Minggu 10 Maret 2019
Pagi ini kita
'terpaksa' bangun pagi, tidak bisa nyantai seperti dua hari sebelumnya. LOL.
Ranz memulai ritual paginya jam empat, karena dia selalu butuh waktu lebih dari
setengah jam untuk 'nongkrong'. Setelah Ranz selesai, aku gantian. Untung malam
sebelumnya kita sudah mencicil packing baju-baju kotor masuk ke dalam tas.
Pukul setengah enam
kita turun ke lobby. Pihak hotel telah menyediakan sarapan. Aku sempat makan
sarapanku, sementara Ranz memilih untuk membawa jatah sarapannya. Sebelum pukul
enam kita sudah siap meninggalkan hotel menuju titik kumpul, alun-alun Magelang,
yang terletak tak jauh dari hotel tempat kita menginap.
Sesampai alun-alun,
kita mendapati lumayan banyak kawan-kawan pesepeda dari berbagai kota telah
berkumpul disana. Om Olan, sang MC, pun telah terlihat in action dengan 'mic'
menyapa kawan-kawan pesepeda yang berdatangan disertai guyon-guyon segarnya.
Sebagian besar peserta mengenakan kaos yang dibagikan panitia sehari
sebelumnya; kaos berwarna hitam, sama dengan kaos event 1 Dekade JFB dua bulan
sebelumnya. Ini membuat Ranz berkomentar, "kok serasa melihat foto2 event
ultah JFB,' tatkala kukirimi foto-foto even dari panitia. LOL. Sebagian peserta
lain mengenakan kaos/jersey komunitas mereka sendiri.
Menjelang pukul
tujuh pagi, acara pemberangkatan dimulai; mulai dari sedikit sambutan dari
pihak Dishub, membaca doa bersama, hingga foto-foto bareng untuk dokumentasi.
Pihak Dishub juga yang memberangkatkan 'pasukan'. Dari alun-alun, kita menuju
Selatan, trek turunan.
FYI, tahun lalu di
acara ultah C5 kedua, trek menuju SLEKER ASRI lumayan didominasi tanjakan,
meski tentu tak ada tanjakan yang tak disertai turunan. LOL. Kali ini, bocoran
kabar yang kita terima, panitia berusaha keras untuk memilihkan trek 'datar'.
Satu hal yang terdengar impossible mengingat Magelang terletak di satu lokasi
yang tentu penuh tanjakan dan turunan. (Masih mending Semarang lah, masih ada
kawasan 'Kota Bawah', sehingga masih bisa menghindari tanjakan buat bersepeda.
LOL.)
Di awal bersepeda
bersama, jalan yang kita lalui terus menurun halus, menuju arah pertigaan
Magelang - Mungkid - Salaman. Sesampai sana, kita belok kanan, kemudian
memutar, kembali memasuki area kota, nanjak halus dah. LOL. Pit stop pertama
adalah di 'KEBUN BIBIT'. Disini, kita diberi waktu 30 menit untuk explore. Di
pitstop pertama inilah panitian menyediakan cemilan berupa arem-arem yang lezat
untuk mengisi perut, plus air mineral. I love this place terutama karena dari
'gardu pandang' yang disediakan, gunung Sumbing terlihat begitu megah dan
anggun. Cuaca yang mendukung membuat gunung terlihat jelas, cantik sekali untuk
background foto-foto.
Kurang lebih 30
menit kemudian, kita melanjutkan perjalanan, menuju Utara. Beberapa kali
melewati jalan yang penuh 'kenangan' bagiku, saat bus antar kota antar propinsi
Semarang - Jogja masih lewat kota, di pertengahan dekade 80-an. Hingga kita
menuju 'jalan propinsi' yang memang datar. Saat disini, aku dan Ranz 'tersesat'
karena ketika melewati satu pertigaan dimana kita seharusnya belok kiri, tidak
ada marshall sehingga kita terus melaju. Aku bilang ke Ranz, "kok ga
terlihat peserta di depan kita ya? Apa kita salah rute? Ini kalau terus, kita
bakal sampai Secang lho. Kemudian Jambu."
Ranz pun bengong.
LOL. Untuk area Jawa Tengah daerah sini, aku lebih tahu ketimbang Ranz yang
hafal rute Semarang - Solo di luar kepala.
