Semenjak dolan naik sepeda berdua Solo - Jogja di bulan Juni 2011, aku dan Ranz menyempatkan diri bikepacking ketika ada libur yang lumayan panjang. Biasanya kita memilih saat libur lebaran dan libur akhir tahun. Di tulisan ini, aku hanya akan merangkum bikepacking saat libur (menjelang/sesudah) lebaran.
- 2011
Setelah lebaran 2011, kita (nekad) bersepeda ke Pantai Nampu, dimana kita ternyata 'tersesat' gegara salah informasi tentang jarak dan trek, lol. Sebelum memulai perjalanan, kita mendapat infor bahwa jarak yang harus kita tempuh hanya 80 kilometer, 40 kilometer dari Solo ke Wonogiri (masuk kota Wonogiri), 40 kilometer lagi dari Wonogiri ke Pantai Nampu. Kenyataannya? Dari Laweyan -- rumah Ranz -- sampai Wonogiri jarak yang kita tempuh memang sekitar 40 kilometer, dari sini sampai pusat kecamatan Pracimantoro 30 kilometer, dimana perjalanan kita terhenti karena kelelahan menjelang maghrib. Dari sini ke Pantai Nampu, ternyata masih sekitar 30 kilometer lagi. Trek yang katanya 'biasa saja' yang kita terjemahkan sebagai 'datar-datar saja' ternyata setelah 40 kilometer pertama, treknya naik turun tak kunjung usai. Lol.
Meski kita melakukannya beberapa hari setelah lebaran -- saat arus balik para pemudik -- di sepanjang jalan yang kita lewati jarang ada tenda rest area, kecuali di pom bensin.
- 2012.
Setelah menyusuri jalan di kawasan Selatan Pulau Jawa setahun sebelumnya, tahun ini kita menyusuri pantura, bikepacking dari Semarang menuju Tuban. Di sepanjang pantura, suasana lebaran sangat terasa dengan berderetnya tenda-tenda rest area di banyak titik; seperti yang pernah saya tulis sebelumnya, bikepacking Semarang - Tuban ini yang paling sering kita rindukan ketika lebaran datang.
Tidak ada kisah tersesat karena info yang salah, lol, jadi ga terlalu dramatis, lol. Tapi sesampai Tuban, Ranz sempat panas dan menggigil. Ah iya, kisah dramatis ada, saat kita berburu hotel di Tuban, padahal Ranz sudah merasa tidak sehat.
- 2013
Tahun ini kita kembali menyusuri jalan Selatan Pulau Jawa karena mendadak aku kepengen ke Pantai Klayar, setelah Ranz menunjukkan keindahan karang di pantai ini lewat foto. Oh ya, kita berdiskusi akan bikepacking kemana setelah lebaran lewat WA. Dari beberapa pilihan yang masuk daftar, begitu saja aku memutuskan bikepacking ke Pantai Klayar karena kepincut fotonya. Konsekuensinya? Aku harus menyiapkan mental untuk mengayuh pedal sepeda melewati trek rolling seperti saat aku dan Ranz ke Pantai Nampu, dua tahun sebelumnya.
Kisah bikepacking ini didramatisir dengan kenyataan bahwa sakit flu yang diderita Ranz sebelum berangkat justru kian melemahkannya. Dia ngeyel ingin tetap berangkat dengan harapan hati yang gembira akan menyembuhkannya, namun ternyata Ranz sempat membanting Pockie di tengah jalan gegara dia ngambeg melewati trek yang naik turun melulu. Lol. Kisah super manis dari bikepacking ke Klayar ini karena di hari kedua kita dolan, aku ulang tahun, dan ternyata Ranz mempersiapkan surprise berupa kue ultah mungil lengkap dengan lilinnya. Ranz is indeed very sweet.
- 2014
Kisah kita tahun ini sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya; kita dolan ke Blitar dan Malang di tengah-tengah bulan Ramadan, dengan mengambil moment libur kenaikan kelas. Untuk pertama kali kita mengawali petualangan dengan naik kereta api dari Solo ke Blitar, KA Matarmaja yang bertujuan ke Malang; namun karena waktu itu aku nyidam ke Candi Penataran, aku mengajak Ranz turun di Blitar. Setelah mengunjungi Candi Sawentar, Candi Penataran, makam Bung Karno, dan rumah tempat Bung Karno tinggal ketika masih remaja, kita baru bersepeda ke Malang.
Ada kisah dramatis? Ada dong, saat aku termakan rayuan Juli -- sobatku yang tinggal di Malang -- untuk menginap semalam lagi di Malang, padahal satu hari itu rencana aku dan Ranz lanjut gowes ke Sidoarjo, lol. Kupikir Ranz mau menambah satu hari lagi, ternyata dia ngambeg ingin langsung balik ke Solo. Kita naik bus Ro***** I**** balik ke Solo.
- 2015
Seperti setahun sebelumnya, tahun ini kita juga bikepacking di tengah bulan Ramadan, saat libur kenaikan kelas. Kisah bikepacking kali ini sangat special karena kita menghabiskan waktu hampir 2 minggu, setelah tahun-tahun sebelumnya paling lama hanya satu minggu. Kita bersepeda ke Bali dan Lombok, sampai menyeberang ke Gili Trawangan. Kita naik kereta api Sritanjung dari Solo ke Banyuwangi, dari Ketapang, kita menyeberang ke Bali naik ferry, dan memulai petualangan kita bersepeda.
