Susur Selokan Mataram menuju Candi Borobudur
Pertama kali Ranz
dan aku menyusuri Selokan Mataram menuju Candi Borobudur dalam event JOGJA
ATTACK 6 Maret 2011. Sedangkan ke arah sebaliknya, susur Selokan Mataram menuju
Candi Prambanan pertama kali kita lakukan saat mengikuti J150K di bulan
November 2013. Setelah itu, berulang kali kita menyusuri Selokan Mataram ke
arah Klaten a.k.a Candi Prambanan, mulai dari bulan Desember 2013, seusai
mengikuti JLFR, kita hanya berdua; dilanjut bulan Januari 2015 bersama beberapa
kawan, (eh, aku ga ikut, karena selepas mengunjungi Candi Mendut waktu
bikepacking bareng itu aku langsung pulang ke Semarang). Kemudian lagi di bulan
Februari 2016 setelah mengikuti event PITULUNGAN alias ulang tahun JFB ketujuh;
bulan Juli 2016, mbolang perdana bersama para gadis pelor; dan yang terakhir
bulan Januari 2019 yang lalu, seusai event 1 DEKADE JFB. Waaah … enam kali!
Akhirnya, karena
penasaran untuk mencoba lagi menyusuri Selokan Mataram menuju Candi Borobudur,
aku merayu Ranz untuk napak tilas. Setelah tertunda pelaksanaannya di akhir
tahun 2018, kita mendapatkan kesempatan itu pada tanggal 8 Maret 2019.
Alhamdulillah. :D
Jumat 08 Maret 2019
Karena sadar bahwa
jarak yang kita bakal tempuh hari ini hanya kurang lebih 40 kilometer, meski
ini bisa dikategorikan 'blind adventure' karena kita belum yakin apakah kita
bakal menemukan treknya dengan mudah, pagi itu kita nyantai. LOL. Kita baru
bangun pukul enam pagi, kemudian melakukan ritual pagi di kamar mandi, ngantri.
:) Pukul tujuh pagi kita baru duduk di ruang makan, siap menyantap sarapan yang
disediakan oleh pemilik homestay. SLEEPING ROOM dikelola ala rumah biasa,
karena memang 'bentuknya' pun seperti bangunan rumah biasa, plus beberapa kamar
tambahan di bagian belakang, yang mungkin dulunya ditawarkan untuk kos. Ruang
makan ada di bagian tengah.
Pagi itu, kita
melihat ada dua pasang bule yang menyewa satu kamar di bagian tengah bangunan;
juga ada foreigner yang mungkin dari negara tetangga, Singapore/Thailand,
karena secara fisik mereka nampak seperti orang Indonesia, namun they speak
English. Para bule itu tidak sarapan, namun seseorang yang nampak dari
Singapore/Thailand itu makan sarapan dengan menu yang sama yang kita makan:
nasi putih, oseng kacang panjang plus tahu, dengan sedikit telur dadar.
Pukul setengah
sembilan, kita sudah siap meninggalkan homestay. Selepas Jl. Cik Di Tiro, kita
langsung menuju Jalan Kaliurang, melewati Gedung Pusat UGM dan sederet bangunan
fakultas. Sesampai Selokan Mataram, kita langsung belok kiri, melewati Fakultas
Biologi. Kita memulai Susur Selokan Mataram dari sini. Kita terus menuju Barat.
Karena ini adalah pertama kali kita napak tilas, di tahun 2011 dulu kita
'hanya' mengikuti RC di depan, lol, untuk meyakinkan diri bahwa kita berada di
trek yang benar, Ranz perlu ngecek gps beberapa kali.
Situasi sepanjang
Selokan Mataram ke arah Barat ini tidak jauh beda dengan sepanjang Selokan ke
arah Timur, hehijauan di kiri kanan, tidak bertemu banyak kendaraan bermotor,
jika dibandingkan kita lewat jalan utama menuju Magelang. Kita cukup diberkahi
dengan penampakan Gunung Merapi dan Gunung Merbabu yang terlihat jelas, tak
tertutup awan, di sebelah kanan. Sedangkan di depan (Barat/Barat Laut) kita
terus disapa oleh Gunung Sumbing. Dari arah Selokan Mataram, Gunung Sindoro tak
terlihat. Setelah semakin ke arah Barat, kita pun bisa melihat penampakan
perbukitan Menoreh.
Sebenarnya cuaca
sangat bersahabat buat kita karena sang mentari tak begitu garang bersinar.
Meskipun begitu, gunung-gunung itu terlihat sangat jelas. Our journey was
really blessed!
Setelah menempuh
jarak 15 kilometer, kita mampir ke satu toko kelontong untuk membeli air
mineral dan sedikit cemilan berupa wafer coklat. Di sepanjang Selokan Mataram,
kita tak melihat ada warung makan yang menarik kita untuk mampir. Well, yang
penting, ada air minum dan sedikit cemilan. :)
Setiap mengecek rute
di gps, Ranz ternyata ngecek rute menuju Bendungan Ancol. Ouww … ya … aku
ingat, tahun 2011 dulu, rombongan pegowes JOGJA ATTACK juga melewati Ancol,
yang waktu itu jembatan di atas sungainya ambrol setelah diterjang banjir lahar
ketika Gunung Merapi meletus bulan Oktober 2010. Well, berarti ga 'blind blind'
amat yak adventure kita kali ini, orang ada gps kok. Hihihi …
Sesampai Ancol -
Bligo, waaah … sungainya lebar juga lho. Air sungai mengalir dengan wajar,
tidak terlalu cepat, tidak bergolak keras. Cuaca sedikit mendung membawa
suasana kian syahdu. Asyik banget pokoknya karena masih banyak pepohonan juga
di daerah sini. Awalnya kita tidak menemukan jalan menurun menuju sungai, jadi
kita berfoto-foto di atas. Ada tangga sempit untuk turun, tapi Ranz melarangku
turun. :( Aku bilan ke dia, dulu ada jalan khusus menuju sungai, dimana kita
bisa menaiki sepeda, jadi tidak berbentuk tangga. Ketika akhirnya kita akan
meninggalkan lokasi itu, kita justru melewati jalan menurun menuju sungai.