Untung ga lama
kemudian, ada satu marshall bersepeda yang mengejar kita, Dia berteriak,
"Hooooiii … apakah kalian berencana untuk langsung gowes balik ke
Semarang?" xixixixixi … Alhamdulillah … kita belum sampai terminal bus
Secang waktu itu.
Akhirnya, kita pun
'kembali ke jalan yang benar'. LOL. Tak lama kemudian, meski kita semula jauh
ketinggalan di belakang, kita kembali melihat rombongan pesepeda di depan kita,
mengenakan kaos hitam dengan bagian punggung bertuliskan '3iar lambat asal Selima'.
Haseeeeek. Trek tetap naik turun. Maka, orang-orang pun terheran-heran melihat
Ranz naik Petir, sepeda lipat dengan roda 14 inchi, single speed.
Kota Magelang memang
indah dan sejuk. Kemana pun kita berputar, kita terus melihat penampakan Gunung
Sumbing, kadang juga terlihat Gunung Merapi dan Merbabu.
Titik akhir sepedaan
kita hari ini, sekaligus pusat acara ulang tahun ketiga C5 adalah Hotel Puri
Asri, yang terletak di sebelah Taman Kyai Langgeng, taman yang dibangun di
pertengahan dekade 80-an, saat aku telah menjadi penghuni (sementara) kota
Jogjakarta karena kuliah di kampus Bulaksumur. Memasuki hotel Puri Asri, kita
melalui trek yang menurun tajam, dan lumayan panjang. Tidak kuketahui kita akan
sampai dimana. Ternyata oh ternyata, panitia menyediakan tempat di pinggir
sungai Progo yang terletak persis di belakang hotel Puri Asri. Sungai Progo ini
juga merupakan salah satu sungai yang dipilih untuk melaksanakan arung jeram.
Beberapa kali kita melihat rombongan yang sedang berarung jeram lewat.
Acara ulang tahun C5
yang ketiga terlaksana dengan cukup meriah, meski cuaca kadang terang kadang
mendung. Pembagian door prize yang dipandu oleh sang MC yang kocak selalu
membangkitkan tertawa para peserta. C5 benar-benar memanjakan peserta dengan
banjiran door prize, meski tidak ada door prize utama, misal sepeda lipat
brompton, eh, dahon, eh, apalah apalah. LOL. Untuk cemilan, kita bisa memilih
kacang rebus, singkong rebus, pisang rebus, juga berbagai jenis gethuk. Semua
sehat, tidak mengandung kolesterol tinggi.
Menjelang pukul
11.00 cuaca kian mendung. Angin yang berhembus pun mulai terasa membawa
titik-titik air hujan. Wah … bakal turun hujan nih. Saat itu kuperhatikan kian
banyak peserta yang meninggalkan venue. Ranz nampak tenang-tenang saja, tidak
memburu-buruku untuk segera ikutan meninggalkan venue. Dia hanya membungkus tas
panier yang menempel di setang dan seat post dengan tas plastik. Ya sudah, aku
juga ikutan santai.
Seperti di
acara-acara sepedaan lain, panitia pun menyelenggarakan lelang frame sepeda
fnhon. Aku yang terus setia pada Austin, eh, karena ga punya duit buat
dihambur-hamburkan untuk beli sepeda baru, lol, tidak pernah tertarik pada
acara lelang seperti ini. LOL. Satu hal yang sangat menggembirakan bagi peserta
yang masih setia tinggal, panitia mengobral kaos merchandise event dengan harga
hanya Rp. 10.000,00 per piece. WAAAAW. Dalam waktu kurang dari 20 menit, semua
kaos merchandise terjual habis. Kekekekeke … setelah itu, panitia juga
membagi-bagi door prize berukuran kecil pada semua yang masih disitu. Untuk
door prize yang lumayan mahal -- harga di atas seratus ribu rupiah, dilelang
oleh panitia. Baru kali ini rasanya aku berada di pasar lelang. LOL. Semua
tertawa gembira. Aku gembira melihat orang-orang yang begitu antusias ikut
lelang. LOL. Sementara itu, hujan mereda. Alhamdulillaaah.
