
Ketika kita
bikepacking Semarang – Tuban di bulan Agustus 2012, kita tergoda untuk
melanjutkan perjalanan menuju WBL setelah tahu bahwa jarak antara Tuban – WBL
hanya sekitar 40 kilometer. Namun karena keterbatasan waktu saat itu, kita
hanya dolan ke Goa Akbar, gowes keliling Tuban sedikit, kemudian langsung
pulang ke Semarang. Sempat terbetik keinginan kapan-kapan akan ke WBL dengan
naik sepeda dari Tuban, kita akan naik bus dari Semarang – Tuban, baru kemudian
bersepeda ke WBL. Ternyata ... keinginan ini menjadi nyata setelah 5 tahun
berlalu. LOL.
Di hari kedua ini
kita tidak punya agenda mengayuh pedal sama sekali. Kita akan menikmati liburan
dengan main-main di Wisata Bahari Lamongan! Yeayyy. Karena itulah, kita sangat
santai. Ranz bangun jam 06.00, kemudian melakukan kegiatan ‘wajib’ pagi hari di
kamar mandi. J Sementara
menunggu, aku keluar dari kamar, menikmati udara pagi nan segar di balkon.
Penginapan ini menghadap ke Timur. Kebetulan pagi itu mendung sehingga tak
nampaklah sang surya di langit.
Sekitar pukul
setengah tujuh, pak Imron – yang diberi tugas menjaga penginapan ini oleh si
pemilik – datang ke kamar kita, mengantarkan sarapan. Menunya nasi rames dengan
lauk daging bumbu pedas dan perkedel kentang. Lumayan enak.
Pukul delapan, aku
dan Ranz turun ke lantai satu. Aku membuat secangkir kopi hitam di pantry,
kemudian nongkrong di kursi yang disediakan di tengah-tengah lantai satu itu.
Di lobby, Pak Imron sedang duduk dengan seseorang, dan asyik mengobrol. Sekitar
pukul setengah sembilan, kita berjalan keluar, menuju WBL.
Setelah mampir ke
minimarket yang terletak di seberang WBL (ssshhhttt ... mesin ATM satu bank
swasta yang ada di dalam minimarket ini mengeluarkan uang limapuluh ribuan
baru, masih kinclong! Sejak semalam kulihat banyak orang mengantri di ATM ini
dan mengambil setumpuk uang limapuluh ribuan yang masih gres itu) dan mengambil
beberapa lembar uang limapuluh ribuan dari ATM, aku dan Ranz menyeberang ke
WBL.
Meski kemarin sore
kita sudah mampir untuk foto-foto bersama Cleopatra dan Orenj, sepeda yang kita
naiki, dengan wajah lusuh setelah menempuh jarak hampir 100 kilometer, sebelum
membeli tiket, kita foto-foto lagi di halaman depan WBL. Meski masih pukul
sembilan pagi, sudah banyak pengunjung yang datang. Sebagian dari mereka adalah
anak-anak sekolah dari beberapa kota di Jawa Tengah maupun Jawa Timur yang
sedang mengadakan ‘field trip’. Sebagian adalah pengunjung yang datang dengan
keluarga besar maupun keluarga kecilnya.
Tanggal 5 Juli 2017
masih masuk ke masa libur lebaran, hingga harga tiket pun ikut harga tiket di
masa lebaran. Kita berdua memilih tiket terusan yang berharga Rp. 145.000,00
untuk tiga lokasi: (1) Wisata Bahari Lamongan (2) museum 4 D (museum Sejarah
Islam) (3) Goa Maharani.
Ada banyak wahana
yang bisa kita nikmati di WBL. Meski telah menyediakan sehari penuh untuk
menjelajah WBL, ternyata kita tak punya cukup waktu untuk menikmati semuanya.
Ada lebih dari 35 jenis wahana gratis yang tersedia, namun kita hanya mencoba
tak lebih dari 11. (1) istana kucing (2) bioskop 3 Dimensi (3) istana boneka
(4) space shuttle (5) jet coaster (6) sarang bajak laut (7) planet kaca (8)
anjungan Walisongo (9) Texas (10) kano (11) bumper car. Di arena ketangkasan,
Ranz mencoba menembak. Untuk ini, kita harus membeli ‘peluru’ dengan harga Rp.
2000,00 untuk 3 butir peluru.
Kita makan siang di
dalam arena WBL. Ada beberapa lokasi food court di dalam, kita tinggal memilih
mau makan dimana. Oh ya, untuk masuk kedalam arena WBL, kita tidak
diperbolehkan membawa makanan berupa nasi dan bakmi. Kalau hanya cemilan sebangsa
biskuit, boleh.
Satu hal yang
membuatku sedih dan tak berani menjepret foto adalah ketika kita masuk kedalam
istana kucing. 10 tahun yang lalu, seingatku, yang kulihat adalah kucing-kucing
lucu, menawan, dan bahagia, meski mereka berada dalam satu ruangan tertutup
dengan kaca di satu sisi agar para pengunjung bisa ‘menonton’ kucing-kucing
yang banyak didatangkan dari luar negeri itu. Namun kali ini yang kulihat
adalah kucing-kucing yang nampak tertekan, tidak bahagia, karena terkungkung. L banyak dari mereka juga nampak tidak
terawat.