Kisah dramatis yang menyedihkan saat dolan ke Bali ini adalah kamera Ranz dicuri orang saat kita mampir ke satu minimarket, di pintu gerbang masuk kampus Universitas Udayana - Denpasar. Nyaris patah hati dan sempat kepikiran untuk membatalkan rencana selanjutnya; namun akhirnya kita bergeming, melanjutkan rencana hingga kita sampai Lombok dan Gili Trawangan.
- 2016
Tahun ini kita tidak hanya dolan sepedaan berdua, namun kita sekalian mengajak 4 kawan perempuan lain: Tami, Dwi, Avitt dan Hesti. Setelah kita bersepeda bersama ke Jepara dalam rangka merayakan Hari Kartini di bulan April 2016, kita bersepeda bersama lagi selepas lebaran di Jogja. Kita berangkat dari Semarang naik KA Kalijaga menuju Solo, dari sana kita lanjut ke Jogja dengan naik KA Prameks.
Di Jogja kita mengunjungi Tamansari dan alun-alun Kidul, mencoba peruntungan melewati 2 pohon beringin kembar. :) I did it well twice loh. (legaaa rasanya, entah mengapa. Lol) Di hari kedua kita menyusuri Selokan Mataram menuju Timur, mampir Candi Sambisari, Candi Kalasan, dan Candi Sari. Setelah check in di Hotel Galuh, kita keluar lagi ke Situs Ratu Boko. Hari ketiga aku dan Ranz 'ngerjain' anak-anak gowes ke Tebing Breksi lewat jalan 'blusukan' lewat resto Abhayagiri lanjut ke Candi Barong, dan melewati trek jalan setapak dengan hamparan sawah/tebing di kiri/kanan. Lol. Setelah itu kita masih harus bersepeda sampai stasiun Klaten untuk naik KA Prameks untuk kembali ke Solo.
No dramatic moments, bagiku dan Ranz. Namun bagi Avitt ini adalah kisah paling dramatis yang pernah dia alami (saat itu) karena ini adalah kisah pertamanya bikepacking naik sepeda lipat berhari-hari, dan dia harus membawa tas pannier yang beratnya sudah cukup membebani, bahkan sebelum diisi. Lol.
- 2017
Di kisah kita kali ini, untuk pertama kali kita naik mtb alias sepeda 'gunung' bukan sepeda lipat karena satu 'accident'. Lol. Kita berencana ngikut satu event somewhere di Indonesia Timur, kita sudah mengirim sepeda ke Sidoarjo, eh, karena sesuatu hal, event dibatalkan. Akhirnya? Ketimbang tidak sepedaan, kuajak Ranz ke Sidoarjo 'menjemput sepeda'. Sepeda-sepeda lain kita kirim balik ke Semarang naik mobil pickup -- yang kita naiki ke Sidoarjo -- aku dan Ranz kembali ke Semarang dengan naik Cleopatra (polygon cleo 2.0) dan Orenj (wimcycle champion).
Bisa dikatakan bahwa perjalanan ini sekaligus 'napak tilas' bikepacking di tahun 2012, hanya jalurnya kita balik. Di tahun 2012 kita gowes ke arah Timur -- Semarang ke Tuban; sedangkan di tahun 2017 kita gowes ke arah sebaliknya, Sidoarjo - Semarang. 'sayangnya' musim balik (setelah lebaran) telah usai, banyak tenda rest area yang waktu kita berangkat ke Sidoarjo masih kita lihat, waktu kita gowes balik, tenda-tenda itu telah dibongkar.
- 2018
Kita tidak bertualang kemana-mana selepas lebaran 2018 karena Ibuku meninggal pada tanggal 3 Syawal 1439 H. Apa boleh buat aku sedang dalam masa berkabung. Tapi, sebenarnya, selain hal ini, aku dan Ranz sudah berencana untuk dolan ke Makassar + Tana Toraja di bulan September untuk turut menghadiri jambore sepedalipat nasional ke-8.
- 2019
Kembali kita tidak bertualang kemana-mana selepas lebaran 2019 ini karena kakakku meninggal pada tanggal 16 Ramadan 1440 H / 21 Mei 2019. untuk kali pertama, aku dan keluargaku memiliki acara keluarga saat lebaran : dolan ke Cirebon untuk nyekar makam kakakku.
Aku dan Ranz mengakhiri tahun 2019 ini dengan bikepacking Solo - Sragen - Ngawi, pp di bulan Desember 2019. alhamdulillah lah pokoknya masih berkesempatan bersepeda antar kota antar propinsi.
- 2020
Kebetulan aku dan Ranz belum sempat berencana untuk bertualang kemana selepas lebaran 2020; karena aku pikir tentu aku dan keluarga akan nyekar ke makam kakakku di Cirebon. Sebagai ganti, kita berencana untuk menyusuri jalan Daendels jalur Selatan, setelah menghadiri Tour de Pangandaran X yang rencananya diselenggarakan tanggal 4 Juli 2020; waktu yang sangat pas buat kita berdua untuk gowes antar kota antar propinsi. Akan tetapi, rencana ini pun kandas di tengah jalan gegara wabah covid 19 yang menghantui banyak negara; tak hanya Indonesia.
Apa boleh buat?
Well, meski belum bisa bertualang bersepeda puluhan atau bahkan ratusan kilometer sehari, dengan menulis ini, aku sudah cukup fulfilled. Better than nothing deh.
PT56 12.30 27-Mei-2020