Menjelang pukul
12.00 Om Olan menutup acara dengan resmi. Kita berfoto-foto bersama sebelum
meninggalkan lokasi. Sampai bertemu di acara ultah C5 keempat di tahun 2020,
jika ada. Atau mungkin dijadikan satu dengan jamselinas ke-10? Santer terdengar
kabar untuk jambore sepeda lipat nasional ke-10 akan diboyong oleh C5, setelah
sebelumnya di jamselinas Makassar, id-fb mengumumkan jamselinas 10 akan
diselenggarakan di Purwokerto. Asal masih sama-sama dilaksanakan di Jawa
Tengah, akan mudah dan murah bagiku dan Ranz untuk ikut. LOL.
===============================
Setelah meninggalkan
Hotel Puri Asri, aku dan Ranz mencari rute menuju Jalan Pemuda, jantung kota
Magelang. Ranz sedikit mengeluh ketika aku memilih belok ke jalan yang nanjak.
Ya gimana lagi, ini Magelang, ga mungkin kita akan terus menerus menghindari tanjakan.
LOL. Sesampai Jalan Pemuda, kita tinggal lurus ke arah Selatan menuju pertigaan
Artos, Salaman, Mungkid, Blabak, lanjut hingga Muntilan, Sleman, Jogja.
Jika di hari Jumat
kita terkadang dipayungi mendung, saat dalam perjalanan UGM - Borobudur, hari
Sabtu kita berpanas-panas ria, bersepeda dari Borobudur ke kota Magelang, di
hari ini, Minggu, kita juga terus menerus dipapar sinar matahari yang panas.
Kita berhenti di satu pom bensin karena Ranz kebelet pipis. Setelah ngecek
'strava' jarak yang telah kita tempuh (dari Puri Asri) ternyata baru 15
kilometer, padahal rasanya sudah jauuuuuuh, LOL. Hawa panas memang mudah
membuat kita lemah. LOL. Disini, aku bilang ke Ranz untuk mampir di warung
makan yang berjualan tahu kupat, tempat kita mampir satu tahun yang lalu.
Warung makan ini terletak di area Sleman, setelah melewati gapura 'selamat
jalan'.
Masih di area
Muntilan, di jalan utama penghubung DIY - Magelang, aku mengajak Ranz mampir di
satu toko oleh-oleh, aku kangen rasa gethuk Trio yang dulu kadang kubeli di
terminal Magelang, ketika naik bus Jogja - Semarang. Setelah melewati gapura
pembatas propinsi, tak lama kemudian kita pun sampai di warung makan yang
kuinginkan. Waktu menunjukkan pukul 14.45. Ranz bilang dia sudah beli tiket KA
Prameks yang pukul 16.00 karena yang berangkat pukul 17.00 maupun 18.00 sudah
terjual habis. Maka, kita pun buru-buru makan. Kali ini hanya aku yang memesan
makanan, Ranz hanya mencomot tahu kupat pesananku beberapa sendok. (Tahun lalu
dia memesan mie ayam goreng.) setelah itu, kita buru-buru melanjutkan
perjalanan.
Jika sebelumnya, aku
lumayan nyantai mengayuh pedal Austin, kali ini aku ngebut. Jika sebelumnya,
aku memilih berada di belakang Ranz yang naik Petir, kali ini aku berada di
depan. Ranz yang biasanya membaca gps suka kehilangan mood jika dia tahu aku
tahu jalan yang kita lewati. LOL. Maka, begitulah, mending aku di depan, Ranz
tinggal ngikut di belakang.
Kebetulan selepas
meninggalkan rumah makan tempat kita makan, trek cenderung turun terus, hingga
mudah buat ngebut, bagiku, tapi tidak terlalu 'membantu' buat Petir yang
settingannya lebih 'ramah untuk trek datar dan nanjak' namun tidak untuk turun
halus. Sesampai aku di seberang lapangan Denggung, pas traffic light berwarna
merah, aku berhenti untuk ngecek Ranz di belakang. To my shock, aku tidak
melihat penampakan Ranz. :( Menunggu satu dua menit, hingga 5 menit, Ranz tidak
kunjung muncul. :( :( :( Aku pun sempat berpikir apakah sebenarnya Ranz tanpa
kusadari telah menyalipku hingga dia berada di depan. Desperately, aku bertanya
kepada seorang penjual koran yang berdiri tak jauh dariku apakah dia melihat
seseorang menaiki sepeda 'mungil', lebih mungil dari Austin, sepeda lipat yang
kunaiki lewat situ. Jawabannya membuatku menyimpulkan bahwa Ranz tidak
menyalipku. Dia bilang, "Wah … banyak mbak yang sudah lewat sini naik
sepeda tadi, ada sepeda ukuran besar, ada yang kecil."