Naaah … turun lah kita. :D
Beberapa kali
jepretan, memotret Austin dan Petir. Sekitar 10 menit kemudian kita melanjutkan
perjalanan. Kita langsung disodori tanjakan. :D Kali ini sudah ada jembatan
yang kokoh yang bisa kita lewati. Sementara itu, aku sudah buta arah, entah
kita sampai mana. Kita sudah melewati satu jembatan (sebelum Ancol) dengan
tulisan 'batas propinsi DIY dan Jateng', yang berarti kita telah meninggalkan
DIY. Namun, kemudian, setelah melewati jembatan di atas bendungan Ancol, kita
disambut dengan tulisan 'batas propinsi DIY dan Jateng' lagi. Lah, ini kita
masuk DIY lagi? Hehehehe … Tapi, yang pasti kita berada di daerah Kulon Progo.
Meninggalkan area
Ancol, ternyata juga berarti kita mulai meninggalkan area Selokan Mataram. Kita
mulai menapaki jalan-jalan dimana kita dengan mudah berpapasan dengan mobil
maupun truk kecil, meski tentu traffic tidak seramai jika kita lewat jalur
utama. Trek pun semakin menantang dengan tanjakan dan turunan yang lumayan
menguras tenaga. Terus terang aku hampir lupa, apakah di tahun 2011 dulu kita
juga lewat rute ini. Ranz 'ngeyel' kita lewat sini, aku ngeyel engga. Perasaan
dulu ga segitunya rolling deh trek yang kita lewati. LOL. Sampai ketika
menapaki satu tanjakan, mendadak aku ingat 8 tahun lalu banyak peserta JOGJA
ATTACK menuntun sepedanya bareng-bareng, sambil setengah memaki trek
setengahnya lagi tertawa-tawa geli. Kayaknya, memang, dulu lewat sini. Setelah
ngecek gps lagi, Ranz bilang, kita tinggal luruuuuus saja. Jika melewati
pertigaan maupun perempatan, kita tetap mengambil jalan yang lurus.
Sekitar menjelang
pukul 12.00 kita mampir di satu warung makan Padang. Ternyata Ranz sudah
kelaparan. :D Aku yang tidak terlalu lapar namun haus memesan dua gelas es teh
sekaligus. Ga Cuma Avitt yang suka memesan es teh dua gelas sekaligus LOL.
Untuk makan, Ranz hanya mengambil satu piring nasi + sayur + rendang. (Disini
berlaku self-service.)
Setelah makan, kita
kembali melanjutkan perjalanan. Sekitar pukul setengah dua siang, kita sampai
pertigaan yang jika kita belok kanan kita akan ke Candi Mendut, jika belok
kiri, kita ke Candi Borobudur. Kita sedang akan menyeberang ke kanan, tiba-tiba
ada seorang laki-laki paruh baya, melambaikan tangannya ke arah Ranz, tangan
yang satu lagi menunjuk-nunjuk ke satu arah. Karena penasaran kita ke arah
jembatan sambil melayangkan pandangan ke titik yang ditunjuk olehnya. Ternyata
sedang ada lomba 'canoeing'. Wahhh .. Lumayan buat kita tonton sebentar. 15
menit kemudian, kita kembali mengayuh pedal sepeda ke arah Candi Mendut.
Kita tidak lama
disini. Ranz mengajak mampir karena beberapa minggu sebelumnya aku bilang aku
pingin ke candi. :)
Di halaman candi
Mendut, aku mengajak Ranz beristirahat di bawah pohon beringin raksasa.
Awalnya, Ranz sempat menolak karena dia merasa harus menyeberangi 'portal'
masuk ke satu kerajaan antah berantah. Waduh … bulu-bulu halus di tangannya
nampak mulai berdiri. Padahal aku ga merasakan apa-apa. Wew … dia juga menolak
kuajak masuk ke Candi Mendut. Ya sudah, aku naik sendiri, masuk sendiri,
menyempatkan diri memutari candi dua kali sendiri. Ini gegara terprovokasi
melihat seorang bule sedang melakukan pradaksina sambil memegang rosario/tasbih
ukuran besar. :D
Setelah meninggalkan
Candi Mendut, kita langsung menuju area Candi Borobudur. Sesampai sana, kita
belum booking kamar penginapan, ternyata Ranz langsung mengajakku ke penginapan
'langganan' kita, tempat kita pernah menginap sebelumnya. Satu kamar yang bisa
dipakai untuk 2 orang, dengan double bed, kamar mandi di dalam, dan kipas
angin. Untuk menginap semalam kita diminta membayar Rp. 200.000,00. kamar yang
sama bakal berharga tiga sampai empat kali lipat jika di musim Waisak. :D Untuk
welcome drink, aku minta disediakan kopi hitam.
Malam itu kita
sempat keluar untuk makan malam. Kita pun makan di tempat yang sama, tempat
kita makan malam waktu kesini di hari Waisak 2013 dan waktu mengajak Angie dan
Fitri kesini tahun 2016.
To be continued.
LG 15.15 12/03/2019
N.B.:
foto-foto nyusul yaaa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.