Waktu pun cepat
berlalu. Tahu-tahu waktu telah menunjukkan pukul 15.00. Maka kita pun
cepat-cepat keluar dari area WBL menuju area Goa Maharani. Kita melewati
deretan orang-orang penjual merchandise khas WBL. Kita sempat mampir ke satu
penjual dan membeli beberapa t-shirt untuk oleh-oleh orang rumah. Usai membeli
oleh-oleh, kita langsung menuju Goa Maharani, melewatkan museum 4 D karena
waktu yang sudah mepet, hampir jam tutup.
Di kawasan Goa
Maharani – yang ternyata namanya ditulis “Maharani Zoo dan Goa” (mengapa harus
menggunakan kata ‘zoo’ ya? Bukan ‘kebun binatang’? LOL) – kita bisa melihat
beberapa jenis binatang, mungkin itu sebabnya ada kata ‘zoo’ dalam namanya. J Namun, bagiku yang paling menarik dari
kawasan ini ya Goa Maharani.
Menurut www.wisatajatim.info Goa Maharani terkenal di awal dekade
sembilanpuluhan. Sejak tahun 2008, kawasan wisata ini menjadi dikelola menjadi satu
dengan Wisata Bahari Lamongan, dan para wisatawan bisa membeli tiket terusan
sehingga harganya bisa lebih rendah, dibanding beli tiket WBL sendiri kemudian
beli tiket Goa Maharani sendiri.
Menurutku, keindahan
stalaktit dan stalakmit goa Maharani tak kalah dengan goa
Gong di Pacitan. ‘Kalahnya’ hanya jika di goa Gong stalaktitnya bisa menghasilkan suara ‘gong’ jika dipukul, dan stalaktitnya pun panjang-panjang sehingga mudah diraih tangan, bahkan oleh seseorang sepertiku yang tingginya hanya 150 cm. J masuk akal sih karena konon stalaktit dan stalakmit goa Gong masih ‘hidup’; konon jka diukur, tiap tahun ukurannya memanjang.
Gong di Pacitan. ‘Kalahnya’ hanya jika di goa Gong stalaktitnya bisa menghasilkan suara ‘gong’ jika dipukul, dan stalaktitnya pun panjang-panjang sehingga mudah diraih tangan, bahkan oleh seseorang sepertiku yang tingginya hanya 150 cm. J masuk akal sih karena konon stalaktit dan stalakmit goa Gong masih ‘hidup’; konon jka diukur, tiap tahun ukurannya memanjang.
Namun, tetap,
keindahan goa Maharani tetap bisa bersaing dengan goa Gong. Untuk menjelajahi
goa Maharani, pihak pengelola telah menyiapkan trek sepanjang kurang lebih 350 meter.
Di beberapa titik dalam goa telah disediakan lampu sehingga kita tidak perlu
membawa senter. Dengan mudah kita bisa menikmati keindahan bentuk stalaktit dan
stalakmit yang ada.
Yang tak kalah
menarik adalah keberadaan Gallery Gemstone yang terletak tepat disamping Goa
Maharani. Disini, para pengunjung bisa mngamati berbagai macam koleksi batu
dari seluruh penjuru dunia, mulai dari amethys, emerald, jade, dan fosil kayu
yang usianya sudah ribuan tahun! Cukup membuatku ternganga melihatnya. Amazing!
Yang sangat istimewa adalah keberadaan beberapa batu mutiara yang dilengkapi
kaca pembesar sehingga kita bisa melihat keindahan di dalam batu secera detail.
Ada satu lokasi yang
juga menarik menurutku; yakni keberadaan ‘Mayan Village’. Kawasan ini ditata sedemikian
rupa hingga menyerupai satu daerah Afrika (African look) dengan dibangun
beberapa icon yang mengingatkan pengunjung tentang satu suku bangsa Afrika yang
telah punah suku Maya. Selain patung-patung berwajah Afrika dalam ukuran besar,
kita juga bisa mendapati miniatur kuil Aztec, yang bentuknya mirip Candi Sukuh.
Bagi anak-anak yang
ingin belajar tentang jenis-jenis satwa, tentu mempelajari satwa-satwa yang sebagian
khusus didatangkan dari luar negeri menjadi satu hal yang cukup menarik. Misal
ada beberapa macam binatang albino, seperti ular, tikus, dan kanguru; selain
juga ada berbagai macam jenis burung.
Pukul setengah lima
sore, kita berdua telah lelah. J kita pun keluar dari kawasan Maharani Zoo dan Goa; kita kembali
ke penginapan. Untunglah Wisma Bintang Maharania terletak hanya sekitar 300
meter dari situ. Kita cukup jalan kaki, tak lebih dari 15 menit. Saatnya
istirahat.
Malam itu, usai
mandi, kita packing. Keesokan hari kita akan melanjutkan perjalanan, mengayuh
pedal sepeda dengan menempuh jarak lebih dari 100 kilometer. Usai packing, aku
mengantar Ranz keluar untuk beli makan malam. Aku sendiri hanya perlu minum
wedang jeruk hangat.
To be continued.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.