Aku pun mengirim
message ke nomor WA Ranz. "Aku di seberang lapangan Denggung. Kamu dimana?
Di depanku atau di belakangku?" dua menit kemudian Ranz membalas, pendek
saja, "Ya." nah lo, ya yang mana? Akhirnya aku berinisiatif bertanya pada
seseorang yang naik motor, waktu traffic light berwarna merah. "Mbak,
apakah di belakang sana tadi lihat seseorang naik sepeda kecil seperti ini (aku
nunjuk Austin) dan mengenakan kaos yang sama dengan yang saya pakai
sekarang?" sayangnya si perempuan yang kutanya tidak melihatnya. :( Namun,
di luar dugaan, seorang laki-laki yang berhenti di samping perempuan yang
kutanya menjawab, "Saya lihat tadi, di belakang. Jalan kaki, sepedanya
dituntun."
Nah lo! :( :( :(
Setelah mengucapkan
terima kasih, aku pun menaiki Austin, kembali ke arah aku datang, terpaksa
contra flow, agar mudah menemukan Ranz. Dan … ya … akhirnya aku bertemu Ranz,
yang terlihat lemas menuntun Petir, namun terlihat rasa lega di matanya tatkala
melihatku datang. Aku menemani Ranz mencari tukang tambal ban, namun tiga
tempat tambal ban semua menolak. :( aku menyarankan Ranz naik taksi online ke
stasiun Tugu, masih ada waktu sekitar 30 menit, tapi Ranz menolak, dia khawatir
waktunya tidak cukup. Menurut perhitunganku sih asal taksi segera datang, dan
jalan tidak macet, Ranz masih bisa mengejar KA Prameks yang jam 16.00, namun
kadang perhitungan kita meleset kan ya.
Setelah
mempertimbangkan beberapa kemungkinan yang bisa dilakukan, Ranz setuju dengan
ideku untuk naik taksi online, langsung ke Solo. Ranz yang kadang mood-nya
buruk jika terpaksa berpisah denganku dengan cara yang tidak kita antisipasi,
kutawari aku akan ikut ke Solo, dan bukannya melepasnya begitu saja naik taksi
kembali sendiri, meski ini berarti aku butuh waktu lebih lama untuk balik ke
Semarang. Jarak Lapangan Denggung ke Jombor kan ga ada 5 kilometer tuh,
dibandingkan aku kudu ikut ke Solo. Tapi, yaaah … that is what friendship is
for. :)
Taksi yang dipesan
Ranz datang 15 menit setelah dia pesan. Mungkin kita ninggalin lokasi itu
sekitar pukul setengah lima sore. Kita sampai rumah Ranz di Laweyan pukul tujuh
kurang 15 menit. Setelah pipis, aku menuju Kerten, ditemani Ranz yang naik Jean
Grey. Godaan mampir ke wedangan Pak Basuki kutepis karena aku ga mau tambah
malam nyampai Semarang.
Setelah menunggu
sekitar 10 menit, akhirnya aku naik bus menuju Semarang, dan mendapatkan tempat
duduk. Alhamdulillah. Bus meninggalkan Kerten sekitar pukul 19.20. pukul 21.15
bus sudah sampai Pudakpayung. Syukurlah tidak macet sehingga perjalanan tidak butuh
waktu lama.
Ketika sampai di
area Gajahmungkur kulihat bekas-bekas hujan. Well, kalau tadi aku pulang dari
Jombor langsung ke Semarang, kemungkinan aku bakal kehujanan ya waktu bersepeda
dari Sukun. Well, blessing in disguise.
Maka, demikianlah.
Kisah dolanku wiken ini usai sudah.
Sampai bertemu di
kisah dolan yang berikutnyaaaaa.
PT56 15.15
17/03/2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.